Chapter 3|| Ungkapan Hati

14 4 15
                                    

»»————-Selfish'ILY, I want with U————-««

"Ungkapan hatiku, tolong dengarlah.... Aku tidak bisa bermain-main mencari yang lain dan menganggap dia adalah kamu."

*✿❀ Defa Greesa ❀✿*

Suara tawa dan tepuk tangan terdengar di telinga beberapa orang di kelas menjadi candu. Hanya lelucon antara murid dan guru yang menjadi canda bagi mereka semua. Radit selalu membalas setiap ucapan sang murid yang tak pernah takut padanya.

"Udah! Rana sekarang diam, tidak ada candaan lagi!" Radit, menatap tajam pada muridnya itu. Cukup sekali saja lelucon keluar, waktunya sekarang adalah untuk belajar serius.

Rana mengusap wajah gusar. "Iya, Pak!"

Semua siswa dan siswi di kelas itu serius mendengarkan penjelasan dari Radit begitu pun Rana. Hingga pikirannya tak fokus merambat ke mana-mana. Gadis itu selalu memikirkan senyum manis dan ketampanan sang guru muda itu.

Andai Pak Radit bisa deket sama gue. Pasti udah gue serbu, tuh. Eh, tapi tenang aja gue bakal selalu memikat Pak Radit dengan gombalan receh andalan gue, batin Rana, membayangkan dia berdampingan dengan guru muda itu.

Hingga pelajaran telah usai, Rana tetap saja memikirkan guru muda itu. Padahal orang yang ia dipikirkan sekarang berada tepat di depannya, membawa buku dan menenteng tas laptop berisi rekapan nilai murid dalam dekapan.

"Ada mas ganteng," ucapnya spontan. Dalam sekejap, seluruh atensi memusat kepada Rana yang segera mendapatkan tawa dari seluruh penjuru kelas.

"Mas ganteng?"

Brina yang sedari tadi diam mengelengkan kepala melihat tingkah temannya yang satu ini. Ternyata tidak dia saja yang bucin, Rana pun  tertular. Ia menyengol lengan gadis itu.

"Mas ganteng? Lihat deh, di depan siapa? Jangan asik mikir yang enggak-enggak." Brina berdecak sebal, segala umpatan terucap dalam hati. Bisa-bisanya ia memiliki teman seperti ini? Oh gosh!

Rana tersadar dari lamunannya. Ia segera mendongak menatap lekat manik mata di hadapan. Gadis itu hanya cengengesan, melakukan trik yang seharusnya ia lakukan. Kapan lagi coba mendapat kesempatan untuk menggombal setelah usai belajar? Candaan itu baru awalnya saja.

"Pak, tau nggak arti cinta dan kasih sayang?" Pipi Rana merona seperti tomat. Malu rasanya saat menanyakan hal itu, tapi tak apalah yang penting rasa cinta semakin bertambah.

Mata Radit melotot. Apa coba maksud siswinya ini? Baiklah, Radit sang guru killer akan menjawab.

"Cinta? Sebuah kisah di mana dua orang saling menjalaninya. Sedangkan, kasih sayang? Itu, satu jiwa antara dua orang atau lebih, contohnya antara Ayah dan anak," jawabnya mantap dengan lengkungan manis ia tunjukkan pada Rana.

"Ada yang kurang, Pak!"

"Apa yang kurang?" tanya Radit bingung.

"Alah, Rana modus Pak!"

"Alah, Rana t-e-p-o-s Pak. Ingat pak tepos—tebar pesona—nggak usah didengerinlah, Pak."

"Cie, uwu-uwuan, ni ye."

"Aha, berani dienye. Aduh, kutil biawak bahas cinta-cintaan."

Pak Radit tersenyum, mendengar ocehan anak-anak kelas Rana. Tampaknya tak ada masalah bagi mereka saat gadis itu menggodanya. Sementara, ia menunduk malu. Tak mungkin ia berkata jujur, bukan?

Selfish'ILY, I Want With UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang