Chapter 1 || Aneh?

79 9 100
                                    

»»———— Selfish'ILY, I Want With U ————-««

"Nggak habis pikir, terjebak dalam waktu asmara buat orang buta secara tidak langsung ... atau Brina yang aneh?"


Selfish'ILY, I Want With U

**✿❀ Defa Greesa ❀✿**

Kantin sedang kacau. Tampak di sana, aksi dramatis dari pasangan yang sudah tak asing lagi disaksikan oleh seluruh siwa-siswi SMA Scarlet. "Lo ngomong apa? Udahlah, basi."

Punggung seorang cowok meninggalkan Brina yang terjatuh. Rana—seorang sahabat sekaligus teman sekelas—menolong gadis itu.

"Lo oke?" tanya Rana setelah membantu Brina berdiri.

"I'm fine," sahut gadis itu dengan senyuman kecil. Kerutan terlihat di wajah Rana, ia tahu semua itu hanya tipuannya. Senyuman kala tangisnya sangat tidak masuk akal. Lengkungan paksaan terlihat jelas di wajah Brina.

"Kok tega ya, Brima ngelakuin itu ke Brina?" tanya seorang siswi yang menyaksikan kejadian itu. Gadis yang diketahui bernama Fiya itu sesekali melirik Brina dari mejanya.

"Oh, mungkin nih, Brima itu nggak sayang lagi sama dia." Gadis bernama Sasa yang ada di hadapannya pun menyahut.

"Hmm.... Iya juga, ya." Fiya tertawa meledek. "Coba deh, pikir kenapa juga beberapa hari ini Brima kasar? Mungkin kualitas Brina yang emang bosanin jadi pacar kali, ya."

Sasa ikut tertawa menyetujui opini temannya. "Udahlah, malasin banget. Entar kita dikira orang jahat lagi, Fi. Yuk, cabs* dari sini." Kedua gadis centil itu beranjak, bergandengan tangan keluar dari kantin.

"Uhh, pasangan dramatis lagi-lagi berulah. Nggak nafsu gue jadinya, Cit. Cabs aja, yuk." Gadis berambut sebahu bernama Naila itu mengajak Citra pergi. Namun, tak dihiraukan oleh temannya.

Citra tertawa singkat. "Bilang aja lo nggak suka liat si Brina, atau lo jadi ilfeel liat Brima kasar kayak gitu?"

Naila mengangguk singkat. "Ilfeel gue liat muka asongan si Brima. Huh, sok banget tuh cowok!" Raut tak suka terlihat jelas di wajah gadis itu.

"Brina kok tahan, ya? Padahal Brima kasar gitu, masih aja dianggap baik sama Brina," celetuk teman satu meja Naila bernama Kyla yang masih seangkatan dengannya.

"Tau, tuh. Udah dinasehatin juga percuma, batu banget tuh cewek." Citra mengangguk setuju. Rana memang sudah sering menasehati gadis bermata coklat itu, tetapi tidak pernah dihiraukan.

"Apa bener ya, soal rumor itu? Bisa aja kan, Brina emang mengidap penyakit itu?" pikir Kyla. Ia bertanya dengan raut serius membuat Naila dan Citra ikut berpikir. Tak mau ambil pusing lagi, Naila mengajak Citra keluar dari kantin. Kyla pun mengikuti mereka.

"Kak Brima kok gitu, sih? Kayak nggak ada perasaan banget gitu...." Gadis berkacamata dengan rambut digerai itu berkomentar. Gadis setingkat di bawah Brina yang bernama Zila itu merasa iba melihat kejadian barusan.

"Kenapa Kak Brina diam aja?!" Gadis yang diketahui bernama Yuyun—teman sekelas Zila—ikut berkomentar. Kentara sekali ia geram dari logat khas Medannya itu. "Aku kalo jadi Kak Brina dah kubalas itu, iya. Pengen kali kucekek dia biar mati."

"Heh, gue sebagai fans juga kesel liatnya. Kak Brina keliatan lemah banget jadinya." Ini Mona yang berkomentar—teman dari Zila dan Yuyun juga. Mereka menyetujui ucapan Mona, kakak kelas paling ramah dan baik yang mereka kenal itu terlihat tak berdaya di hadapan sang pacar.

"Eh, dahlah pergi yok. Itu Kak Rana nengok ke kita terus dari tadi, loh. Yoklah, nggak selera lagi pun aku makan. Pulsek* ajalah nanti makan bakso tempat Mas Dodit," bisik Yuyun. Zila dan Mona mengangguk. Mereka melewati meja kakak kelasnya itu dengan sedikit membungkukkan badan, sopan.

Selfish'ILY, I Want With UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang