10. Fulan

19 3 0
                                    

"Ahhhh auuuuu sakit!!." Aziz merintih kesakitan saat dirinya diobati oleh Azaz-- "Pelan-pelan."

"Ini juga udah pelan A." Azaz masih terus mengoleskan obat di punggung Aziz.

"Besok kita penerbangan jam berapa?."

Yuri yang hendak memberikan minum untuk mereka menjadi terhenti,

"Jam satu siang A, kalo Aa masih belum sehat nda berangkat bareng kita juga nda papa."

"Enak aja Luuu, tugas gua masih banyak." Tolak Aziz.

Yuri mendekat perlahan dan meletakkan nampan berisi minuman di meja.

"Gus Aziz, Abang. Beneran besok kalian udah berangkat kuliah?."

"Yur gua udah bilang jangan panggil gua gus! Ga pantes guaaa, zaz bini lu bilangin gihhh."

"Keyyy, kamu ke kamar dulu aja ya ntar Abang nyusulin."

"Zaz udah Sono lu ke atas aja ke bini lu, punggung gua udah ga papa."

"Tap-

"Udah Sono." Usir Aziz.
Azaz langsung menuju kamarnya menyusul Yuri.

Ceklekkk!!

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalamwarahmatullah."

"Belum tidur?." Tanya Azaz Ketika melihat Yuri sedang berdiri untuk meletakan sesuatu di atas lemari.

"Belum bang mau naro ini tapi susah." Yuri menunjukkan koper kecil yang biasanya ia gunakan untuk menyimpan alat make up miliknya.

"Sini Abang bantu." Tawar Azaz dan langsung mendekat ke arah Yuri. Namun posisi Azaz salah, ia menyenggol kursi yang digunakan oleh Yuri untuk tumpuan agar bisa sampai atas dan membuat Yuri terjatuh.

"Akhhhh!!."

"Astaghfirullah hal adzim." Azaz langsung membantu Yuri berdiri dam menggendongnya ke ranjang.

"Kamu nda papa key?." Tanyanya

"Kakinya sakit bang." Ucap Yuri sambil mengusap-usap kakinya.

"Sini Abang pijet, tahan ya sakitnya." Azaz langsung memijat kaki Yuri .

"Akhhhh!! Pelan bang! Ntar kalo ototnya putus gimana."

"Ini udah pelan keyy, ntar juga nda sakit lagi." Azaz menenangkan istrinya.

"Pelan bang hiksss ini sakit." Azaz tidak menghiraukan teriakan Yuri dan terus memijatnya hingga merasa jika perlahan suara Yuri menghilang dan tertidur pulas.

Azaz tersenyum ia bangkit dan menaruh apa yang tadi membuat istrinya terjatuh.

Ia memandang istrinya dengan intens, sebenarnya ia masih merasa jika ia bermimpi sudah menikah. Dulu ia memiliki target menikah saat usia 25 tahun, tapi rupanya Allah telah mendatangkan jodoh untuknya lebih cepat dari perkiraannya.

Azaz menaiki tempat tidur, wajahnya ia hadapkan ke wajah Yuri. Yuri memang orang asing baginya, yang kini menjadi orang terdekatnya, orang yang akan menemani dirinya sejak nol.

Cup!

Azaz mengecup kening Yuri, ia memejamkan mata dan merasakan tenang.

***
Seperti biasanya, Azaz terbangun lebih awal untuk melaksanakan sholat Sunnah tahajud Azaz berniat membangunkan Yuri tapi ia urungkan melihat wajah istrinya yang tertidur lelap.

Setelah ia bersih-bersih dan sudah rapi dengan pakaiannya, Azaz melihat Yuri yang sudah terjaga.

"Kamu udah bangun?." Yuri hanya mengangguk dan masih mengucek-ucek matanya.

Tentang CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang