Chapter 4

275 41 2
                                    

"Mean," lirih seorang perempuan. Mean membuka matanya. Ia melihat Orn yang tengah tersenyum kepadanya duduk di sebelahnya.

"Orn," lirih Mean kaget. Ia mengamati seisi ruangan. Jelas, ia masih berada di dalam kamarnya. Orn tak mungkin hidup lagi. Satu-satunya yang menjelaskan hal itu adalah bahwa ia tengah bermimpi.

"Ikut denganku," sahut Orn sambil menarik tangan Mean. Mean bangkit dari tidurnya dan mengikuti Orn.

"Kita mau ke mana?" tanya Mean saat Orn berjalan melintasi ruang tengah dan mereka berhenti di sana dan menunjuk ke arah anak-anak yang sedang bermain di sana. Jeanne, Hope, dan dua anak lelaki kembar yang sangat mirip wajahnya dengan dirinya.

Orn menunjuk ke arah pintu luar dan mata Mean mengikuti jari Orn yang tengah menunjuk keluar. Ada sosok dirinya memasuki rumah dan kedua anak serta Hope dan Jeanne langsung sumringah dan berlari ke arahnya dan memeluknya sambil memanggilnya dengan panggilan Pho, bahkan Jeanne, dan Mean terlihat sangat bahagia di sana.

"Ayo," ujar Orn sambil menuntun Mean ke dapur rumah mereka. Mean melihat Plan tengah menyiapkan makanan dan sosok Mean yang ia lihat memasuki dapur dan memeluk Plan dari belakang.

Mereka berciuman dengan cepat dan Plan langsung membalikkan tubuhnya dan memberikan perutnya yang buncit ke arah Mean dan membiarkan Mean menciumnya.

"Halo, Baby Kot," sahut Mean sambil mencium perut Plan.

"Hei, Baby," ujar Mean beranjak kepada Plan dan mencium keningnya.

"Tunggu di meja makan. Semuanya sudah selesai. Tinggal ini," sahut Plan sambil membuka celemek.

"Aku bantu," sahut Mean dan ia membaea piring besar, salah satu menu makan malam mereka.

Mereka berjalan bersama ke meja makan dan Plan berteriak memanggil anak-anaknya dan dengan segera semuanya datang menghampiri mereka, menarik kursi dan duduk di tempat masing-masing.

"Jaga dia untukku, Mean. Aku sangat menyayangi dia," ujar Orn sambil menunjuk Plan yang tengah memberikan piring kepada anak-anak.

"Orn, kami tidak seperti yang kau pikirkan!" ujar Mean sambil menatap Orn lembut.

"Aku tahu. Ini hanya masalah waktu. Di dalam cintanya, kau akan menemukan bahagia sama seperti aku saat kami bersama," ujar Orn sambil mengelus kepala Mean dan tiba-tiba ia kembali pada posisinya, berbaring di atas ranjang.

Mean sekali lagi membuka matanya. Ia mendapati dirinya tengah telanjang dan berselimut sampai pada bagian dada. Ia melirik ke sebelahnya dan membelalakkan mata. Plan tengah berbaring di sebelahnya beralaskan tangannya yang kekar dan dalam pelukannya pula. Ia mengernyitkan alisnya dan kemudian beberapa kali mengerjapkan matanya seolah tak percaya dengan yang ia lihat. 

"Ah, maafkan aku! Kau pasti berat!" lirih Plan saat membuka matanya.

"Ti, tidak hanya saja... ini, pasti hanya mimpi," lirih Mean. Plan hanya tersenyum.

"Tapi, ini mimpi yang indah," sambung Mean sambil menatap Mean dalam. Ia melihat cincin yang sama melingkar di jari manis mereka dan artinya mereka sudah menikah bukan?

Ia mendekatkan wajahnya ke wajah Plan dan kemudian menggamit bibir Plan pelan. Mereka berciuman lama, dipenuhi dengan kehangatan dan kemesraan. Siapapun yang menyaksikan, jelas akan mengambil sebuah kesimpulan bahwa mereka memang pasangan yang saling mencintai.

"Oooo, Meaaaan! Aaaah, nnnnngh, Meaaan, aaaah!" desah Plan. Mean di atas Plan memeluk Plan dan menyodoknya dengan kecepatan sedang dan Plan mengeratkan  kedua tangannya pada leher Mean memeluknya dengan penuh cinta dan kasih.

"Plaaaan, nnnngh, hmmmm, oooo, astagaaa! Baby, hmmm," rintih Mean panjang dan mereka bergamitan lagi dan membiarkan bagian bawahnya juga bergamitan lama dan hangat.

Keduanya masih berpacu dalam kenikmatan sampai akhirnya mereka kelelahan dan mencapai puncak kenikmatan dan keduanya saling melepaskan sejenak sebelum akhirnya saling memandang dan menyunggingkan senyuman.

"Morning sex is always the best," lirih Plan.

"Kau menyukai bercinta di pagi hari?" ujar Mean.

"Dan di kala hujan," sambung Plan.

"Akan kuingat itu baik-baik," lirih Mean.

"Good husband," desah Plan sambil mengelus kepala Mean.

"Kau tak bertanya kepadaku?" tanya Mean.

"Orang mesum sangat suka bercinta kapan saja dan aku siap melayani orang mesum itu karena aku mencintainya dan aku istrinya," ujar Plan sambil menangkup wajah Mean dan menyentuhkan hidungnya dengan hidung Mean.

"Rak, Plan," ujar Mean.

"Rak, Mean," sahut Plan dan mereka berciuman lagi.

"Aku mau lagi," bisik Plan sambil menaiki Mean dengan senyuman yang menggoda. Mean tersenyum dan mereka bercinta lagi.

***
"Phi Mean, kau tak apa-apa?" suara Jane mengagetkan Mean yang tengah memikirkan mimpi tempo hari. Kedua mimpi sangat indah, terasa sangat nyata, sekaligus membingungkan.

Mereka tengah berada di kafe dan tengah makan siang bersama di belakang ruangan.

"Aku tak apa-apa. Hanya sedang memikirkan gedung yang diberikan oleh Plan untuk Hope. Memurutmu, Nong, apakah sebaiknya kita mulai usaha di sana dan kafe ini kita bisa minta Tonnaam dan Jani untuk menjaganya? Atau kau lebih suka tinggal di sini?" tanya Mean. Ia berusaha mengalihkan pikirannya.

"Aku terserah Phi saja. Kemanapun aku ikut. Aku akan jadi istri Phi, bukan?" Jane tersenyum bahagia. Ia melihat ke sekelilingnya dan kemudian mencium pipi Mean dengan cepat. Mean tersenyum dan mengelus kepala Jane pelan.

"Phi, apakah Phi sudah memberitahu Phi Plan tentang tanggal pernikahan kita?" tanya Jane.

"Iya. Dia bahkan bilang akan datang dengan  satu teman dan Jeanne katanya," sahut Mean lagi sambil mencoba menenangkan hatinya sebab tatkala nama Plan disebut, jantungnya langsung berdegup kencang.

"Uhm," gumam Jane sambil tersenyum.

Bersambung

SECOND LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang