Senja menghubungi beberapa kali papa-nya, namun tidak ada satu pun panggilan terjawab. Hanya terdengar suara operator diseberang sana, akhirnya Senja beralih menelpon nomor kantor papanya.
"Selamat sore, dengan GR. CROP." Sapa wanita diseberang telepon dengan lembut.
"Halo, selamat sore. Pak Gefanendra Rezato-nya ada di kantor?" Tanya Senja langsung.
"Maaf Mba, Pak Gefanandra baru saja melakukan perjalanan bisnis ke Las Vegas pagi tadi. Jika Anda ingin bertemu, lebih baik membuat janji terlebih dahulu." Jawab wanita diseberang sana yang diketahui resepsionis perusahan papa Senja.
"Oh.. Oke terimakasih Mba, sore." Senja meletakan ponselnya diatas nakas, ia sudah berada di hotel tepat para atlet istirahat.
Senja berjalan ke dekat dinding kaca kamar hotel, dari sini dapat terlihat aktivitas jalan raya di kota Jogja."Gue aja yang anaknya harus buat janji dulu untuk ketemu Papa." Monolog Senja mengamati langit sore yang oranye. Rasanya miris, hidup bergelimang harta tanpa kasih sayang orangtua.
"Kenapa nggak nungguin?" Senja membalikkan tubuhnya, ternyata Langit. Kenapa bisa? Langit tahu kata sandi kamar Senja, bahkan segalanya tentang Senja.
"Nggapapa, Senja capek." Senja kembali mengamati langit, burung-burung terbang pulang kerumah mereka bersamaan, tampak akur dan damai. Burung aja ingat pulang, lalu orangtua mereka?
"Langitnya bagus ya Ja?" Langit memeluk Senja dari belakang.
Senja hanya mengangguk, matanya seolah terpesona dengan pemandangan kota Jogja di sore hari ini. Entah kenapa, sore ini langit Jogja berbeda dengan sore-sore yang kemarin.
"Langit biru bakal indah kalau ditemani senja disetiap sorenya." Langit mempererat pelukannya di pinggang Senja.
"Sama kaya Langit Damara, bakal bahagia kalau ditemani Senjayana disetiap harinya. Jangan tinggalin gue ya Ja?" Sambung Langit, menumpukan dagunya di bahu Senja.
Senja tersenyum, tangannya mengusap tangan Langit yang melingkar di perutnya.
"Never! Langit adalah tempat Senja pulang." Gumam Senja, kalimat Langit barusan sedikit memperbaiki mood-nya.
Langit melepas pelukannya, membalik tubuh Senja agar menghadap padanya. Abang kembaran Senja itu kembali memeluk Senja, mengusap rambut belakang Senja dengan sayang.
"Jangan sedih lagi Ja, ada gue yang bisa lo percaya berbagi keluh kesah lo." Langit semakin menarik Senja masuk ke kedalam pelukannya.
"Makasih Langitt.. Senja sayang
Langit, selalu."
🥀_SenjaDiLangitNabiru_🥀
Setelah melakukan penerbangan selama satu jam lewat lima menit. Senja, Langit, dan Raphael sudah tiba di Bandar Udara Internasional Husein Sastranegara, di kota Bandung. Kedatangan mereka disambut pelukan hangat Ameera Laurech, mami Raphael.
"Haii.. Anak-anak Mami." Ameera melambai-lambaikan tangannya dan berlari kearah mereka.
"Ngga pake lari Mih!" Raphael gilu sendiri membayangkan maminya jatuh dengan high heels tinggi nan runcing yang Ameera pakai. Kemudian mama Raphael itu memberhentikan langkahnya, menunggu ketiga anak kebanggannya itu yang terlihat mempercepat langkahnya.
"Gimana disana? Baik-baik aja kan ya?" Tanya Ameera setelah mereka semua berdekatan.
"Baik baik aja kok Mih, Mami sendiri gimana?" Senja menyalim tangan Ameera diikuti Raphael dan Langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja di Langit Nabiru
Teen FictionPerihal jiwa yang rindu kedamaian, hati yang butuh ketenangan, raga ingin perhatian. sebuah cerita tentang kehidupan saudara kembar tidak identik, Senjayana Tamara Nabiru & Langit Damara Nabiru. Cover by @rzknyx