Bag 2: Terpesona

35 17 127
                                    

Kekasih Sang Waktu

Romance - Spiritual - Slice of Life

By Dera Haluer


"""""""""""""""""""


Jangan lupa follow sebelum membaca 🤗

Selamat membaca

##################


Perempuan yang berdiri terdiam di barisan paling belakang itu kelelahan, wajah putihnya tampak memucat. Tiba-tiba saja rasa lelah perlahan mengaburkan pandangan matanya.

Temannya yang berada di samping tidak sempat memperhatikan perempuan itu, mungkin tengah sibuk memperhatikan rombongan peserta yang kesiangan.

Perempuan itu tampak tak kuat lagi untuk berdiri, keringat dingin sudah sedari tadi bercucur membasahi hingga ke punggung. Ia hendak menepuk temannya –memberi tahu nya- tetapi pandangannya seketika dengan cepat berubah menjadi gelap, seluruh tubuhnya serentak terasa lemas, dan….

“AHHHHH!!” jerit Gisel tampak kaget sekaligus ketakutan sembari memejamkan kedua matanya.

Tak terjadi apa-apa.

Gisel heran lalu membuka matanya, mana lelaki badung itu? Ia menoleh ke belakang.

“Erza!? Za!!!” Gisel heran, lalu menjerit histeris. Kali ini ia kaget sekaligus khawatir. Kaget karena tahu temannya ternyata pingsan, dan khawatir jika terjadi apa-apa pada temannya itu. Dan ternyata, sedikit beruntung, berkat lelaki badung. Berkat dia, temannya yang pingsan tidak sampai tubuhnya terjatuh menghantam tanah.

Pemuda badung itu terlihat berhasil merengkuh perempuan yang pingsan bertepatan sebelum hampir terjatuh ke tanah. Lengan kanannya lebih cepat berhasil menahan punggung atas perempuan itu, sedang tangan kirinya begitu sigap menopang bobot badan yang jatuh dengan menahan bagian pinggang perempuan itu.

Perlahan kemudian tangan kirinya menjulur bagian belakang lutut perempuan itu, kemudian memangkunya.

“Mana panitia? UKS nya di mana?” tegas pemuda itu sambil menggendong dengan sok gagah.

“Itu kenapa?” tanya heran panitia berkerudung coklat yang baru tiba setelah sebelumnya berlari mengejar hendak menarik dan memarahi si peserta badung itu.

“Teman saya pingsan!” jawab pemuda badung itu.

“Hah?” Gisel menganga, “I-iya Ka.”

“Ya sudah kita ke UKS,”

***

Ruangan UKS yang diharapkan lenggang, tampak malah penuh dengan orang-orang. Ruangan berukuran 4x5 meter dengan beberapa kasur yang berjejer itu tampak padat dipenuhi beberapa pasien dan masing-masing teman yang menemaninya.

“Aduh penuh,” geleng panitia itu bingung.

“Cari tempat lain, ada mushola kan?”

            “Ada. Di belakang UKS ini.”

            “Oke, kita bawa ke Mushola!” ujar pemuda badung itu.

            Panitia berkerudung coklat yang diikuti dua panitia di belakangnya tampak angguk saja mengiyakan.

Beruntung mushola memang lenggang, sejurus kemudian ia bawa masuk perempuan yang pingsan itu diikuti temannya dan beberapa panitia.

            “Jangan terlalu banyak orang. Dua orang cukup, satu yang nunggu sekaligus jaga kalau-kalau butuh sesuatu. Satunya dari tim medis saja,” ujar pemuda badung itu.

Kekasih Sang WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang