Kekasih Sang Waktu
Romance - Spiritual - Slice of Life
By Dera Haluer"""""""""""""""""""
Jangan lupa follow sebelum membaca 🤗
Selamat membaca
##################“Terus bagaimana tadi tanggapan Pa Johannya?”
“Beliau bilang, kalau memang itu sudah jadi keputusanku, ya mau bagaimana lagi, lalu beliau menerima surat pengunduranku. Terus beliau juga bertanya, tentang mulai kapan aku akan berhenti bekerjanya.”
“O, dan kamu jawab apa? Pekan depan? Enggak jawab hari besok kan?”
Raka dibuat menelan ludah untuk menjawab pertanyaan berselimut harap dari Teh Mela. “Itu…,” gumamnya tak jelas. Bingung.
“Ka!”
Raka tersenyum paksa, rasanya terlalu berat untuk ia mengucapkan kalimatnya.
“Kamu masih ada beberapa hari kerja di sini dulu, kan?”
Raka menggeleng, “Maaf, Teh… hari besok aku mulai… berhenti kerja,” ucapnya berat.
Teh Mela terhenyak dalam, tak percaya. Ujung lidahnya mengelu, menggiring kedua bibirnya sejenak membisu.
“Maafin aku ya, Teh. Aku nggak mau jadi contoh yang kurang baik, jika aku memilih untuk beberapa hari lagi bekerja, sedang aku akan sering bolos juga.”
Teh Mela mulai menunduk dalam diamnya, kedua matanya yang bening berkaca-kaca. Perlahan air matanya meleleh tak tertahankan lagi. Deru nafasnya masih memberat karena tak percaya.
Cukup lama atmosfer di Gudang itu sesak dalam hening, bersama isakan Teh Mela yang kia sedu, menyisakan Raka dengan tingkah yang ia sendiri tak tahu harus bagaimana, selain air matanya yang perlahan turut berkaca-kaca sebab tak tega.
“Hhhh-hufft….” Teh Mela berusaha menstabilkan derunya, “Ya… sudah, Teteh hanya bisa dukung keputusan kamu. Teteh doain semoga kuliahmu lancar terus ya. Dan… jangan lupain teteh… jangan lupain… teman-teman di sini,” ucapnya terdengar lirih sambil sesekali menyeka air matanya.
Raka perlahan tersenyum kecil sembari angguk, “Aamiin, itu pasti, Teh,” Raka tak akan pernah lupa semuanya, bahkan ia tak akan lupa pada Teh Mela yang selalu baik padanya.
“Emm… sudah beres, kita ke market yuk,” ajak Teh Mela dengan nafas yang masih sedikit berat.
Raka mengikuti dari belakang sambil mendorong barang-barang dari gudang dengan troli khusus. Ia masih berusaha menahan untuk menampakan raut muka sedihnya, jangan sampai air matanya pun berkaca-kaca.
“Teh, Maafin Raka ya…,” gumam Raka pelan.
Teh Mela berbalik dan menoleh, ia sudah bisa memasang wajah tersenyum, “Maaf buat apa? Sudah nggak perlu dibahas.”
Raka ikut tersenyum. Namun dalam hati, ia sungguh merasa sedih dengan keadaan ini, terlebih dengan ia berhasil melihat orang paling baik itu menangisi sebuah perpisahan. Agaknya ada sedikit sesal, kenapa ia ceroboh harus memilih hari esok, kenapa tidak seminggu, atau sebulan lagi. Harusnya ia merasa bodoh amat walau pun nanti jadi contoh tidak baik sekalipun.
“Teh Mela kenapa? Matanya kok sembab,” tanya Maya tiba-tiba mengintrogasi karena ada yang aneh dari raut wajah rekannya itu.
“Oh, ini… itu… tadi di Gudang kelilipan debu,” jawab Teh Mela sembari tersenyum, berusaha menyembunyikan kesedihannya.
Raka hanya bisa diam dan menunduk, sambil kemudian menurunkan barang-barang yang dibawanya dari Gudang tadi.
Maya tampak tak percaya dengan apa yang diucapkan Teh Mela barusan. Terlebih ia melihat Raka yang seolah tengah menyembunyikan sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kekasih Sang Waktu
General FictionKekasih Sang Waktu mengisahkan sebuah percintaan segitiga anak manusia: Raka, Anisa, dan Erza Raka adalah lelaki pemalas, pintar, dan pandai bela diri yang berambisi untuk menjadi orang paling kaya. Raka suka menulis prosa hingga puisi, yang selalu...