Day-3
Mew dan Gulf mengunjungi venue acara pertunangan mereka. Sedikit ada kendala teknis dibagian makanan namun untung saja bisa ditangani dengan baik.
"Besok jadi kan makan bareng pacarnya War?" Tanya Gulf.
Mew mengangguk dan melingkarkan lengannya diperut Gulf. "Perut kamu lembut" Mew menciumi tengkuk Gulf bertubi-tubi. Karena musim panas Gulf mengenakan baju v neck dipadukan dengan jeans berwarna biru.
Sementara Mew selalu tampan dengan kemeja berwarna coklat khaki dipadukan dengan jeans berwarna hitam.
"Mew ahh Mew, ingat kita ditempat umum" Gulf melepaskan tangan Mew dari perutnya. "Kalau kamu mau, kita bisa melakukannya didalam mobil." Gulf mengerling nakal.***
Mew menggenggam tangan Gulf. Mulanya dia menyuruh Gulf duduk dikursi kemudi dengan posisi Gulf duduk diatas pahanya dan membelakanginya.
Badan keduanya saling menempel, Gulf bisa merasakan deru nafas Mew ditengkuk lehernya. Tangan Mew mulai menyelinap dibalik baju Gulf. Ia menarik nipple Gulf yang sudah menegang dibalik bajunya, kemudian memilin dan menjepit nipple Gulf dengan kedua tangannya.
"Ahh Mewhh."
"Do you like it?" Mew menjilati cuping telinga Gulf.
Gulf mengangguk. Kemudian Mew mengangkat badan Gulf agar berhadapan dengannya. Tubuh Gulf menabrak kemudi mobil namun kali ini nafsu keduanya menguasai mereka.
Mew mulai mencium bibir Gulf. Lidahnya menjilati bibir Gulf agar pria itu membuka mulutnya. Gulf mendesah saat Mew mulai meremas kejantannya dibalik celana.
Tentu saja Mew memakai kesempatan itu untuk memasukkan lidahnya. Mengajak lidah Gulf bertarung hingga benang saliva mulai terlihat dari ujung lidah keduanya.
Gulf mengangkat tubuhnya dan mencoba mencium Mew dengan beringas. Mulanya mereka saling memakan satu sama lain namun ketukan dijendela mobil Mew membuat Mew berhenti dan melihat siapa yang mengetuk jendela
"Bangsat, lo kenapa didalam mobil mulu. Buka tidak anjing." Itu Krist. Kakak kedua Gulf.
Cepat-cepat Mew dan Gulf memperbaiki pakaiannya. Gulf pindah ke kursi sebelah sementara Mew berusaha mengatur nafasnya.
"Apasih kak." Ujar Gulf sembari membuka pintu mobilnya. Untung saja Mew tidak membuat tanda dileher jenjangnya.
Krist menatap Gulf kemudian menatap Mew. "Lo berdua kenapa sama-sama tegang?"
Mew menaikan alisnya bingung. "Tegang gimana bang?"
Krist menunjuk selakangan Gulf dan juga Mew. "Lo jangan kira gue goblok, mobil lo goyang-goyang dari tadi. Lo juga kayaknya lupa kita lagi diparkiran." Krist menghela nafas. "Gue tau lo berdua mau tunangan. Tapi bisa gak sih lo berdua tuh nahan nafsu dulu kek. Gue udah setuju kalian tunangan, lo berdua tinggal nunggu restunya bang Max."
"Kakak udah restuin aku sama Mew?" Gulf tidak bisa menyembunyikan kebahagiannya.
"Iye, kakak udah setuju. Tapi kamu harus ingat, sebelum hari pertunanganmu dan Mew dia musti ngeyakinin bang Max dulu."
Mew mengangguk mengerti. "Dan kamu jangan lupa besok kalian bakalan dipingit." Lanjut Krist.
"Gak boleh ketemu berarti. Padahal aku sama Mew kan belum nikah." Wajah Gulf berubah sedih.
"Anjirr, kamu tiap hari ketemu sama Mew gak enek apa."***
D-1
"Malam bang Max" Sapa Mew sembari membawakan martabak kesukaan Max.
Max berdiri didepan pintu dan menatap Mew sinis. "Lo ngapain kesini. Bukannya lo gak boleh ketemu sama adek bukan?"
Mew meringis. Dia sudah tau bahwa Max akan menyambutnya seperti ini. Meskipun Krist dan Kao sudah merestuinya, namun rasanya tidak afdol kalau Mew hanya mendapatkan dua restu saja. Apalagi Max adalah kakak tertua Gulf.
"Ada Mew toh. Masuk dulu, Min tadi bawa pizza" Sapa Tul kekasih Max.
Max mengalungkan satu tangannya dipundak kekasihnya itu. "Kamu jangan suruh dia masuk. Dia lagi dipingit"
"Loh bukannya mereka tunangan, bukan nikah? Aku kira dipingit itu untuk orang yang pengen nikah?" Tanya Tul.
"Cuman 1 hari doang. Mereka juga dilarang telponan, hp Gulf masih aku sita"
Max mengambil bungkusan martabak Mew. "Gue udah terima sogokan lo. Makasih."
Mew menarik nafasnya. "Bang, gue mau mita restu untuk besok."
Max tersenyum miring. "Besok aja jawaban gue. Mending lo pulang tidur. Gue yakin lo bakalan gak bisa tidur malam ini."
Rasanya sangat tidak enak digantung seperti ini. Mew mengangguk lesu dan segera pulang kerumahnya.***
D-Day
Mew meremas tangannya gugup. Ia merasa sangat gelisah, belum lagi kakak pertamanya Min dan adiknya PP belum nampak batang hidungnya. Hanya kedua orangtuanya dan orangtua Gulf yang sibuk berbincang-bincang sesekali tertawa kecil.
Aula pertunangan tersebut bertema putih gading. Bunga lilly putih dan mawar putih nampak mendominasi didalam ruangan tersebut. Dimeja pun terdapat vas berisi anggrek putih. Semua ornamennya hampir bernuansa putih.
"Mew duduk dulu." War mengajak Mew untuk duduk.
Mew duduk disamping War dan Billkin.
"Deg-degan gak sih lo?" Tanya Billkin
"Deg-degan parah anjir."
Billkin dan War tertawa. Tidak menyangka kalau Mew segugup ini.
"Lo sama Gulf udah nyiapin tanggal pernikahan?"
"Gue belum kepikiran tapi Gulf maunya tahun ini juga" Jawab Mew.
War menganggukkan kepalanya. "Syukur deh, lebih cepat lebih baik. Gue gak mau Gulf hamil deluan. Tadi bang Krist nyebarin berita, lo sama Gulf mau begituan diatas mobil"
Mew terkejut mendengar ucapan War. Padahal Krist berjanji untuk tidak menceritakan hal itu.
"Gakpapa kok, Mew. Itung-itung nabung deluan" Billkin menepuk bahu Mew.
"Enak saja, gue sama Gulf gak macam-macam. Cuman make out doang. Anjirr bang Krist jahat banget"***
"Mew bisa bicara sebentar"
Mew mengangguk dan mengikuti Max. Pria itu berhenti disuatu lorong yang cukup sepi.
Max mendekati Mew dan memperbaiki jas milik Mew. "Lo tuh rapihan dikit." Ujar Max. "Gue masih gak nyangka lo tunangan sama Gulf adek gue. Dulu waktu masih smp tiap hari lo kerumah numpang makan doang. Sekarang jadi calon adek ipar gue. Rasanya kayak baru kemarin gue kesekolah lo, gara-gara lo sama Gulf berkelahi sama teman sekelas kalian." Max tersenyum.
"Bang, lo tau kan gue sayang sama Gulf?"
"Iye, gue tau. Meskipun gue galak kayak gini, tapi untuk urusan hati gue tau lo beneran sayang sama adek gue" Max menarik nafasnya. "Mew"
"Ya bang"
"Gue titip Gulf yah."
Mew mendesah lega. Padahal Singto berkata dia butuh 2 tahun meyakinkan Max bahwa dia bisa menjaga Krist. Ternyata Mew tidak butuh waktu lama untuk meluluhkan hati saudara pertama Gulf itu. Mew bahkan sudah mewanti-wanti bahwa dia dan Gulf sepertinya akan menikah 1-2 tahun lagi sembari menunggu restu dari Max.
"Lo udah gue anggap adek sendiri. Dan lo jangan kecewain gue. Jagain Gulf, bikin dia senang." Katanya. "Kalau sampai dia menangis, orang pertama gue tonjok itu lo" Hardik Max penuh penekanan.
"Bang, lo bisa tonjok gue sepuasnya kalau gue bikin Gulf nangis"
Max tersenyum puas. "Gue pegang kata-kata lo"***
Satu chapter lagi menuju end 😭😭
Huuu apakabar kalian? Besok udah puasa aja 😂
Selama puasa aku bakalan buat cerita khusus puasa alias yang aman-aman aja.
Semoga puasa kalian lancar yah besok. Mohon maaf kalau aku ada salah 🙇
Happy reading kalian, don't forget to vote and comment. Jangan lupa baca ceritaku yang lainnya yah. 😚

KAMU SEDANG MEMBACA
Fiancée
RomanceBertunangan dengan orang asing itu sudah biasa. Namun bagaimana jika kamu bertunangan dengan sahabatmu semasa SMP? Mew merasa senang sekaligus bahagia. Pasalnya ia mengira Gulf akan dijodohkan dengan seseorang yang membuatnya patah hati. Namun nyata...