• 20. Kita

2.2K 366 47
                                    

Kita

Setelah kecewa melihat Alzhaf yang sebenarnya, Aivana menyingkirkan keraguan itu lagi. Hari ini, wanita itu akan benar-benar menceraikan suaminya itu setelah menundanya. Benar, Aivana belum mendaftarkan perceraian itu meski telah berpindah rumah. Hanya karena satu keraguan, wanita itu menundanya. Namun, kali ini tidak perlu ragu kehilangan Alzhaf.

Sebelum ke kantor dan mendaftarkan perceraian besok, Aivana mengunjungi rumah mertuanya. Mengambil barangnya dan izin untuk bercerai dengan Alzhaf atas kesepakatan bersama.

Saat tengah memasukan barangnya ke koper, wanita itu melihat kotak yang di atasnya terdapat bandana milik Alzhaf. Penasaran dengan isinya, Aivana membukanya.

"Foto aku?" gumamnya mengernyit saat melihat fotonya ada di sana.

Aivana akhirnya mengeluarkan beberapa foto di sana. Foto teman masa kecilnya, dan juga foto yang hilang di rumahnya ada di sana. Jadi, Alzhaf mencurinya? Pikir Aivana panik.

Wanita itu menjadi takut setelah melihat Alzhaf ternyata menyimpan fotonya. Takut dengan tujuan lelaki itu. Apalagi terdapat foto Lyla saat kecil dulu.

Tunggu! Ini bukan pertama kalinya ada foto teman masa kecilnya itu di kamar Alzhaf. Setau Aivana keduanya tidak akur, dan tidak mungkin Alzhaf menyimpan foto saudaranya.

"Apa yang sebenarnya Alzhaf rencanakan?" gumamnya takut.

Penasaran, Aivana memutuskan menemui Dewanto, dan ingin memastikan sendiri lewat album foto yang sempat ingin Dewanto perlihatkan padanya.

Beruntung, Dewanto masih di rumah. Aivana mengajak pria itu duduk di teras belakang dengan perasaan yang cukup gelisah, mulai meragukan Lyla bahwa dia bukan teman masa kecilnya dulu di Timezone.

"Ai, dateng ke sini buat ngasih tau, kalau Ai mau ambil barang dan …," Wanita itu menghentikan ucapannya, menunduk dan mengambil napasnya.

"Ai sama Alzhaf sepakat untuk cerai. Ai mau bilang makasih banyak karena udah baik selama ini sama Ai," ujar Aivana, membuat Dewanto tidak bisa melakukan apa pun.

"Maaf karena banyak yang terjadi di sini dan buat kamu nggak nyaman. Kalau itu keputusan kalian, Papa nggak bisa apa-apa," sahut Dewanto, pasrah tentang keputusan keduanya.

Aivana berterima kasih karena pengertian Dewanto.

"Pa, Aivana boleh liat album keluarga ini, nggak? Sebelum Aivana pergi," pinta Aivana, dan Dewanto menepuk dahinya.

"Waktu itu kita lupa liat bersama. Sebentar." Dewanto mengambil album itu dengan cepat, dan mulai membuka lembaran demi lembaran.

Di sana, banyak sekali foto bayi yang masih merah sampai balita. Aivana tersenyum melihat semua ekspresi berbeda di sana.

"Ini Lyla. Dulu dia punya alergi, beruntung besarnya udah nggak lagi. Satu hal yang nggak berubah dari Lyla, sifat nakalnya," ujar Dewanto menjelaskan setiap foto yang mereka lihat dengan detail.

Dewanto menceritakan setiap foto yang di sana. Hingga akhirnya sampai pada bagian Alzhaf dan Lyla yang telah besar. Aivana mendadak sesak melihat foto teman kecilnya di sana. Dipangku oleh Dewanto.

"Kamu tau ini siapa? Alzhaf, anak cengeng itu." Dewanto terkekeh menunjuk Alzhaf yang berumur sepuluh tahun itu.

"I-itu, Alzhaf?" tanya Aivana, tidak percaya.

DUGA (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang