Lowkey - Niki🎶

425 44 6
                                    

“Pesta yang membosankan,” keluh Minhee dengan suara kecil.

Keberadaannya disini semata mata hanya memenuhi kewajiban.

Memang bukan pesta formal, tapi karena hostnya adalah seniornya, mau tidak mau Minhee harus bertahan dengan segelas whiskey di tangan.

Jujur saja sedari tadi beberapa pria (dan wanita) menghampirinya, mengajaknya bicara, menunjukkan rasa tertarik. Tapi Minhee menanggapi seadanya, toh dari awal masuk ke ruangan ini matanya sudah terpaku pada satu orang.

Banyak wajah familiar disini, tapi tidak dengan lelaki berambut hitam legam dengan piercing di kedua telinganya.

Jelas bukan model. Jika ada model setampan dia Minhee pasti sudah mengenalnya.

Minhee memicingkan mata, kadar alkohol dalam darahnya sepertinya sudah diatas normal, yang terbayang kini hanya bagaimana cara mengajak si tampan berdansa di tengah.

Atau mungkin kita lewati saja adegan berdansa dan langsung pada intinya.

Minhee menginginkan lelaki itu, di tempat yang lebih hmmm sepi mungkin?

🌹🌹🌹

“Hi, wanna go somewhere else?”

Ugh, Minhee merutuk dirinya sendiri. Sepertinya keberanian yang muncul karena cairan yang barusan ditenggaknya membuatnya terlalu jujur. Kelepasan.

Lelaki tadi yang sedang fokus dengan handphone ditangannya, mengangkat wajah, menatap Minhee intens dengan kening berkerut, “Apa?”

Nafas Minhee tercekat.

Makhluk di hadapannya terlihat ribuan kali lebih tampan dari jarak dekat.

Sial.

“Maksudnya, pindah ke ruangan lain. Its too noisy here.”

Sambil menaikkan sebelah alis kemudian tertawa kecil, lelaki itu menjawab, “Okay.”

Minhee tergugu, tidak mengharapkan jawaban iya akan dia dapatkan secepat itu.

Namun tetap saja dengan kesadaran yang makin menipis, Minhee melangkahkan kakinya menuju open bar di lantai satu.

Setelah mendudukkan dirinya di pojok, Minhee berpangku tangan, sambil menunggu lelaki yang entah lugu atau terhipnotis, yang sedang mengambil dua gelas whiskey (lagi) dan akhirnya duduk disampingnya.

“Jadi?”, Tanyanya begitu Minhee mengucapkan terima kasih untuk gelas yang diterimanya.

“Apanya...”

“Mau mulai darimana? Nama?”

Minhee mengerjap bingung. Ah iya juga.

Mereka orang asing.

“Aku Minhee. Kang Minhee. Junior di Starlim Models. Kamu?”

Secarik senyum terulas di bibir lawan bicaranya.

“Model ya. Pantas kamu terlihat linglung. Disini kebanyakan para pemegang saham, kamu pasti menghadiri pesta ini hanya karena formalitas kan?”

Minhee mengangguk malu.

“Lalu kamu sendiri? Masuk bagian yang linglung atau justru memang ada bisnis yang harus diurus?”

“Saya Yunseong. Hwang Yunseong. Yah bisa dibilang saya berada diantara keduanya karena saya disini menggantikan Ayah saya yang tidak bisa hadir.”

Minhee menaikkan sebelah alisnya. Seorang Hwang ternyata. Menarik.

“Hmm sepertinya cukup ya basa basinya. Ayo pergi. Keluar dari sini. Aku benar benar bosan,” Minhee menghabiskan whiskey-nya dalam satu kali tegukan.

Diraihnya tangan Yunseong dan menariknya pelan, menggoda lelaki itu agar segera beranjak dan menuruti kemauan Minhee.

“Kamu tidak takut dengan apa yang orang orang akan katakan? Seorang model junior, mengajak tidur anak pemegang saham terbesar, bukankah imagemu akan tercoreng?”, Yunseong menahan tangan lembut Minhee meskipun debaran di jantungnya sudah meningkat drastis.

Siapa juga yang tidak tergoda dengan paras lelaki semampai di depannya.

Rambut silvernya jatuh dengan halus di keningnya, matanya sayu karena pengaruh alkohol, senyum manis -yang entah bagaimana terlihat menggoda sekaligus innocent dimata Yunseong- yang tidak pernah lepas dari bibirnya yang merah.

Bisa gila Yunseong kalau menolak tawarannya.

Minhee memicingkan mata dengan bibir setengah cemberut, “Aku tidak bilang mau mengajakmu tidur tuh.”

Yunseong tertawa.

“Lalu?”

“Why dont you find out? Lagipula aku tidak perduli kata orang. Terjun ke dunia permodelan ini membuatku kebal dengan lirikan sinis tiap harinya. Kebanyakan bullshit.”

Minhee mengerang kecil dan berdiri dari kursinya.

“Kalau kamu tidak mau terserah, aku akan cari orang lain yang bisa diajak keluar dari sini.”

Baru saja Minhee membalikkan badan dan melangkah, tangan besar Yunseong menahan pinggangnya.

Sentuhan kokoh tapi juga hati hati membuat Minhee terperanjat.

Yunseong menariknya mendekat, kemudian membisikkan sesuatu di telinganya.

“Saya harus tahu berapa umurmu. Kita berdua tidak mau berakhir dengan wajah terpampang di halaman depan majalah gosip kan?”, Bisiknya yang membuat bulu kuduk Minhee meremang.

Minhee balas berbisik, meskipun nafasnya kini terasa sulit dikontrol, “Kamu cuma perlu tahu aku legal, and my bedroom is vacant tonight.”

Yunseong mengeratkan rengkuhannya di pinggang Minhee, menariknya sampai terhuyung, “Kita turun lewat pintu darurat.”

Minhee hanya mengangguk pasrah, kesadarannya yang sisa berapa persen sepertinya sudah menguap sampai nol karena sentuhan Yunseong yang begitu mendominasi.

Di lingkarkannya lengannya di lengan Yunseong, “Okay, we gotta be lowkey huh?”

Yunseong membawa Minhee ke tempat BMW hitam miliknya terparkir.

“Tempatmu atau saya?”, Tanya Yunseong begitu Minhee masuk dan duduk disampingnya.

Minhee mengerang pelan dan mengetikkan alamat apartementnya di layar navigasi mobile Yunseong.

“Kamu orang asing dan aku akan merasa lebih nyaman di teritorialku sendiri.” Kata Minhee yang dijawab dengan pandangan aneh dari Yunseong.

“Orang asing yang kau ajak tidur maksudnya?”

Minhee lagi lagi memajukan bibirnya kesal, “Aku sudah bilang yaa aku tidak mengajakmu tidur denganku.”

Yunseong tidak tahan.

Diraihnya wajah Minhee, diciumnya bibir merah menggoda itu dengan kasar. Kilat namun Yunseong tahu efeknya pada Minhee.

“Bagaimana sekarang?”

Minhee terdiam, ingin meminta lebih tapi harga dirinya masih bertahan.

Jari jarinya meremat seatbelt sementara nafasnya terengah. Bisa bisanya ciuman yang tidak ada sepuluh detik itu membuat sekujur tubuhnya panas.

“Terserah.” Jawab Minhee sambil memalingkan wajah.

“Bisakah kita pergi sekarang sebelum atasanku sadar kalau aku kabur dan mulai membanjiri notifikasi hpku??”, Minhee mulai tidak sabar karena Yunseong tidak juga berinsiatif menyalakan mesin mobilnya.

“As you wish, baby.” Pungkas Yunseong dengan seringai kecil di bibirnya.
.
.
.
.
.
End.

OUR STORY - hwangmini -Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang