#2

15 3 0
                                    

Boy POV

Sore itu hatiku menghangat, ketika Larissa memanggilku dengan panggilan Billy. Tiba-tiba seperti ada yang masuk ke dalam tubuhku, berdesir bersama darahku dan membuat hatiku hangat. Hanya dengan panggilan seperti itu aku pulang dengan senyum yang tak bisa hilang, sampai bunda heran

"Boy are you okay?"

"I'm fine Bun" dengan senyum yang masih mengembang aku berlalu pergi ke kamar meninggalkan bunda sendirian di ruang tamu.

Memang hanya Larissa yang memanggilku dengan sebutan "Bill" atau "Billy" karena memang hanya dia yang tahu nama lengkapku kecuali kedua orang tuaku hehe.
Billyansyah Boy. Ya itu nama lengkapku. Namun aku selalu menyembunyikan nama depanku dengan alasan ya biar keren aja namanya Boy dan biar orang-orang penasaran aja dengan namaku yang selalu ku singkat dengan B. Boy. Aku memberitahu namaku pada Larissa karena dia masih jadi yang terbaik buatku, dari dulu sampai saat ini.

Dulu waktu kecil aku sering banget main di taman tadi tuh yang Larissa duduk bengong. Di sana juga aku pertama kali ketemu Larissa. Sampai tiap sore aku selalu ke taman itu hanya untuk bertemu Larissa. Hingga tiba-tiba saat umurku 12 tahun Baba harus pindah ke luar negeri dan pastinya aku dan Bunda harus ikut pindah, kecuali kak Clarissa karena saat itu kak Clarissa dikembalikan Baba dan Bunda kepada orang tuanya yang itu pakdhe dan budheku sendiri.

Setelah Baba dan Bunda menikah memang Baba dan bunda tidak langsung diberi kepercayaan untuk memiliki buah hati sampai lama sekali. Saat itu Bunda sering bercerita pada pakdheku. Sampai akhirnya pakdhe dan budheku memberikan kak Clarissa kepada Bunda dengan maksud agar Baba dan Bunda bisa cepat tertular memiliki buah hati juga. Namun ternyata aku tidak kunjung hadir diantara mereka. Akhirnya setelah umur kak Clarissa 7 tahun aku baru hadir diantara mereka.

Aku dan kak Clarissa merupakan dua orang yang sangat berbeda watak. Kak Clarissa pendiem banget tapi sekali di sentuh bisa langsung galak banget, serem deh pokoknya. Itulah kenapa aku suka sekali menggoda kak Clarissa. Meskipun akhirnya kita tidak tinggal bersama lagi, aku dan kak Clarissa tetap menjalin komunikasi yang sangat baik. Ya kak Clarissa memang galak sih tapi dia juga sangat perhatian padaku. Sampai kabar aku akan kembali ke Bandung terdengar, dia adalah orang pertama yang paling gembira dan tidak sabar menyambut kedatanganku.

Namun itu semua tidak terjadi pada Larissa. Selama aku di luar negeri aku tidak pernah mendengar kabarnya, bahkan kak Clarissa sendiri tidak tahu. Bukan salah kak Clarissa sih karena memang rumah pakdhe dan budhe lumayan jauh dari rumahku dulu, yang tetanggaan dengan Larissa.

***

Pagi hari setelah aku mandi dan siap-siap, aku turun untuk berpamitan dengan Bunda

"Widih anak Bunda yang paling ganteng udah rapi aja, mau pergi kemana? Pagi banget, sekolah?" Tanya Bunda menggodaku

"Ada deh Bun, kepo deh. Udah ya Bun Boy berangkat dulu" aku salim dengan bunda

"Buru-buru banget dik, nggak sarapan dulu?" Tanya kak Clarissa

"Nggak kak, takut yang dikejar keburu pergi" aku berlalu sambil tertawa

Perjalanan ke rumah Larissa aku tempuh dengan waktu 30 menit kecepatan normal. Sesmapainya di rumah Larissa aku bertemu dengan Bundanya Larissa.

"Assalamualaikum Tante, Larissanya ada?" Aku salim ke Bundanya Larissa

"Waalaikumsalam, ada kok tunggu bentar ya Tante panggilin dulu"

"Siap Tante"

Aku duduk di taman depan rumah Larissa. Rumah Larissa memang tidak luas tapi ada taman yang cukup cantik dan terawat karena memang Bunda Larissa hoby berkebun.

"Ngapain kamu pagi-pagi ke sini?" Suara Larissa mengagetkanku

"Kan kemarin emang udah bilang mau ke sini"

"Tapi ya nggak pagi-pagi juga kali. Mending kamu pulang deh aku ada kuliah habis ini"

"Ya udah sekalian aku anterin gapapa"

"Ogah mending naik ojek online"

"Geratis deh kalo aku anterin, lumayankan hemat ongkos, gimana?"

"Ya udah boleh deh, lagian lagi banyak banget pengeluaran di kampus"

"Siap dah, mau berangkat kapan neng?"

"Sekarang aja langsung gapapa, bentar aku pamit dulu ke Bunda"

"Siap"

Setelah Larissa keluar dari rumah dan bersiap untuk naik ke montorku

"Kamu pasti seneng kan bisa aku anterin" candaku

"Dih mending naik ojek online aja kalo gitu" kata Larissa sambil mengeluarkan handphonenya dari tas hendak memesan ojek online.

"Naik dah gitu aja ngambek kamu sa sa, nggak berubah emang. Ke UPI kan?"

"Lah kok kamu tahu?"

"Bukan aku tempe"

"Apaan sih Bill bercandaanmu nggak lucu"

Saat itu hatiku kembali menghangat. Tapi akhirnya Larissa mau juga naik ke motorku dan aku langsung aja tancap gas ke UPI.

***

Hi! Jangan lupa vommentnya yaa.. dukungan dari kalian bikin aku lebih semangat buat terus nulis dan lanjutin cerita ini sampai selesai 🙂🙏🏿

Diujung WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang