04 - How Hanahaki Work

61 9 0
                                    

Kelas Alice sedang berduka. Kali ini, hanahaki disease merenggut salah satu nyawa teman sekelasnya. Alice ingat persis bagaimana hal ini terjadi. Ketika mereka berdua sedang berbicara, Alex tiba-tiba terbatuk dan mengeluarkan darah saat itu juga. Jangan lupakan kelopak bunga mawar merah yang terkena darah Alex.

Alice tiba-tiba mengingat ketika Alex bercerita kepadanya tentang Alya. Bagaimana Ia jatuh cinta kepada gadis itu dan bagaimana cara gadis itu dapat membuat nya jatuh cinta dalam beberapa detik saja.

Alice ingat bagaimana Alex terlihat bahagia saat Ia menceritakan tentang Alya kepadanya. Padahal jauh dari hal itu, Alex mengalami hal yang benar-benar menyakitkan seperti dirinya. Alice juga ingat bagaimana Alex menceritakan tentang rasa di paru-parunya. Bagaimana rasa mawar merah tumbuh di paru-parunya dan bagaimana duri-duri tajam itu menyiksanya.

Alice merasa heran, mengapa Alex masih bisa sebahagia itu padahal duri-duri tajam itu menyiksa diri nya sendiri. Alice ingat apa yang dikatakan Alex saat Ia bertanya tentang hal itu.

"Lo mau tau jawaban kenapa gue masih bisa sebahagia ini, Al? Jawaban nya simpel. Gue hanya pengen bahagia saat berada di dekatnya tanpa membagi rasa yang menyakitkan ini. Gue ga tau dia mau balas perasaan gue atau nggak. Yang gue tau, gue hanya pengen bersama dia. Dia bahagia, gue bahagia. Sesederhana itu Al bahagia gue. Jadi, seandainya gue jatuh terlalu dalam dan gue udah ada di fase "itu", gue hanya pengen satu hal. Gue mau dia bahagia bersama pilihannya sendiri." kata-kata Alex terngiang di kepalanya.

Saat ini Alice dan bersama teman sekelasnya berada di rumah Alex. Alice memang dekat dengan Alex sejak TK. Jadi, tidak heran jika mereka sering berbincang berdua di kelas. Tatapan Alice tertuju kepada sebuah bunga mawar merah berduri yang berada digenggaman Alex. Perasaan pertama Alex. Rasa cinta yang begitu kuat. batin Alice.

Melihat tubuh Alex yang terbujur kaku dengan sekuntum mawar merah di genggamannya, membuat Alice menyentuh pelan tangan Alex yang pucat dan dingin.

"Gue ga bakalan bisa lagi mendengar cerita bahagia lo saat bersama dia, Al. Gue ga bakalan bisa lagi liat ekspresi bahagia lo itu. Lo tau gue dan lo sama, kan? Jadi, kalo seandainya saat gue udah datang, lo datengin gue ya, Al. Janji ya...."

Air matanya sudah tidak dapat Ia bendung lagi. Alice menangis. Mama Alex menghampiri Alice dan menenangkan gadis itu. Alice kehilangan. Kehilangan orang terdekatnya. Hal ini akan selalu membekas di hati Alice.

Beberapa hari setelah kepergian Alex bersama cintanya, siapa sangka bahwa Alya menyusul Alex. Alya mengalami kecelakaan mobil. Saat itu, Alya sedang mengambil ponselnya yang berada didalam tas nya. Pada saat itu juga, sebuah mobil besar ternyata datang dari arah yang berlawanan dan Alya tidak sengaja membawa mobilnya tepat ke depan mobil besar tersebut karena kehilangan kendali.

Alya pun dimakamkan. Tangannya menggenggam sekuntum mawar merah berduri bersama dengan sekuntum mawar berwarna pink. Jangan lupakan juga bunga bakung dan bunga hydrangea yang berada di genggamannya. Terhitung 4 bunga berbeda dengan arti yang berbeda pula. Alice yang meminta kepada orang tua Alya membuat 4 bunga dengan jenis berbeda tersebut digenggaman Alya karena, itu adalah permintaan Alya terakhir kalinya.

Satu hari sebelum kematian Alya, Alice ingat bahwa Alya menghampirinya dan memberinya sebuah surat dengan kertas berwarna cokelat di dalamnya. Alya mengatakan bahwa Ia dapat membacanya setelah pulang dari kampus. Alice hanya menurutinya. Saat sampai di rumah, Alice sedikit bingung namun masih dapat mengerti maksud surat Alya.

 Saat sampai di rumah, Alice sedikit bingung namun masih dapat mengerti maksud surat Alya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Namun, siapa sangka bahwa "saat itu" besok. Alice menatap sendu makam milik Alya. Alice mengelus pelan papan nama milik Alya yang berdiri kokoh. "Kalo kamu bertemu dengan dia, Aku harap kalian berdua berbahagia bersama di sana ya," ujar Alice kemudian pergi.

***

Alice berjalan di taman bersama dengan June. Alice sedari tadi mendengarkan celotehan June yang tidak ada habisnya. Alice menuntun June untuk duduk di sebuah bangku taman yang menghadap langsung ke danau kecil.

“Lo sering datang ke sini, Al?” tanya June. Alice mengangguk. “Kalo misalnya pikiran gue lagi ruwet, gue datang ke sini. Memang tempatnya ramai, tapi disinilah gue merasa tenang,” jelas Alice sambil menyunggingkan senyuman.

“Lo tau ga, Al? Tadi pagi, gue ngerasain bagaimana kebun bunga tumbuh diparu-paru gue saat gue melihat Arka,” ungkap June. “Pasti rasanya sangat menyakitkan,” ucap Alice. “Al, Al, tiap bunga yang tumbuh diparu-paru itu, rasanya menyakitkan. Tidak ada yang menyenangkan,” cetus June. Alice hanya terkekeh kecil. June menggeleng-gelengkan kepalanya.
Hening menyelimuti keduanya. Tidak ada lagi yang memulai pembicaraan.

Tiba-tiba, seseorang memanggil nama mereka berdua. “Alice! June!” panggil orang tersebut. Alice dan June melirik secara bersamaan ke arah seseorang yang telah memanggil nama mereka. Arka memanggil mereka. Arka menghampiri Alice dan June dengan setengah berlari.

“Eh, lo ngapain di sini, Ka?” tanya Alice. “Ohh itu, gue lagi bareng Dion ke sini. Dia ngajak gue buat jalan santai gitu. Tapi, dianya lagi beli jajan di sana tuh,” jelas Arka sambil menunjuk sebuah kios jajanan. Alice dan June pun mengangguk mengerti.

"Lo berdua lagi ngapain di sini?" tanya Arka sambil bergantian menatap Alice dan June. "Oh, kita lagi jalan-jalan santai gitu doang kok. Mumpung ga ada kerjaan di rumah," jawab Alice sambil melirik June yang menundukkan kepalanya. "Gitu yaa... Oke deh. Btw, gue udah di panggil Dion tuh. Gue cabut duluan ya. Oh iya, nanti malem, gue chat lo ya, June. Gue mau bilang sesuatu,” ujar Arka malu-malu, yang kemudian berlari menyusul Dion di kios jajanan. June tersenyum sambil menatap kepergian Arka. Alice hanya tertawa melihat tingkah Arka yang sedikit aneh.

Tiba-tiba, June terbatuk-batuk. June merasa sesak dan gatal di dadanya. Alice berusaha menenangkan June. “Gue di sini, June. Keluarin aja semuanya,” ujar Alice sambil mengelus punggung June. Berbagai macam bunga keluar dari mulut June. June pun tiba-tiba berhenti terbatuk. June pun menatap Alice dengan mata yang berkaca-kaca. “Al,” panggil June.

“Iya?”

“Gue ga ngerasain sesak lagi. Gue ga ngerasain bagaimana bunga-bunga tumbuh di paru-paru gue lagi!!” pekik June. June menumpahkan air matanya yang sudah tidak terbendung lagi.

Alice menatap June dengan tatapan senang dan bahagia. Alice memeluk June dengan erat. “Gue ikutan senang, June!” June hanya tersenyum sambil menangis haru. Ya. Arka memilih untuk membalas mencintai June. Arka membalas perasaan June.

Hanahaki Byou 🥀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang