Seumur hidup, Doyoung selalu melindunginya. Orang tua mereka bersahabat sejak zaman sekolah. Lalu mereka hidup bertetangga membuat anak-anak mereka bersahabat dari lahir.
Taeyong lahir setahun sebelum Doyoung. Sayangnya karena penyakit yang diderita ibunya sejak mengandung membuat Taeyong lahir dengan tubuh yang lemah. Saat mereka masih kecil orang selalu mengira Doyoung adalah kakak perempuannya. Pendapat orang-orang membuat Taeyong percaya bahwa Doyoung adalah kakak perempuannya.
Ia selalu mengikuti Doyoung kemanapun Doyoung pergi.
Tubuhnya yang kurus membuatnya sering menjadi bahan rundungan anak-anak lain. Ketika hal itu terjadi, Doyoung akan datang melindunginya. Seperti saat anak-anak lain mengambil kacamatanya. Kejadian yang tidak akan pernah Taeyong lupakan.
"Kumohon jangan hancurkan, nanti ibuku marah besar." Taeyong kecil berlutut di hadapan anak nakal itu. Tetapi anak itu sama sekali tidak punya belas kasihan ia justru mematahkan sebelah ganggang kacamata baru Taeyong. Kemudian dia tertawa puas.
Taeyong ingin menyerangnya tapi ia tidak punya cukup keberanian. Keinginannya itu justru diwujudkan oleh Doyoung yang tiba-tiba menendang dada anak nakal bertubuh gemuk itu.
Anak nakal itu jatuh ke tanah dan Doyoung menginjak tangan kirinya. "Karena kau sudah mematahkan kacamatanya, sekarang aku akan mematahkan tanganmu!" Doyoung kecil berkata sembari menginjak tangan anak itu lebih kuat sampai terdengar bunyi retakan tulang.
Sejak hari itu Taeyong bertekad untuk membalas budi pada Doyoung yang selalu membelanya. Ia ingin sekali membalaskan dendam Doyoung tapi sama sekali tidak punya kesempatan. Ia juga ingin melindungi Doyoung seperti Doyoung melindunginya saat masih kecil.
"Seharusnya dia tidak pergi ke amerika, seharusnya dia tidak bertemu laki-laki brengsek itu, seharusnya..."
Taeyong menelan kata-katanya sendiri. Kalimat-kalimat itu terus berputar di kepalanya sejak Doyoung menumpahkan segalanya.
"Seharusnya aku bisa lebih berani."
Taeyong hanya bisa merengkuhnya ke dalam pelukan.
"Sekarang aku harus bagaimana? Aku tidak mau menghadapi mereka sendiri," ucap Doyoung.
"Aku akan membantumu, masalah tidak akan selesai jika kau terus menghindari mereka, kita coba dengarkan dulu apa yang mau mereka katakan." Taeyong menatapnya lurus. Doyoung menunduk. "Hey, ada aku, oke? Kita bisa menghadapinya."
Doyoung akhirnya mengangguk. Taeyong tersenyum lega. Ia mengusap jejak airmata di wajah Doyoung dengan tisu yang ada di tangannya. Doyoung menahan tangannya. Taeyong sempat terkejut namun kemudian Doyoung tersenyum tipis.
"Terima kasih, selalu ada untukku. Kau memang..." Doyoung menatapnya dalam. "Sahabatku."
Ada perdebatan batin dalam diri Taeyong. Setelah beberapa saat ia mengangguk sambil mengusap kepala Doyoung.
"Asal kau jangan siksa Tokki lagi," katanya. Doyoung mendengus. "Dan dekatkan aku pada Jaehyun."
Doyoung menghempaskan tangannya dan memilih merebahkan diri di kasur.
"Yak!" teriak Taeyong sebal. Doyoung tetap tidak menghiraukannya.
. . .
Doyoung mengikuti jalur yang sering digunakan oleh Taeyong untuk masuk ke kamarnya. Saat sampai di rumah ia mengendap-ngendap ke dapur untuk mengambil beberapa makanan. Tidak sengaja ia mendengar percakapan kakaknya dan kakak iparnya.
"Apa kau yakin?" tanya Gongmyung pada istrinya.
"Aku belum yakin sepenuhnya tapi kurasa mereka punya sesuatu yang disembunyikan, Johnny Johnny itu memang tampak mencurigakan," jawab Seungwoo. Doyoung pelan-pelan mendekat di antara sekat dapur dan ruang tengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Struggle
Fiksi Penggemar[NCT Genderswitch Fanfiction] Video teaser : bit.ly/teaserlovestruggle /// Doyoung memutuskan untuk mengambil cuti satu semester karena alasan kesehatan. Sementara dia terlihat baik-baik saja. Bukan fisiknya yang sakit, melainkan hatinya. Orang-oran...