"Ehhh--"
"Sini romantis sama gue," Fabian menarik pinggang Senja pelan, berjalan beriring kebelakang.
"Minum Ja?" tawar Fabian, mereka ditempat biliar.
"Ngga usah repot rebot Bi, yang asem asem manis nyegerin aja." Senja cengegesan.
"Jus jeruk?"
"Iya, hehe."
Fabian berjalan membeli minuman Senja. Tidak terlalu buruk memilih berteman saja dengan Senja, lebih baik begini daripada harus terus mengejar Senja dan membuat cewek itu risih. Mungkin Fabian bisa mulai dari berteman dulu, lalu mulai membuka hati Senja.
Tidak lama setelahnya, Fabian membawa segelas jus jeruk dan jus mangga.
"Lagi ngidam?" Tanya Senja?
"Iya, anak kita. Rewel banget," Fabian mengelus elus perut ratanya, yang diyakini memiliki roti sobek.
"Udah lama lo gilanya?" Senja menyeruput jus jeruknya sambil menatap Phael yang fokus dengan bola biliar, ah genteng sekali sahabatnya itu.
"Semenjak lo tolak lah,"
Senja hanya memandang Fabian sambil tersenyum, kemudian hanya hening diantara mereka.
Fabian menempelkan cup jusnya dipipi Senja, membuat cewek itu terlonjat kaget. "Main ke rumah gue yok, besok. Bunda gue nanyain lo dari kemarin,"
"Boleh-" Senja cengegesan.
"-Tapi bawa pulang brownis buatan Bunda Isabell ya?" cewek itu menaik turunkan alisnya.
"Ngga masalah. By the way, gue denger denger lo menang turnamen, selamat ya,""He'em, makasih. Kemana aja lo, baru tau sekarang," menabok bahu Fabian, Senja kekeh sebentar.
"Habis ini kemana?" tanya Fabian, ia ikut kekeh, malah menarik rambut Senja pelan.
"Ngga kemana mana, palingan juga pulang, kenapa?" Senja asik menyedot es jeruknya, pandangannya fokus pada Phael yang mengeker bola.
"Bukan. Habis turnamen ini kemana lagi, ngga nyambung lo!" Fabian mengacak rambut Senja, cowok itu mengambil rokok dari saku celananya.
Senja melotot, membiarkan rambutnya berantakan, tanpa mau repot repot. "Lo yang ngga jelas nanyanya-" Sewot Senja, ia memberegut kesal. "-Ke Jakarta, terus ke Tokyo donggg. Gila gue ngga sabar banget bisa tanding di Tokyo, impian gue banget sumpah!" lanjut cewek itu, lain lagi. Sekarang Senja berucap antusias dengan nada riang.
"Lo pasti bisa kok." Menjepit sebatang rokok dibibirnya, Fabian menyalakan pemantik membakar benda yang berslogan, 'Rokok membunuh mu' itu.
"Aminnn, semoga aja-" membayangkan saja Senja sudah senang, apalagi nanti benar benar terjadi. "-Eh Bi, denger denger ni ya, anak sekre katanya mau tour, bener?" sambil menyeruputnya jus jeruk yang tinggal es batunya, Senja menatap Fabian yang sedang menghebuskan asap rokoknya.
"Katanya sih, lo taulah gimana Pak Juki, ribet anaknya." sebagai penghuni sekre yang berpengaruh, Fabian cukup berperan dalam segala aktivitas anak sekre.
"Iyasih, tapi seru kali kalau bisa tour, rame rame naik motor, beuhh. Serulah pokonya." terakhir tour 6 bulan yang lalu, Senja sudah merindukan berada diantara puluhan motor yang beriringan dijalan raya.
"Sebenernya kuncinya cuma satu, Bu Tetet. Andai tu guru kalem kek tai anyut, aman dah semua urusan anak sekre." Fabian membayangkan kejamnya wakil kepala sekolah, sekaligus istri pak Juki, namanya Mardiana Sinaga, karena orang Batak jadi dijuluki Butet, hingga diplesetkan oleh murid sendiri menjadi Tetet.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja di Langit Nabiru
Teen FictionPerihal jiwa yang rindu kedamaian, hati yang butuh ketenangan, raga ingin perhatian. sebuah cerita tentang kehidupan saudara kembar tidak identik, Senjayana Tamara Nabiru & Langit Damara Nabiru. Cover by @rzknyx