Ia memperhatikan tatanan kamar utama yang masih kental sekali dengan budaya korea. Saat pertama kali menginjakkan kakinya di Korea, Johnny tidak pernah merasa benar-benar datang. Rasanya tanah leluhurnya ini sudah berbeda banyak dari yang diceritakan orang tuanya. Namun, saat berada di kamar ini, melihat perabotan-perabotan antik itu, Johnny baru merasa ini benar-benar Korea.
Ditambah ia duduk dengan kaki terlipat. Ia sangat tidak terbiasa duduk dengan kaki terlipat di lantai. Ia hanya melakukannya paling tidak satu kali sebulan saat hari raya chuseok. Matanya sibuk meneliti foto-foto yang terpajang di atas meja kecil di sisi kanannya. Dari foto-foto lama itu ia menemukan sosok manis berpipi bulat dan bergigi kelinci tengah tersenyum sambil memeluk kakaknya. Johnny diam-diam tersenyum.
Johnny buru-buru menegakkan punggungnya ketika pintu sekat antara ruang istirahat dan ruang tidur itu terbuka. Gongmyung, pemilik kosan ini kembali duduk di hadapannya. Tatapan tajamnya begitu mirip dengan Doyoung.
Gongmyung menyerahkan kunci kepada Johnny. "Kamar itu sudah cukup lama tidak digunakan, dan karena kau datang begitu mendadak, kami belum sempat membersihkannya," ucap Gongmyung. Johnny menerima kunci itu dengan canggung.
"Kudengar ini pertama kalinya kau ke korea?" tanya Gongmyung. Johnny mengangguk. Gongmyung menatapnya heran. "Padahal kau orang Korea... tapi tidak usah khawatir, anak-anak di sini semuanya anak baik, aku yakin mereka akan membantumu beradaptasi, di sini juga ada yang pernah menetap di Amerika cukup lama." Gongmyung menepuk-nepuk pundaknya.
"Oh begitu ya? Terima kasih, Kim J-Juin[1]nim," ucap Johnny gagap. Gongmyung mengibas-ngibaskan tangannya.
"Panggil saja aku Hyung, biar lebih akrab." Johnny hanya terkekeh canggung. Sebelum ia membuka pintu, terdengar suara langkah-langkah kaki berhambur panik. Di luar mendadak banyak orang. Sebelumnya tidak ada siapa-siapa di sini. Johnny hanya melihat mereka berkumpul di balkon atas.
Di ruang tengah lantai dua itu ada yang sibuk membaca buku terbalik, ada yang menelpon dengan layar youtube, ada pula yang sibuk tidur di sofa kecil. Johnny menatap mereka heran. Gongmyung berdiri sambil berkacak pinggang di sampingnya. Kemudian dengan suara tegas ia memanggil salah satu dari mereka.
"Rowoon!" Yang membaca buku terbalik langsung tersentak.
"Iya hyung?" balasnya berusaha terdengar tenang.
"Antarkan dia ke kamar nomor 4," perintah Gongmyung sembari menunjuk Johnny. Pria yang tak kalah tinggi dengan dirinya itu menatap ngeri.
"Kamar nomor 4?" tanyanya tidak percaya.
"Apakah aku bilang 20? Aku jelas bilang 4!" balas Gongmyung terdengar jengkel. Pria itu mengembalikan buku yang dipegangnya ke dalam rak. Ia lalu memberi hormat pada Gongmyung.
"Siap Hyung-nim!" sahutnya kemudian ia mendekati Johnny. "Ayo ikut aku," ucapnya mendahului Johnny turun dari tangga. Johnny mulai berpikir kalau kosan ini sebenarnya asrama militer atau semacamnya.
Pria bernama Rowoon itu menggiring Johnny menuju kamar paling sudut di rumah ini. Dari auranya, kamar itu sudah terasa mengerikan. "Ini, kamar nomor 4." Rowoon berdiri menatap pintu kamar itu seolah pintu kamar itu adalah barang bukti kriminal.
"Tidak ada yang pernah menempati kamar ini satu tahun terakhir, kabarnya penghuni terakhirnya bunuh diri di dalam sini," kata Rowoon setengah berbisik. Johnny mengibaskan tangannya.
"Aku tidak percaya hantu," katanya sambil membuka pintu.
"Oh ya? Lalu laki-laki yang duduk di sana itu siapa?" ucap Rowoon menunjuk sudut kosong di dalam kamar. Jantung Johnny mulai berpacu. Namun, ia berusaha menenangkan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Struggle
Fanfiction[NCT Genderswitch Fanfiction] Video teaser : bit.ly/teaserlovestruggle /// Doyoung memutuskan untuk mengambil cuti satu semester karena alasan kesehatan. Sementara dia terlihat baik-baik saja. Bukan fisiknya yang sakit, melainkan hatinya. Orang-oran...