Chapter 5

305 45 0
                                    

Plan datang seminggu sebelum acara pernikahan Mean dan Jane. Ia datang hanya dengan temannya, seorang lelaki yang bernama Weir. Jeanne tidak ikut dengan mereka sebab ayahnya menjemputnya dan mengajaknya berlibur ke Swiss.

Plan memperkenalkan Weir kepada Jane dan Mean dan dari interaksi yang terlihat di antara keduanya, Plan dan lelaki itu, sepertinya sang lelaki adalah kekasih baru Plan.

"Dia kekasihmu?" tanya Mean penasaran. Matanya melirik ke arah Weir yang tengah duduk dan berbicara dengan Jane di ruang tengah.

Itu saat Plan dan Weir berkunjung ke rumah Mean karena Plan sangat rindu dan ingin bertemu dengan Hope. Setahun ditinggalkan, Hope tumbuh dengan banyak hal yang lucu dan menjadi seseorang yang menggemaskan. Usianya tiga tahun sekarang.

"Belum sampai ke sana. Aku masih pikir-pikir. Biarkan saja dulu. Aku belum siap," ujar Plan sambil memperbaiki ikatan rambut Hope.

"Kalian bercinta?" Mean tiba-tiba bertanya dan hatinya seolah dibakar oleh sesuatu.

"Pertanyaanmu absurd," delik Plan sambil tersenyum. Ia menggendong Hope keluar dan kemudian mereka ikut berkumpul di ruang tengah.

Dua hari sebelum pernikahan, Mean dan Plan berjumpa secara tak sengaja di pemakaman Orn. Mean dengan Hope tengah berdiri di depan foto Orn dengan mata sembab dan oa kaget saat Plan ada di belakangnya dan menepuk bahunya pelan, menenangkan.

"Hei, sesudah ini, kau mau ke mana?" tanya Mean di parkiran.

"Pulang. Weir ke Bangkok ada utusan pekerjaan. Tadinya aku mau ajak dia berkeliling, tapi dia sibuk. Jadi, aku mau pulang saja ke Vila. Kenapa? Kau mau aku bawa Hope? Aku bisa melakukannya," sahut Plan sambil tersenyum.

"Bukan, aku ingin mengajakmu ke suatu tempat. Dengan Hope juga. Aku minta izin kepada Jane untuk menghabiskan waktu dua hari ini dengan Hope dan Orn. Kau paham yang kumaksud?" Mean berkata dengan antusias.

Plan menggelengkan kepalanya.

"Aku ingin napak tilas sebentar, sebelum aku mengukir kenangan dengan Jane. Tentu saja, aku tak bermaksud untuk melupakan Orn. Hanya saja, aku sudah janji, sebelum aku memulai kehidupan baru dengan orang lain, aku akan mengajak Hope ke tempat-tempat yang sering aku dan ibunya kunjungi," ujar Mean.

"Kalau begitu itu seharusnya acara kalian berdua saja," sahut Plan.

"Tolong, na! Ikut dengan kami. Ayolah! Ini akan menyenangkan!" ujar Mean lagi.

"Baiklah," jawab Plan setelah diam beberapa waktu.

Mereka pergi menaiki mobil Mean menanjaki bukit dan sampai setelah dua jam perjalanan di sebuah perkebunan bunga lotus dengan beberapa kuil yang sudsh tak digunakan dan beberapa gazebo di antaranya.

Setelah beberapa waktu di sana, mereka melanjutkan ke rumah danau dan kemudian ke kuil. Perjalanan terakhir adalah Vila Bunga Matahari dan mereka baru saja akan pulang saat salah seorang tamu Vila mengatakan kepada temannya bahwa mereka tidak bisa pulang karena ada longsor di dekat tebing dan itu menghalangi jalan sehingga siapapun yang mau pergi ke kota harus menunggu sampai hari berikutnya.

Mean dan Plan saling menatap dan mereka tak punya pilihan kecuali menyewa satu vila dan menginap sampai keesokan harinya.

"Hope sudah tidur," ujar Plan sambil duduk di sebelah Mean di puncak tangga beranda depan vila.

"Terima kasih. Kalau ada kau, dia tak mau denganku dan dia manja sekali kepadamu," sahut Mean sambil melirik ke arah Plan dan tersenyum.

"Tidak apa-apa. Kami jarang bertemu," sahut Plan sambil menatap ke depannya, sebuah pemandangan hamparan bunga Matahari.

SECOND LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang