06.🏸 || Jebakan Lingling

287 27 0
                                    

   Senja sedang santai-santai di karpet bulu kamar Andi, menonton Naruto sambil bersender di bahu Andi yang sedang mengurus pendaftarannya disalah satu universitas Indonesia untuk meneruskan gelar Masternya.

  Tingg!

  Itu notifikasi dari ponsel Senja. Gadis itu merayap mengambil ponselnya yang sedikit jauh. Ternyata Lingling--teman se-club badminton Senja di sekolah. Sebenarnya namanya Maydeline Maurez, tapi kerab di panggil Lingling atau Meimei kalau kata Langit. Itu semua karena matanya yang sipit seperti keturunan chinese, padahal ia tidak memiliki darah chinese sama sekali.

  "Siapa?"

  "Temen, ngajak ketemuan."

  "Diamana?"

   "Ginting's coffee."

  "Ohh.. Kedai kopi di depan, deket kok. Depanan sama Carrefour, Ko anter mau?" Tawar Andi.

  "Ngga usah deh Ko, jalan aja sampe kan ya?" Tidak enak Ko nya ini lagi daftar kuliah.

  "Sampe, sampe lu punya kaki putus." Andi mengalihkan pandangannya yang tadi ke layar laptop menjadi menatap Senja.

   "Ko anter." putus Andi.

  "Hehe.. Ngga usah deh Ko, ngapapa. Senja naik ojol bisa kok, Koko lanjut aja." tolak Senja lagi.

  "Take care, liat-liat kalau mau nyeberang. Minta seberangin sama tukang parkir aja kalau apa." petuah Andi untuk bekal Senja nyeberang jalan nanti, Senja ini kadang masih bingung kalau menyeberang jalan.

  "Ailah! Udah gede kali Ko, Senja. Emang dulu, makan aja kudu disuapin." Menyambar hoodienya diatas tempat tidur Andi, memicing tanda gambek pada Andi.

  "Ngga ganti baju? Baju kamu masih ada tuh di lemari Koko, belum di jadiin kain lap sama Bi Atin."

  "Hishh.. Ngga deh gini aja, Senja pigi dulu." Senja keluar kamar dan bertepatan dengan Ryan yang keluar dari kamarnya, Senja merutuki kesialan ini. Canggung lagi canggung lagi, duh kalau bersama Ryan tuh ngga enak banget deh.

  "Mau kemana?" tuhkan langsung ditanyai, pertanda akan terjadi susana canggung ini.

   "Nemunin temen Ko, di kedai kopi depan Carrefour."

   "Ko antar, jangan bantah!" see? Ko Rayn ini tidak akan pernah terbantah.

   Senja menghela nafasnya, lagi-lagi harus terlibat dengan Rayn. Tidak tahu kah Rayn jika Senja degideg an setengah mati jika berdekatan denganya. Bukan karena ada perasaan lebih, Rayn itu kaku dan bisa-bisa Senja mati gaya di mobil nanti. Tangan Rayn bertengger manis di bahu Senja, merapatkan dirinya dan berjalan seirama menuruni tangga. Seperti yang di bilang Senja tadi, canggung benar-benar canggung sekarang.

  Mereka sudah dialalam mobil, lihat saja Rayn dia hanya fokus menyetir. Jika saja ia bersama Andi, sudah dijamin Senja sudah jingkrak-jingkrak bernyanyi sesukanya. Tapi ini? Bahkan musik saja tidak ada, mau menghidupkan tapi gimana gitu.

  "Mau ketemuan sam--Ah temen kamu cowok apa cewek?" Rayn tidak ingin Senja hanya menjawab ingin ketemuan dengan teman tanpa penjelasan yang jelas. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri, akan menjadi sosok Ayah sekaligus Kakak laki-laki untuk Senja dan Langit.

  "Cewek kok Ko, temen se-club badminton." jawab Senja.

  "Selamat atas kemenangan kamu kemarin, teknik kamu semakin bagus. Komunikasi dengan Raphael juga baik." Puji Rayn.

  "Haaa? Koko liat Senja tanding?" Senja tidak menyangka, Rayn pemilik perusahaan industri terbesar di Asia ini menyempatkan waktu untuk menonton pertandingan Senja?

Senja di Langit NabiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang