Salah
Pagi sekali, bahkan Alzhaf si pria menyebalkan itu belum bangun, Aivana menemui Dewanto di teras. Pria itu tengah bersantai dengan kopinya. Dengan berdiri gelisah, Aivana menghampiri Papa mertuanya itu.
"Pagi, Pa?" sapa Aivana. Ini kali pertama setelah pernikahan Aivana berinteraksi dengan keluarga itu lebih banyak. Tentu saja canggung, apalagi setelah kejadian pernikahan itu, secara tidak langsung mempengaruhi sikap semua orang.
"Oh, pagi juga Aivana. Sini duduk," ajak Dewanto, mempersilakan tempat duduk untuk menantunya.
"Di mana suami kamu? Dia belum bangun?" tanya Dewanto, mendapat gelengan dari Aivana.
"Dasar kebo satu itu," gumam Dewanto terkekeh.
"Pasti kalian kelelahan. Kenapa nggak coba berlibur sambil bulan madu? Pengantin baru biasanya memilih mengasingkan diri." Dewanto berujar, beberapa detik kemudian, lelaki itu merutukinya.
Melihat wajah Aivana yang gelisah, membuat Dewanto menjadi tidak enak karena salah bicara.
"Pa, aku ke sini karena mau nanya sesuatu." Aivana meremas lututnya, mulai gelisah.
"Aku pengen liat foto masa kecil–"
"Ah, iya! Papa lupa. Kamu anggota baru keluarga ini, tentu penasaran dengan foto masa kecil Alzhaf. Sebentar, ya." Dewanto bangkit, begitu bersemangat. Lelaki itu lantas pergi ke dalam rumahnya, mengambil album foto keluarganya.
Seraya menunggu, Aivana duduk santai. Namun, kedatangan Lyla membuatnya langsung bangkit, memberinya senyum. Sungguh, wanita itu ingin berlari memeluknya, meledakkan kerinduan yang bertahun-tahun dia tahan.
"Pagi?" sapa Aivana.
Tentu, hanya Aivana yang bersemangat. Lyla hanya akan merespon jika ada Alzhaf, tujuannya hanya untuk memberi saudara laki-lakinya pelajaran.
Samar-samar, Lyla mendengar suara Alzhaf. Tatapan Lyla tertuju pada Aivana, kesempatan untuk memulai aksinya.
"Aw!" Lyla menjatuhkan dirinya di pelukan Aivana, seolah masih lemas karena kemarin malam.
"Kamu nggak apa-apa?" Aivana panik saat Lyla terjatuh, wanita itu terlalu polos untuk mengetahui niat Kakak suaminya itu.
Jika tentang Lyla,wanita itu selalu cepat tanggap. Tentu perasaannya yang dalam mendorongnya untuk selalu peduli pada Lyla.
"Kepalaku pusing," jawab Lyla, bohong.
"Lyla!" teriak Dewanto.
Pria itu datang bersama Alzhaf. Menyingkirkan tubuh Lyla dari pelukan Aivana. Alzhaf terdiam, tahu jika itu adalah trik saudaranya memancing emosi.
"Apa-apaan kamu? Apa kamu kehilangan rasa malu? Dia istri Adik kamu!" bentak Dewanto setelah menaruh album foto di meja.
"Sebelum jadi istri Alzhaf, dia sebenarnya akan jadi istri aku, kan?" tanya Lyla, tentu hal itu memancing amarah papanya.
"Sebelum jadi istri Alzhaf, kamu meninggalkan dia lebih dulu!" kata Dewanto penuh penekanan.
"Alzhaf, bawa istri kamu pergi. Akan jauh lebih baik kalau Papa kirim kalian bulan madu," titah Dewanto.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUGA (TERBIT)
Fiksi Umum"Pada akhirnya, cuma dia pilihan terakhir," jawab Dewanto putus asa. "Enggak! Nggak bisa! Ini pernikahan anakku! Nggak bisa!" teriak Maharani. •••• Berawal dari sebuah perjodohan yang amat Aivana inginkan. Namun, pengantin pria melarikan diri tepat...