06 - Let Go

71 10 2
                                    

Play : Before you go - Lewis Capaldi

.
.
.
.
.

Alice berusia 24 Tahun

Saat ini Alice berada di sebuah rumah yang sedikit megah dengan kesan yang elegan. Rumah itu sangat ramai. Hari ini, Bagas dan Acha merayakan pesta di rumah karena kelahiran anak pertama mereka beberapa minggu yang lalu.

Bagas sudah menikah bersama wanita yang Ia temui saat kuliah. Acha. Mereka mulai berpacaran beberapa hari setelah ospek kampus selesai. Lihat, bahkan cinta dengan cepat dapat menyatukan dua insan manusia yang baru saja bertemu.

Alice mendatangi Bagas dan Acha yang berada diruang tamu. "Selamat ya Bagas, Acha!" ujar Alice sambil tersenyum senang. "Haha, Thank you ya, Al! Lo kapan, nih?" ungkap Bagas sambil terkekeh kecil. Acha menyikut pelan lengan Bagas. Bagas berhenti terkekeh. Alice tersenyum.

"Kapan-kapan deh, ya. Gue lagi pengen sendiri aja," jawab Alice terhadap pertanyaan Bagas tadi. Haha, kebohongan apa lagi ini, Al batin Alice.

"Nanti, lo tiba-tiba sebar undangan aja, kan bikin kaget," ucap Bagas. Alice hanya tertawa. "Nama anak nya siapa? Lucu banget sih, adik bayi." Alice mengusap pelan pipi bayi yang berada di gendongan Acha. Bayi itu berusaha meraih jari Alice yang baru saja mengusap pipi nya. "Namanya Alicia Elisabeth. Jenis kelaminnya perempuan. Lucu kan namanya. Jangan kaget ada nama lo ya, haha." ucap Bagas.

"Acha ga masalah gue ambil dari nama lo sedikit. Malah jadi lucu denger nya," jelas Bagas. Acha mengangguk yang berarti, Ia menyetujui ucapan Bagas.
Alice tidak terkejut. Alice tetap menunjukkan wajah santai.

"Gue harap, kalian bahagia terus ya. Langgeng terus sampai tua nanti. Gue duluan ya. Gue masih ingat ada urusan nih. Gapapa kan?" ucap Alice. "Gapapa kok," jawab Bagas. "Selamat tinggal, Alicia. Sampai bertemu lagi ya." Alice menekan pelan hidung Alicia. Alice pun melambaikan tangannya kepada Bagas dan Acha kemudian, pergi dari rumah Bagas.

Alice berlari menuju sebuah taman yang berada di dekat rumah Bagas. Alice merasa sangat sesak. Lebih sesak daripada yang Ia rasakan sebelum nya. Alice terbatuk-batuk. Alice berusaha mengambil udara sebanyak-banyaknya namun, usahanya terlihat sia-sia. Alice mengeluarkan banyak kelopak bunga dari mulutnya. Alice menangis.

Jangan lupakan ada darah ikut keluar dari mulut Alice, diikuti oleh kelopak bunga yang tak henti-hentinya keluar di saat Ia batuk. Mawar dark pink, Tulip kuning, Krisan Kuning, Anyelir Kuning, Anyelir Merah Muda, Hyacinth Kuning, Hyacinth Ungu, Hydrangea, Mawar Merah dan jangan lupakan lily putih.

Pandangan Alice seketika kabur dan gelap hampir menyelimuti matanya. Alice tidak dapat mendengar suara Karina yang sedari tadi memanggil namanya. Alice tidak dapat mendengar suara di sekitarnya kecuali detak jantungnya yang berpacu dengan cepat.

Alice seketika terjatuh dan terkulai lemas. Ia memegang erat paru-parunya. Ia kesulitan bernafas. Bahkan, Ia tidak dapat menghirup udara yang berada di sekitarnya lagi. Alice berusaha mengucapkan beberapa kata.

"S-sem-moga... Ba-hagia... Ya... Bag-gas. Ma-af dan ter-ima kas-sih..."
Seketika, pandangan Alice gelap total. Alice tidak dapat mendengar suara yang sedari tadi memanggil namanya. Alice tidak dapat melihat dan mendengar bahwa Karina sudah menangis sambil mendekapnya erat, Alice tidak dapat merasakan bahwa air mata Karina jatuh mengenai wajahnya, dan Alice tidak dapat lagi merasakan bunga-bunga itu tumbuh.

Paru-parunya sudah dipenuhi oleh bunga-bunga yang menemaninya sejak Ia berumur 14 Tahun. Awal Ia merasa jatuh cinta kepada seorang pria bernama Bagas. Alice tidak dapat lagi... Merasakan rasa yang menyesakkan dadanya....

Alice tertidur. Tidak untuk sebentar. Tidak untuk 8-10 jam. Tetapi, untuk selamanya. Ia meninggalkan segalanya. Bahkan pria yang Ia cintai. Pria yang membuatnya seperti ini. Namun, Alice tidak menyesal. Tidak akan pernah menyesal karena telah mencintai pria seperti Bagas...

Hanahaki Byou 🥀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang