Riko baru selesai memeriksa beberapa pasiennya siang ini, sudah masuk jam istirahat kini Riko memilih kembali ke ruangannya untuk beristiharat sejenak.
Saat ia duduk, ia melihat sebuah undangan di atas mejanya. Sepertinya undangan itu baru sampai saat ia bertugas. Ia pun membaca undangan tersebut dan melihat nama yang tercantum di depannya. Dan namanya yang tak asing bagi Riko.
Setelah membaca undangan tersebut, kini Riko menaruh undangan itu di lacinya dan berjalan keluar untuk makan siang.
"Woy Dokter Riko, gimana kabarnya?" tiba-tiba seseorang menepuk punggung Riko dari belakang.
Riko yang terkejut dengan tepukan di punggungnya langsung menoleh, dan rupanya dia adalah Fikri salah satu dokter bedah yang juga temannya sejak kuliah dulu.
"Gimana udah terima undangan dari mantan?" tanya Fikri.
Riko tak menjawab, ia hanya diam sambil melanjutkan jalannya ke kantin.
Sesampainya di kantin, Riko dan Fikri sudah memesan makan siang mereka dan langsung memilih meja untuk keduanya, mereka tak punya banyak waktu untuk makan karena bisa saja jika ada keadaan darurat di saat jam istirahat, mereka meninggalkan makanan mereka yang belum habis dan langsung melakukan tugas.
"Gimana, udah ada temen buat keundangan belum?" tanya Fikri yang masih penasaran.
Riko mengganguk seraya menyuapi makanannya, untung saja Fikri sudah terbiasa dengan kelakuan sahabatnya itu yang jarang bicara kecuali jika sedang bertugas.
"Sumpah deh, saya heran sama kamu, Ko. Waktu kuliah kamu nutup diri dari cewek dan betah jomblo, bahkan sampai dokter Hana yang suka sama kamu dari dulu malah di tolak. Kamu nggak ada kelainan kan?" tanya Fikri penasaran.
Bukannya menjawab ucapan Fikri, kini Riko menyuapi tempe miliknya ke mulut Fikri yang langsung di kunyah pria itu.
"Selesaikan makan dulu baru bicara." Kata Riko menatap temannya itu.
"Eh, kita punya waktu ngobrol cuma istirahat ini." Omel Fikri.
Riko tak menanggapi dan cepat-cepat menghabiskan makanannya sambil melihat jam di ponselnya. Hari ini ia akan pulang lebih awal karena jadwalnya hanya sampai siang ini dan kebetulan ia juga punya janji bersama Reka untuk pergi.
***
Mobil Riko sudah sampai di depan rumahnya. Setelah berunding, Reka memutuskan untuk tinggal bersama Riko sedangkan Papahnya kini sedang berada di luar kota untuk beberapa minggu kedepan.
"Sudah di pesan?" tanya Reka saat Riko membuka pintu.
"Pesan apa?" tanya Riko binggung.
"Ih Mas Riko, kan tadi Reka udah whatsapp minta pesenin bolu buat ulang tahun Andin."
"Kapan ulang tahunnya?" tanya Riko.
Reka yang sedang menonton kini menaruh remotnya dan berjalan ke arah kakaknya yang sedang melepaskan sepatu kulitnya.
"Mas, itu pacar macam apa? Masa pacarnya ulang tahun aja kok nggak tahu!" omel Reka sambil meliapt tangannya di dada.
Riko hanya mengangkat bahu acuh, ia memang tak tahu tepatnya ulang tahun Andin, karena beberapa hari lalu gadis itu hanya bilang ulang tahunnya sebentar lagi namun ia tak bilang tanggal berapa tepatnya.
"Sekarang jadi pergi?" tanya Riko.
"Jadi dong, Bagas udah ngomel-ngomel tahu dari tadi."
"Ngomel kenapa?"
"Nungguin Mas, kan sekarang kita mau dekorasi buat kasih surprise." Jelas Reka yang sedikit sebal dengan Riko.
"Kamu makin gede makin sensian ya." Sindir Riko pada adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CATATAN MAS DOKTER [END] ✅
RomanceSeumur hidupnya, selama 26 tahun sejak ia dilahirkan, seorang Riko hidup dengan damai dan tenteram. Tidak pernah terusik ataupun mengusik. Namun semuanya berubah setelah pertemuan tak sengaja dengan adik ipar sahabat kuliahnya justru menjadi penyeb...