TOLONG!

674 118 30
                                    

Berkali-kali Doyoung mencoba meyakinkan dirinya kalau ia tidak akan meledak saat melihat Johnny lagi. Ia sudah meninggalkan masalah itu di Amerika dan ia akan melupakannya setiba di Korea. Persis seperti yang Johnny lakukan. Meskipun Doyoung yakin Johnny hanya ingin memulai semuanya dari awal. Dan, melupakan yang sudah terjadi.

Memikirkannya membuat Doyoung kembali meringkuk di dalam selimut. Padahal ia sudah cukup lega setelah menumpahkan semuanya pada Jaehyun kemarin pagi.

Jaehyun benar-benar mendengarkannya. Doyoung sendiri terkejut ia bisa berhasil mengeluarkan segala hal yang sudah ia telan sendiri dua bulan terakhir. Entah sudah berapa tisu yang ia habiska itn pagi itu.

"Kalau dia menganggapmu orang asing, kau anggap juga dia orang asing, dengan begitu kalian impas, kan?"

Sepanjang dua jam mereka duduk berdua, hanya itu yang Jaehyun katakan. Ucapannya pun membuat hati Doyoung tergerak. Di sisi lain, otaknya yang penuh pikiran cemas kembali menarik tubuhnya untuk tetap bersembunyi di balik selimut.

"Tidak semudah itu," gumamnya.

Begitu sampai dua hari berikutnya ia masih tidak sanggup untuk keluar dari kamar. Gongmyung percaya bahwa Doyoung sedang terkena flu, karena wajah merahnya.

Di hari keempat, Jaehyun kembali bertugas membawakannya sarapan. Ia mengetuk pintu dengan sopan.

"Doyoung-shii, ini sarapanmu,"

"Aku taruh di sini, ya?" tanya Jaehyun karena Doyoung tidak menjawab. Tak lama Doyoung keluar dan membuat Jaehyun tercengang. Doyoung keluar dengan tampilan segar.

Ketika Doyoung menatap matanya, Jaehyun segera menyadarkan diri. "Apa kau sudah merasa lebih baik?" tanyanya lagi. Doyoung mengangguk dengan wajah datar.

Jaehyun tersenyum lega. "Kau mau sarapan di kamar atau...?" Doyoung mengambil alih nampan di tangan Jaehyun.

"Apa kau sudah sarapan?" Doyoung justru balik bertanya. Jaehyun mengerjap kemudian ia mengangguk.

"Tunggu, kau harus membawa piring ini kembali, kan?" Doyoung menggiringnya ke ruang santai yang ada di depan kamar Doyoung. Jaehyun duduk di sampingnya.

"Berdiam di kamar saja tidak akan menyelesaikan masalah, benar katamu, aku hanya akan menganggapnya penghuni baru di rumah ini dan kami tidak pernah kenal sebelumnya." Doyoung berkata sambil mengunyah. Jaehyun mengulum senyum. Berbicara sambil makan itu sejujurnya tidak sopan. Namun melihat kedua pipi gembul itu bergerak-gerak mengingatkannya pada video kelinci yang lewat di beranda sosial medianya.

"Ini akhir pekan, ya? artinya kau bekerja full time di kafe, jam berapa kau akan pergi?" tanya Doyoung. Jaehyun hanya memandangnya dan tampak tenggelam dalam lamunan.

Doyoung pun mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Jaehyun. "Yak, Jung-shii."

Jaehyun bergeleng cepat. Apa yang barusan ia pikirkan tentang Doyoung?

"Ah, iya sebentar lagi aku akan pergi ke kafe, kenapa?"

Doyoung menyerahkan nampan berisi piring kosong. "Aku ikut," katanya terdengar tegas. "Setelah aku mencuci pakaian, tunggu aku."

Jaehyun menerima nampan itu. "Oke." Doyoung pun tersenyum kemudian kembali masuk ke kamarnya. Jaehyun mencoba mencerna kenapa ia berkata oke tadi.

Setelah menyadarinya. Telinga dan sebagian wajahnya memerah. Ia akan pergi berdua. Bersama Doyoung.

. . .

"Mesin pengering sialan." Doyoung berdumel sambil menaiki tangga menuju atap. Ia barusan mencuci satu keranjang pakaian yang ia tumpuk selama ia 'sakit'. Lalu saat hendak menggunakan mesin pengering, tiba-tiba saja kabelnya terbakar dan mesin itu mengeluarkan bau hangus.

Love StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang