Antara Kita
Satu bulan sebelum akad
Aivana San Ahmed. Putri tunggal dari Fauzan Ahmed dan Susan Ahmed. Martabat yang tinggi, keluarga terpandang di ibu kota. Memiliki paras yang cantik dengan tahi lalat di pipi, gigi gingsul seolah menambah kadar senyum manisnya yang anggun. Terkenal lugu dan manja bagi orang yang mengenalnya.
Kini, senyumnya tampak tidak akan pudar walau seribu tahun lamanya. Karena malam ini adalah hari di mana dia akan bertemu anak laki-laki di masa kecilnya. Anak laki-laki yang selalu pergi ke Timezone dekat rumahnya.
Sekian lama Aivana mencari anak laki-laki itu. Hari ini akhirnya tiba. Ternyata anak lelaki itu adalah putra teman papanya, dan akhirnya setelah sebelas tahun mencari, anak lelaki itu akan dijodohkan dengannya.
Sungguh, takdir Tuhan yang luar biasa. Alam semesta bergerak menyatukan mereka kembali setelah terpisah lama.
Gadis itu membuka laci kecil, mengambil kotak berwarna coklat dan membukanya. Mengambil sebuah foto anak laki-laki berumur sepuluh tahun. Bibirnya melengkung ke atas, seraya jarinya mengelus foto yang telah robek ujungnya.
"Kita akan segera bersatu, seperti janji kita dulu," katanya bergumam.
Kedatangan Susan mengejutkannya, dia segera memasukan foto itu ke laci kembali.
"Semoga Allah melindungimu dari pandangan buruk. Anak Mama benar-benar cantik bagai bidadari," ungkap Susan seraya melihat putrinya dari cermin.
"Masya Allah, semoga senyummu abadi," tambahnya saat melihat senyum putrinya yang tampak begitu bahagia.
Gaun berwarna pastel itu seolah memancarkan cahaya dari Aivana, rambutnya tergerai begitu anggun. Kini, Susan menatap putrinya, tampak masih tidak percaya. Putri tunggalnya yang manja dan lugu sudah dewasa, rasanya begitu sulit melepasnya.
"Mama, jangan natap aku kayak gitu. Seolah aku mau pergi jauh aja. Ini cuma acara lamaran," protes Aivana memeluk Susan.
"Mama cuma nggak nyangka kamu udah dewasa. Rasanya baru kemarin kamu jatuh dari ayunan bayi," ungkap Susan mendapat protes dari putrinya.
"Aku udah gede, ya! Jangan bahas itu mulu!"
Susan terkekeh melihat putrinya merajuk.
"Mereka udah datang. Ayo, temui mereka. Tersenyumlah sampai pengantin prianya nggak bisa kedip.""Mama!" Aivana menepuk lengan mamanya karena terus diledek dan semakin membuatnya malu. Begitulah anak manja Fauzan itu belum berubah.
Akhirnya, langkah itu mengantar Aivana pada lelaki impiannya. Calon Imam yang sudah dia nantikan.
"Astaga! Calon menantu kita benar-benar datang dari Surga," ujar Maharani, istri dari Dewanto memuji, dan semakin membuat Aivana malu.
"Kami memiliki putri bagai mawar, bukan?" sahut Fauzan, disetujui Dewanto.
Akhirnya Aivana duduk. Sesekali gadis itu mencuri pandang lelaki berjas hitam yang duduk di hadapannya. Meski pemuda itu tidak menatapnya, tetapi jelas sekali jika Aivana bisa mengenalinya.
"Aivana, ini adalah putra pertama kami, Lyla Dewanto," ujar Dewanto memperkenalkan putra pertamanya.
"Senang bertemu denganmu, Aivana," ujar Lyla dan tentu tatapan mereka akhirnya bertemu.
Aivana tertunduk malu. Sungguh, jantungnya berdebar hebat saat menatap Lyla. Ini kali pertama dia tahu nama anak lelaki sebelas tahun lalu berteman dengannya itu. Mendengar suaranya, semakin menggetarkan hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUGA (TERBIT)
General Fiction"Pada akhirnya, cuma dia pilihan terakhir," jawab Dewanto putus asa. "Enggak! Nggak bisa! Ini pernikahan anakku! Nggak bisa!" teriak Maharani. •••• Berawal dari sebuah perjodohan yang amat Aivana inginkan. Namun, pengantin pria melarikan diri tepat...