Tibalah hari H penyelenggaraan Konser Internasional Perdana Widi. Sebuah langkah awal yang menjadi gerbang kesuksesannya menuju puncak yang lebih tinggi. Ia sudah menantikan hari ini.
Setelah dibuka oleh beberapa Band dan Penyanyi Lokal Prancis. Sebentar lagi akan tiba gilirannya. Detik-detik yang paling mendebarkan dalam hidupnya.
Siapkah ia? Apakah ia akan membuat kesalahan nantinya? Yang justru akan membuat karirnya malah jatuh ke dasar jurang. Karna konser ini bukan hanya mempertaruhkan dirinya. Juga nama Negara yang ia bawa. Meski dengan carut marut Negaranya. Ia harus tetap menjaga nama baik tanah airnya.
"Lu siap Wid?" Tanya Gita sebelum Widi berdiri di atas pentas bulat kecil.
Skenarionya, ia berdiri di sana. Dan pentas itu akan bergerak ke atas membawanya ke panggung yang sesungguhnya.
"Lupain semuanya. Lu udah di sini sekarang." Tambah Gita.
"Go Lady, don't let anything to stop you. You must strong. I trust you!" Seru salah seorang wanita yang kemudian berdiri di samping Widi. Perempuan itu adalah promotor yang mengundangnya ke Paris. Ia menepuk pundak Widi.
Widi seakan tersadar akan apa yang akan dilaluinya nanti.
"Huffff!" Widi mengambil nafas lalu menghembuskannya keras untuk mengosongkan beban di dadanya.
"Kau cantik, sangat cantik. Kecantikanmu bahkan tak terkalahkan dari wanita Prancis atau Eropa." Promotor itu memeluk Widi dan mengusap kepalanya.
"Ladies and Gentleman. It's show time. A wonderfull girl from a wonderfull land. Our new comer in music industry. The women who will be conquer Europe and the World. Giving your great applause to Widika Paramitha!" Seru host diatas sana.
Berdiri diatas pentas bulat kecil itu. Widi naik keatas seperti di atas lift. Lantai panggung di atas terbuka. Riuh suara teriakan dan tepuk tangan dari penonton.
'BOOOM'
Suara dari belakang panggung. Diiringi kembang api yang mekar dari layar belakang panggung. Widi berusaha menahan silau dari panggung yang begitu megah itu. Seluruh kursi terisi penuh. Berkali kilatan dari lampu sorot menari menari di seluruh area convension itu. Ditambah blits dari kamera wartawan yang mengamadikan momen bersejarah itu. Baru ada dua orang perempuan Indonesia yang menyelenggarakan konser di gedung Convension ini. Anggun C Sasmi dan sekarang Widi.
Cahaya lampu perlahan redup. Sebuah cahaya terang dari atas menyorot Widi. Ia berdiri dengan tenang diatas panggung. Stand mic berada di depannya.
Cahaya terang lampu sorot itu menampilkan dirinya.
Bukan gaya glamor khas selebritis dunia, juga bukan gaya mencolok sexy yang dipakai ala artis pendatang baru yang masuk ke industri ini.Ia tampil dengan sederhana. Berbalut gaun putih sedikit diatas lutut tanpa lengan. Gaun itu mengembang dibagian roknya. Hiasannya hanya kalung perak dengan liontin permata kecil yang merias leher putih dan sedikit area diatas dadanya. Bagian bawahnya hanya menggunakan sepatu balet putih dengan sedikit riasan. Ia seperti wanita remaja Eropa di pedesaan.
Rambut panjangnya seperti diikat asal kebelakang dan jatuh ke sisi leher sebelah kanannya. Beberapa helai rambut jatuh ke wajahnya. Tapi dari tampilan sederhana tanpa make up berlebihan tersebut sudah berhasil membuat decak kagum para penonton. Sebuah kecantikan alami yang terpancarkan.
Denting piano mengalun lembut membuka penampilan pertama Widi. Ruangan yang tadinya redup kini menjadi gelap. Bersamaan dengan mengalunnya musik. Layar dibelakang Widi menampilkan sebuah foto. Foto lukisan dirinya yang diberikan oleh Aril. Gambar lukisan itu juga lah yang menjadi cover Albumnya sekarang. Dan potret dirinya dalam lukisan itulah yang menjadi inspirasi penampilannya hari ini. Ia seperti ingin mewujudkan imajinasi Aril dalam dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALA CINTA MENGGODA (END)
RomanceSejak jumpa kita pertama, kulangsung jatuh cinta Walau kutahu kau ada pemiliknya Tapi ku tak dapat membohongi hati nurani Ku tak dapat menghindari gejolak cinta ini. . . . *** Cerita hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh. Bukan bermaksud...