1. ᮊᮨᮙ᮪ᮘᮛᮔ᮪ ᮃᮞ᮪ᮕᮜ᮪?

586 108 38
                                    

INI PART PERTAMAAAA. SEMOGA KALIAN TERHIBUR YAAA

OKE, SELAMAT MEMBACAAAA. JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, & SHAREEEE

***

1. KEMBARAN ASPAL

"Nada, ikut dengan Bapak," titah Pak Opik, setelah waktu pelajaran Bahasa Sunda habis.

"Ada apa, Pak?" tanya Nada.

"Ikut weh," balas Pak Opik, keluar dari kelas.

Nada menoleh kepada Tapasya. "Ada pembagian sembako, ya, sampai gue harus ikut sama Pak Sunda."

"Kalau ada sembako beneran, lumayan, Nad. Buat makan lo sehari-hari," ucap Sansan.

"Wahh bener juga lo!" balas Nada antusias mendengar ucapan Sansan, Nada pun berdiri dan melangkah menyusul Pak Opik. "Bunda gue pasti senang nih kalau gue bawa sembako dari sekolah."

Mereka menatap Nada heran.

"Ada, ya, manusia kayak si Nada?" tanya Cia.

"Otak dia dimana, sih, penasaran gue," ucap Sansan. "Bisa-bisanya ucapan gue dipercaya sama tuh anak."

Tiba-tiba saja kepala Nada muncul diambang pintu membuat teman-temannya terkejut. "Gue tahu lo bohongi gue, makanya gue pura-pura nggak tahu aja." Nada kembali pergi dari tempat tersebut dan segera menyusul Pak Opik.

Sesampainya di ruang guru, Nada duduk dan tiba-tiba saja seorang siswa datang dan ikut duduk di samping Nada. Nada menatap jijik kepada siswa itu dengan bibir sebelah naik.

"Muka kamu jelek kalau digituin, Nada," ucap Pak Opik.

"Duh, Pak, saya cantik gini dibilang jelek," timpal Nada. "Lisa Blackpink aja kalah sama saya." Nada menyingkirkan rambutnya sampai terkena wajah siswa di sampingnya.

"Maaf, ya, Sa. Murid baru satu ini emang sedikit barbar," ucap Pak Opik.

Nada mengerutkan keningnya, lalu menoleh kepada siswa di sampingnya. Terlihat biasa saja, wajahnya datar tanpa ekspresi. Nada menatap name tag tersebut di baju seragam siswa itu.

"OH JADI LO YANG NAMANYA AKSA!" teriak Nada membuat, Aksa dan Pak Opik menutup telinganya. Dan tak hanya mereka berdua, guru yang berada di ruangan itu terkejut dengan teriakan Nada.

"Nada," tegur Pak Opik.

Nada menyengir. "Maaf, Pak, mulut Nada emang kayak gini. Kayak toa mesjid kalau kata teman Nada, anehnya nggak habis habis nih suara."

"Terserah kamu lah. Lier!" ucap Pak Opik menyerah dengan kelakuan Nada.

"Ya udah, lah, Pak. Kalau lier mah makan obat nyamuk. Gitu aja susah!"

Pak Opik mengembuskan napas kasar. "Nada, saya ajak kamu ke sini karena ada sesuatu yang mau saya biacarain. Dan saya memanggil Aksa juga, karena saya ingin Aksa jadi guru Aksara Sunda untuk Nada."

"WHAT?" teriak Nada sekali lagi, karena terkejut mendengar pernyataan dari Pak Opik. "Kenawhy?"

"Harus secepatnya kamu bisa mempelajari Aksara Sunda, Nada," ujar Pak Opik.

Nada menatap tajam Aksa. "Gara-gara lo sih Pak Opik suka bawa-bawa nama lo di depan gue."

Aksa tak menghiraukan ucapan Nada.

"Ngomong aja kayaknya nggak pernah, ye, nih anak. Batu! Gue berasa ngomong sama tembok!" gerutu Nada, lalu bangkit. "Saya menolak dengan kerjasama ini, Pak Sunda. Saya pamit. Assalamu'alaikum."

AKDA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang