Bab 3

699 89 1
                                    

Mew bangun cukup pagi hari ini. Ia keluar dari kamarnya dan duduk dimeja makan.
Mamanya sibuk memasak pancake sementara PP menonton kartun ditelevisi.
"Krit, kamu ada kuliah hari ini?" Tanya Mew. Ia sejak dulu memanggil adiknya dengan nama kecilnya.
PP menggelengkan kepalanya. "Tapi hari ini aku mau ke perpustakaan dikampus. Ngerjain tugas."
"Bareng siapa?"
"Kak Billkin"
"Uhukk" Mew yang sedang meminum susunya tersedak begitu saja saat mendengar nama sahabatnya disebut. 
"Kakak minumnya pelan-pelan" Mama Mew memberikan selembar tissue.
Mew mengambilnya dan mengelap bibirnya. "Kenapa harus sama Billkin? Kenapa gak sama kakak?" Ujarnya.
"Kakak kan mau kerumah kak Gulf."
"Yaudah pulang dari sana kakak temenin. Kamu gak usah sama Billkin. Nanti kakak aja yang chat Billkin, kamu gak usah chat dia." Jelas Mew.
Padahal Mew sendiri mengejek kakak Gulf super overprotektif. Namun dia juga seperti itu.
"Gak enak kak. Aku yang ngajakin, masa kakak yang nge-chat untuk batalin sihh" Rengek PP.
Namun Mew tidak mendengarkan ucapan PP. Dia mengeluarkan ponselnya dan mengetikkan sesuatu di hpnya itu.

 Dia mengeluarkan ponselnya dan mengetikkan sesuatu di hpnya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Udah gue bilangin. Dia juga gak marah." Mew menaruh ponselnya diatas meja dan mulai memakan pancakenya.

***

"Masuk dulu Mew" Ibu Gulf menggandeng tangan Mew. "Sudah sarapan?"
"Sudah bu" Mew tersenyum.
Kondisi rumah Gulf sangat sepi. Ketiga kakaknya sudah pergi bekerja, begitupula bapaknya Gulf.
Ayam goreng, mie goreng, dan nasi panas tertata diatas meja makan. Sepertinya sarapan keluarga Gulf sangat lengkap, nyaris seperti prasmanan di acara kawinan. Pantas saja pipi Gulf sekarang seperti mochi.
Mew tadi pagi hanya memakan pancake buatan ibunya dan sekarang perutnya tiba-tiba saja berbunyi melihat masakan ibu Gulf.
"Mew bisa sarapan untuk kedua kalinya bukan?" Ujar ibu Gulf. Setengah bercanda. "Dan Mew, tolong bangunkan Gulf. Dia belum bangun dari tadi."
Mew menganggukkan kepalanya. Ia kemudian berjalan menuju kamar Gulf.
Hal yang pertama Mew lihat saat memasuki kamar Gulf adalah jendela Gulf yang masih tertutup rapat dan boneka teddy bear yang ia belikan saat ulangtahunnya kemarin. Gulf memeluk boneka itu saat tidur.
Mew mendekati Gulf. Ia membungkuk dan menyingkirkan beberapa helai rambut Gulf yang menutupi wajah manisnya. "Gulf, bangun sayang"
"Ehhhmmmm 5 menit lagi Mew." Gulf membalikan badannya.
Mew tidak menyerah. Ia naik keatas ranjang Gulf dan menyentuh dengan hati-hati pipi mochi itu. "Gulf"
"Hmmmm"
"Bangun dong." Mew terkekeh pelan.
Mew tidak tahan melihat bibir Gulf yang mencebik kesal. Dikecupnya bibir itu hingga sang pemilik bibir membuka matanya.
"Hhhmmppp" Gulf mendorong bahu Mew. Ia menatap Mew dengan mata bulatnya. "Gue belom sikat gigi"
Mew jadi gemas sendiri. Ia menindih Gulf dan mengecup bibir Gulf berkali-kali.
"Mew hahaha geliii"

"Siapa suruh kamu lucu seperti ini." Untuk terakhir kalinya Mew mengecup leher Gulf.
Gulf bangkit dan menatap Mew dengan senyuman dibibirnya. "Pagi pacar."
"Pagi sayang" Mew ikut tersenyum.
Gulf turun dari ranjangnya kemudian memperbaiki tempat tidurnya. Mew berdiri disamping Gulf dan menatap setiap gerak-gerik Gulf dengan seksama.
"Gulf, lo mau nyoba kita pakai aku-kamu?"
"Boleh si gue usahakan asal jangan nyuruh gue manggil lo sayang, lagian aku juga pakai aku-kamu kalau dirumah." Jawab Gulfp.
Mew memeluk tubuh Gulf dan menyesap pipi Gulf. "Awww, Mew lo tuh kalau gemes jangan gigit pipi gue" Gulf mengelus pipinya yang memerah.
Mew mendekat kemudian mencium bibir Gulf cukup lama. "Hukuman karena kamu udah pakai lo-gue." Ujarnya. Ia menyeka bibir Gulf yang mengkilat akibat saliva.
Gulf mengangkat kepalanya. "Kalau gue gak mau?" Tantangnya.
Mew tersenyum miring. Ia mendorong Gulf diatas ranjang dan kembali mencium bibir kekasihnya itu.
"Mew, Gulf belum bangun" Suara ibu Gulf menginterupsi kegiatan mereka.
Mew dan Gulf tertawa. Ada-ada saja halangan saat mereka bermesraan.

***

Setelah selesai sarapan Mew dan Gulf memutuskan untuk memberitahu ibunya tentang tanggal pertunangan mereka.
Ibu Gulf duduk ditengah-tengah pasangan yang sedang kasmaran itu. "Jadi tanggal 14 Februari acara tunangannya?"
Mew dan Gulf mengangguk mantap. "Hari itu dikenal sebagai hari kasih sayang. Makanya aku dan Gulf ingin tunangan pas dihari itu." Mew menggenggam tangan Gulf.
"Mew jaga Gulf yah. Dia anak bungsu ibu. Meskipun sedikit tempramen tapi ibu yakin Gulf bisa menjadi suami yang baik untukmu." Ucap ibunya. "Ibu juga mengerti kalian masih muda. Tapi ibu gak mau Gulf hamil sebelum menikah. Kamu tau kan Mew yang ibu maksud?"
Mew menelan ludahnya. Sepertinya ibu Gulf sempat mendengar apa yang mereka lakukan dikamar tadi. "Baik, bu." Sahut Mew.
Wajah Gulf merona. Ia memukul pelan lengan Mew. "Gara-gara kamu ini" Bisiknya.
"Yaudah, ibu tinggal dulu. Kalian kalau pacaran pintunya dibuka." Ujar ibu Gulf setengah bercanda.
Mew menggaruk kepalanya tidak gatal. Jangan sampai kakak Gulf mendengar ini.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Mew sangat terkejut mendapati Krist salah satu kakak Gulf tiba-tiba saja masuk kedalam rumah dengan berlarian.
Ia menatap Mew dan Gulf secara bergantian sebelum akhirnya naik ke atas kamarnya.
Rumah Gulf memiliki 2 lantai. Lantai pertama kamar Gulf dan orangtuanya.  Sementara lantai 2 berisi 3 kamar,  dimana Krist, Kao, dan Max berada diatas sana.
"Kak Krist kelupaan sesuatu?" Tanya Gulf saat Krist turun.
"Gulf, kayaknya Singto bakalan mutusin kakak." Krist mulai menangis.
Mew dan Gulf berusaha menenangkan Krist. "Kalau boleh aku tau bang, bang Krist ada masalah apa?" Tanya Mew.
Ibunya yang berada dikamar langsung keluar dan menenangkan anaknya.
"Aku gak sengaja hiks ngerusakin mobilnya. Sekarang hiks body depannya penyok" Jawab Krist sembari masih saja terisak.
"Oalah, aku kira kakak kenapa. Terus ngapain naik keatas?" Tanya Gulf.
"Liat isi celengan kakak. Siapa tau Singto minta dibeliin mobil baru" Jawabnya polos.
Mew tidak habis pikir dengan kakak Gulf yang satu ini. Dari luar dia terlihat tangguh. Namun aslinya Krist begitu polos, bahkan dia sangat gampang menangis.
Sama seperti Gulf namun bedanya Gulf sedikit binal, tidak ada polos-polosnya.
"Nanti ibu yang ngomong ke Singto. Kakak kerja aja yah. Gak usah dipikirin. Yang penting kakak gakpapa, Singto pasti gak bakalan marah"
"Bang Krist biar aku antar." Mew menawarkan.
"Iya, kakak masih kaget begitu." Gulf juga ikut menimpali. "Mobilnya Singto taro disini dulu. Nanti aku sama Mew bawa ke bengkel."
"Makasih Mew." Krist tersenyum tipis.
"Kakak kecelakaan dimana?" Tanya ibunya.
"Di deket sini. Tadi habis selesai meeting langsung pulang mau balik kekantor. Kebetulan Singto nyuruh aku bawa mobilnya soalnya tadi aku kan gak bawa mobil dan diantar dia. Pas aku jalan pulang ada ojol yang nyalip, otomatis aku menghindar dan nabrak tiang listrik." Jelas Krist.
"Kakak mau minum dulu?"
"Gak usah Gulf, kakak mau langsung kekantor, takutnya Singto juga khawatir"
Mew membantu Krist jalan. Kaki Krist sepertinya terluka. "Ini gara-gara kejepit tadi."
Pantas saja Krist panik. Mobil Singto benar-benar hancur dibagian depan. Untung saja Krist tidak apa-apa.
Krist memutuskan untuk istirahat dirumah. Ia masih shock dan trauma. Mew sempat melihat Singto memarahi Krist saat mereka kembali pulang kerumah.
Bukan marah karena mobilnya. Namun karena Krist lebih mengkhawatirkan mobilnya dibanding keselamatannya sendiri.

***

Moment SingKit 😚
Jangan lupa ini m-preg yah 🙃
Happy reading, don't forget to vote and coment. Jangan lupa baca ceritaku yang lainnya. 😚

FiancéeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang