PART III

1.1K 20 0
                                    

Bibir dan mulut Aril menyusuri leher putih Widi. Kecupan dan jilatan silih berganti. Widi hanya bisa menggapai gapai punggung pria itu. Menahan gejolak birahi ditubuhnya.

Tak tinggal diam, tangan Aril membelai lembut salah satu payudara Aril. Diremasnya pelan dari balik daster itu. Kini Widi hanya meremas rambut Aril.

'Cup' 'Mhhmm'
Aril kembali mendaratkan ciuman dan kulumannya dimulut Widi. Wanita itu menyambutnya dengan menyusupkan lidahnya kedalam mulut Aril.

Tangan Aril berhasil masuk kedalam daster Widi. Ketika genggamannya sudah pas melingkup payudara Widi dari balik branya. Widi melepaskan ciuman itu. Kening mereka saling beradu. Widi masih berusaha mengatur nafasnya.

"Gue bukan perempuan murahan." Ujar Widi pelan.
"Aku tak pernah menawarmu." Tukas Aril lembut.

"Lo akan mengira gue cewek gampangan. Mudahnya ML dengan pria yang baru ditemui."

"Dan aku juga tak berfikir sampai kesana."

'Mmhhmm aaahh'

Erang Widi saat Aril meremas lembut buah dadanya.

"Hanya menikmati ini. Dan lupakanlah egomu." Ujar Aril meyakinkan Widi.

Pergumulan itu kembali mereka lanjutkan. Diiringi derasnya hujan dan kerrmangan ruangan itu. Sepasang insan tersebut saling berpadu mesra diatas kursi jati. Pakaian mereka sudah berserakan dilantai. Hanya menyisakan celana dalam yang masih terpasang.

"Kamu siap?" Tanya Aril ketika ia menidurkan Widi dikursi itu.
"Mhhmm!" Erangan antara malu dan menafan birahi Widi menjawabnya.

Aril melepaskan satu-satunya benteng terakhir Widi. Ia pun juga meloloskan celana dalamnya. Aril mengusap belahan Widi yang begitu indah dimatanya. Bersih tanpa bulu dan begitu terawat. Ia menyelipkan sedikit jari tengahnya ke lubang sempit itu. Widi yang bereaksi menggeser bokongnya agar semakin mendekat ke selangkangan Aril.

'Arggghh'

Erang Aril ketika rudalnya berhasil menembus lubang sempit Widi.

"Asshhh, gede banget. Punyaku rasanya penuh." Rintih Widi.
"Dirimu juga sempit dan ketat
" Balas Aril.

'aahh, sshhh, aahhh'

Erangan dan rintihan menggema dari ruangan itu. Diiringi suara hujan yang menimpa genteng. Aril dengan perlahan memompa tubuh Widi yang berada dibawahnya. Sesekali ia menunduk untuk menciumi bibir Widi ataupun menghisap payudara wanita itu.

"Ohhh, gue gak kuat lagi. Ahhh, rasanya pengen muncrat!" Racau Widi.
"Aku juga. Milikmu terasa meremas. Argggh!"
"Aku gak punya kondom." Kata Aril ketika ia merasa puncaknya sudah dekat.
"Didalam aja. Aku aman." Balas Widi matanya memejam menyesapi klimaks yang akan datang.

"Aarrgggghhh!"
"Aahhhh!"

Erangan dan rintihan mereka bersahutan. Aril menembakkan isinya didalam Widi. Kehangatan dari semburan itu membuat Widi kelonjotan. Punggungnya melinting dengan mulut yang ternganga.

Masih memeluk Widi, Aril rebah disamping wanita yang baru dituinya itu. Ia mengecup lembut kening dan bibir Widi. Sambil membetulkan helaian rambut Widi yang menutupi wajahnya.

"Tidurlah." Kata Aril lembut.

Widi tak menjawab. Ia hanya membalas pelukan pria itu erat. Bersandar didada Aril. Ia memejamkan matanya. Entah mengapa ia merasa sangat nyaman di sisi pria itu. Jauh melebihi bersama. . . Kekasihnya sendiri.

KALA CINTA MENGGODA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang