Chapter 05 || Pemilik Rasa

10 6 0
                                    

Sejauh apa pun pemilik rasa,
hanya menyebutkan namamu. Sudah membuat terguncang hatiku untuk bersemi.


**✿❀ Defa Greesa ❀✿**

Brina menunggu Ken sembari menikmati kopi hangat di teras rumah. Ada dua kursi kayu dan meja kecil di sana. Tak butuh waktu lama, grup kelas ramai membincangkan dirinya yang tidak masuk sekolah hari ini. "Hah? Apaan sih? Masa kalian kangen sama aku?"

Jari-jari Brina mulai membalas satu persatu pertanyaan teman-teman sekelasnya. Banyak yang bertanya apa yang terjadi hingga membuat Brina yang selalu rajin hadir tiba-tiba tidak hadir hari ini.

Brina
Gue nggak papa. Cuma yaa nggak enak badan aja.
Tapi sekarang udah mendingan kok, kalian nggakk usah ribut kayak emak² arisan deh.

Begitulah jawaban yang ia ketik untuk salah satu chat di grup kelas. Tak lama, ada panggilan masuk dari Ken.

"Lo kenapa dah bisa sakit? Pake nggak masuk segala lagi, manja banget. Kalo pengen dibelin makanan gratis, nggak gini juga kali caranya!" cibir pria itu melalui panggilan di seberang sana. Brina menjauhkan sebentar ponselnya, ia terkekeh pelan mendengar cibiran sahabatnya itu. Lalu, mendekatkan benda pipih itu lagi.

"Apaan sih, Alien? Ganggu ah, gaje! Udahlah kalo nggak penting gue matiin nih." Ia tidak habis pikir, mengapa Ken bisa meneleponnya di jam pelajaran?

"Lo pasti bosan. Jadi, gue telepon biar lo bisa dengerin suara merdu gue." Brina diam-diam mencibir. Manusia titisan alien satu ini ternyata masih memiliki kepercayaan diri yang melampaui batas. Tidak luntur sejak dulu.

"Jijik, merdu dari mana coba? Suar[14/3 20.16] Intan Jatim: Sama sama

"Gue punya kenalan, mau lo?" tawar Ken dengan nada serius. Sebenarnya ia cuma bercanda, tetapi sengaja dibuat serius untuk meyakinkan Brina.

"Kenalan? Apa maksudnya nih? Kenalan buat apa? Gue lagi malas ngurusin bisnis online atau sejenisnya," tegas Brina, lebih menekankan kalimat terakhir.

"Bukan itu, Mbak Rebahan! Gue tau lo itu nggak demen begituan, beda ini mah. Jadi mau nggak?" tawar cowok itu sekali lagi.

"Coba bilang dulu. Gue takut, kalo lo kasih kenalan macem-macem," balas Brina sedikit sinis, sesekali menatap foto dirinya bersama sang kekasih di atas meja.

"Janji gue, nggak macam-macam. Mau nggak?" Brina terdiam untuk berpikir sambil menyeruput kopi yang tinggal sepertiga. Mau atau tidak, ya?

"Woy, mau nggak? Udah berapa kali gue tanya, tapi dikacangin mulu!" teriak Ken geram.

"Iya-iya. Btw, lo lagi di mana? Nggak bolos, kan? Bukannya ini udah masuk mapel Bahasa Inggris, ya?" tanya Brina binggung. Seingatnya memang ini waktunya pelajaran itu, ia hapal sekali jadwal pelajaran.

"Oh, gue lagi di kantin, kalau Brima lagi adem sama cewek di kantin juga. Jadi, gue duduk sendiri. Jujur, hari ini banyak jamkos, Na. Rugi lo nggak masuk." Brina mengangguk, menghembuskan napas pelan. Setiap gerak-gerik Brima diperhatikan oleh Ken. Jujur saja, ia sungguh tak suka melihat gadis ini tersakiti. Namun, apa pun yang akan dilakukan demi Brina nantinya menjadi serba salah sebab yang membuat gadis itu seperti ini adalah temannya sendiri.

"Jadi nggak? Gue sibuk. Gue matiin nih!" ancam Brina yang sebenarnya tidak ada rencana untuk melakukan apa-apa. Sok sibuk, ck!

"Gini ... mau double date nggak? Entar gue sharelock, gue kenalin sama seseorang di sana," tawar Ken di seberang sana. Kemungkinan hanya lima persen gadis ini akan menerima, pikirnya.

Selfish'ILY, I Want With UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang