#6

8 3 0
                                    

Boy POV 

Aku mematikan sepada motor pak dhe sebelum sampai di depan rumah Larissa dan kemudian menuntun sepeda motor pak dhe masuk ke halaman rumah Larissa. Aku hanya takut nanti jadi mengganggu keluarga Larissa, ya wajar saja sepeda motor ini sudah agak tua yang biasanya pak dhe bawa ke kebun. Ketika aku memasuki halaman rumah Larissa, aku langsung disambut dengan abangnya Larissa yang lagi mencuci mobilnya.

Tunggu, tunggu dulu, ini abangnya Larissa yang namanya bang Rayan atau bang Ryan ya?

"Eh dek, lama nggak ketemu, apa kabar? Lho kenapa kok sepedahnya dituntun? Habis bensin kah? hahahaha" Sapa abangnya Larissa yang sedikit terkejut dengan kehadiranku yang hampir tanpa suara

"Eh enggak bang, motornya aman kok. Kabar baik bang. Abang apa kabar?" Aku menjawab sapaan dari kakaknya Larissa sambil masih sedikit kebingungan

"Alhamdulillah dek selalu baik. Pasti bingung ya hahaha, jangan bingung atuh dek, aku Ryan dek. Lo pasti cari Larissa ya?"

"Oh bang Ryan, iya bang Larissanya ada?"

"Wah dia dari kemarin belum pulang dek, paling nginep di rumah temennya"

"Oh gitu ya bang, ya udah aku pulang aja deh kalau gitu"

"Eh jangan, udah jauh-jauh ke sini masa mau pulang, bentar ya tunggu ini kelar habis itu ikut abang deh ke kantor"

"Boleh bang?"

"Lah siapa yang berani ngelarang abang? Hahaha canda dek, udah ikut aja. Lo masuk dulu gih, tunggu di dalem jangan berdiri aja di situ"

"Iya bang makasih"

Aku memarkirkan motor pak dhe di dekat taman rumah Larissa dan kemudian masuk ke rumah Larissa sesuai apa yang disuruh bang Ryan. Tapi baru sampai di teras rumah Larissa tiba-tiba aku dikagetkan dengan kehadiran Bang Rayan di depanku.

"Eits maneh saha? Berani-beraninya masuk ke rumah aing"

Seketika aku langsung berhenti mendadak dan takut mau menjawab pertanyaan dari bang Rayan.

"Itu Boy, temen Senja, tetangga kita dulu. Inget nggak lo?" bang Ryan justru yang menjawab pertanyaan dari bang Rayan. Terima kasih bang Ryan.

"Manusia ini pasti lupa kan, lo emang harusnya lo beli memori baru deh biar file yang bisa disimpen dikepala lo lebih banyak hahahaha"

"Eh malih lo ya kalau ngomong bisa di rem nggak? Depan orang lain nih"

"dih jaim banget jadi orang, jangan kaku-kaku bos"

Bang Rayan dan Bang Ryan malah bercanda sementara aku menahan rasa takut sambil menunduk dan berharap bang Rayan segera pergi.

"Ngapain maneh ke sini?"

"Ya cari Senjalah masa nyari elo" jawab bang Ryan lagi. Lagi-lagi terimakasih Bang Ryan.

"Eh gue ngomong sama dia ya bukan sama upil. Jawab!" bang Rayan membentakku

"e-eh anu bang iya mau ketemu Senja, b-boleh bang?"

Belum sampai Bang Rayan menjawab pertanyaanku, bang Ryan sudah memanggil Bang Rayan untuk membantunya mencuci mobil dan kemudian aku masuk ke rumah Senja. Samar-samar aku dengar percakapan Bang Rayan dan Bang Ryan di luar

"udah jangan disewotin mulu anak orang. Entar kapok lho main ke sini"

"ya biarinlah, nggak main ke sini malah syukur"

JLEB

***

Ternyata di ruang tamu rumah Larissa ada ayah Larissa yang lagi baca koran sembari menunggu ibu Larissa selesai beberes. Karena di sana ada ayah Larissa aku menyapa ayah Larissa yang berujung ngobrol dengan ayah Larissa. Setelah hampir 10 menit berbincang dengan ayah Larissa di ruang tamu, ayah Larissa berpamitan untuk pergi kerja. Kami membicarakan banyak hal mulai dari bagaimana aku tinggal di Korea, bagaimana pekerjaan ayah dan ibunya Larissa dan tentunya juga membicarakan Larissa yang ayahnya tahu sebenarnya Larissa menyukai membuat komik tetapi Larissa berusaha mengelak ketika ditanya dan berusaha menyembunyikannya. Padahal kata ayah Larissa tidak ada yang salah dengan semua itu, ayah Larissa juga selalu memberikan kebebasan untuk anak-anaknya dalam memilih tujuan hidup mereka, nantinya juga mereka yang menjalani kehidupan mereka sendiri.

Diujung WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang