12. Cobaan.

24 4 1
                                    

Pagi hari.

Sesuai dengan permintaan Yuri yang ingin ikut, setelah sarapan Sarah dengan putri kecilnya serta Yuri berangkat dari ndalem menuju salon Al Malik, salon yang didirikan oleh para alumni santri di ponpes Al Malik.

Mereka diantarkan oleh kang santri yang sudah biasa antar jemput keluarga ndalem.
"Nak Mahmud , gimana kabar warung makan?." Tanya Sarah ke kang santri tersebut.

"Alhamdulillah sekarang sudah lebih baik dari pada sebelumnya. Gus Azaz dulu menyarankan untuk memasarkan secara online dan promosi banyak dari beberapa kota yang datang untuk sekedar singgah di studio dan menikmati makanan."

"Alhamdulillah, kabar istri dan anak kamu gimana? Lama saya Ndak ketemu."

"Alhamdulillah baik juga umi, maaf kemaren pas pernikahan Gus Azaz tidak bisa hadir waktu itu saya masih di rumah mertua saya."

"Ndak papa nak, Bu mahmudah sudah bilang ke saya dan keluarga."

"Terimakasih atas pengertiannya umi, ini Ning Yuri istrinya Gus Azaz ya?." Tanya Mahmud, ia memang baru kembali kemarin sore saat keluarga ndalem Al Malik baru kembali dari mengantarkan Azaz dan lainnya.

"Iya nak, ini mantu saya."
Yuri sedari tadi hanya asyik bermain bersama dengan Ira, Mahmud yang melihatnya hanya tersenyum simpul. Ia dapat melihat sebuah perubahan di dalam keluarga Al Malik. Ia tahu betul tentang keluarga ini karena ia dan ibunya sudah berada di ponpes Al Malik sejak lama.

Salon Azizah.
Setibanya mereka di salon mereka langsung di sambut dengan hangat oleh para pegawai salon. Yuri takjub melihat benda-benda yang ada di dalamnya layaknya anak kecil dapat mainan baru, mata Yuri bersinar.

"Nah di sini neng, mereka alumni dari pondok bagian kursus salon merekalah yang mendirikan ini semua." Jelas Sarah.

"Selamat datang Ning Yuri, saya Fatimah." Sapa salah satu pegawai.

"Ehhhh,, mmm salam kenal mbak Fatimah panggil Yuri saja." Jawabnya.

"Mahh itu...." Tunjuk Yuri yang melihat beberapa remaja seusianya yang sedang di dandani.

"Mereka dari SMP dekat sini, mau acara perpisahan." Terang Fatimah.

"Mbak fatimah, Yuri boleh ikut dandanin mereka ga." Pinta Yuri dengan nada bersemangat.

Ada keraguan dari wajah Fatimah bagaimana mungkin dirinya akan membiarkan anak kecil untuk ikut campur dalam urusan yang harus menggunakan keprofesionalan.

Sarah yang melihat keraguan di wajah Fatimah tersenyum. "Ndak papa, biarakan Yuri mencoba kita liat hasilnya saya sudah pernah liat dia mendandani Salwa dan hasilnya juga rapih." Jawaban Sarah membuat Fatimah mengangguk, mungkin apa yang dikatakan Sarah memang benar kita juga tidak boleh menilai orang lain tanpa sebab.

"Silahkan mmmm dek Yuri," Fatimah mengizinkan Yuri.

Yuri langsung mendekat ke beberapa Remaja seusianya, "Kak sini sama Yuri, biar Yuri yang dandani." Ajaknya.
Yuri mengambil kendali dalam ber-make up. Tangannya dengan lihai memainkan kuas dan berselancar halus di wajah si remaja.

"Kak alisnya jangan dikerok yaa yang natural aja." Pinta Remaja yang sedang di dandani Yuri.

"Siap kak." Jawab Yuri bersemangat.

Fathimah melihat kecekatan Yuri dalam memainkan kuas merasa takjub.
"Bagaimana nak Fatimah? Benarkan kata saya." Tanya Sarah memastikan, dirinya kini sedang memangku Ira melihat sinar kebahagiaan dari Yuri.

"Nahh sudah selesai silahkan boleh lihat hasilnya kak." Ucap Yuri mempersilahkan.

Remaja tadi mengambil kaca dan melihat hasil riasannya. "Masya Alloh ini bagus banget kak, natural ngga ketebelan aku suka." Tanggapan si remaja membuat Yuri tersenyum.

Tentang CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang