O7. Perempuan Itu dan Rumah Sakit

579 51 8
                                    


Johnny

Johnny??
Kamu semalam gak pulang heyyy 
Kamu nginep di mana? 
Aku telfon kok gak aktif?? 
Dichat boro2 -__-
9.10 am

Hallo bapaknya??
Aku khawatir loh ini
Kamu gabisa dihubungin samsek :(( 
Joooooo isshhhh :(
10.35 am

Kabarin kekk kalau mau
jadi bang toyib
10.40 am

Pasrah. Nada menghempaskan ponselnya pada ranjang tidurnya. Lelah karena menunggu suami yang entah ke mana. Ia tak menemukan suaminya tidur di sampingnya, atau sekadar mendengar omelan pedas nan ketus dari prianya itu.

Sudah ia hubungi beberapa kali, namun nihil. Tak ada hasilnya. Johnny tak bisa dihubungi. Hal itu lantas membuatnya khawatir. Karena baginya, Johnny itu memang begitu sibuk. Tetapi, suaminya itu pasti akan memberikan kabar padanya jika tak pulang. Ya ... walaupun hanya kabar singkat. 

***

"Kok bisa??" tembak Nada pada Mark sesaat ia mendaratkan dirinya di kursi penumpang, dan menutup pintu mobil dengan cukup kencang,

Mark yang berada di dalamnya terlihat kaget. Namun, ia mencoba tetap santai. Ia mengontrol dirinya juga. "Calm, sist. Jangan panik dulu," pintanya.

"Gimana bisa gue nggak panik? Suami gue masuk rumah sakit, Mark."

"Iya. Gue tau. Gue yang ngabarin ke lo kalau Bang Johnny masuk rumah sakit. Makanya lo tenang dulu. Kalau lo nggak tenang, gue nggak bakal nginjek gas, nih?"

Mendengar penuturan Mark barusan, Nada lansung memicing ke arah lelaki itu sembari menggeram. Mark langsung menginjak pedal gas mobilnya ketika yakin bahwa Nada sudah bisa tenang. Wajah panik dan khawatir sangat jelas terlihat pada raut wajah perempuan di sampingnya. Pun, sama dengannya.

Sebelumnya, kedua orang ini mempunyai rencana untuk makan siang bersama di rumah Nada. Mark, adik satu-satunya Johnny, pun ipar sekaligus sahabatnya Nada baru kembali dari perantauannya. Namun sayang, rencana temu kangen keduanya harus batal karena Mark tak sengaja melihat keberadaan Johnny di rumah sakit.

Tak butuh waktu lama, keduanya sampai di rumah sakit. Dan tanpa menunggu Mark, Nada langsung jalan tergopoh ke arah meja resepsionis.

"Jangan lari!" Mark meraih tangan Nada, membuat perempuan yang hendak berlari itu sedikit tersentak.

"Gau tau kamarnya di mana. Lo nggak perlu lari," lanjutnya tenang seraya menggenggam tangan iparnya untuk tetap berjalan di sampingnya. Biarpun sebenarnya, ia pun sangat khawatir akan keadaan saudaranya.

Keduanya sampai di lantai sepuluh kamar nomor seratus dua puluh tujuh. Mark menahan perempuan di sampingnya terlebih dahulu setelah mengintip di kaca pintu kamar sang Abang. "Bang Johnny sekarang tidur. Janji sama gue jangan panik atau nangis."

Nada mendengus—menganggap lontaran Mark tadi hanya sebuah tiupan angin belaka. Ia meremeh, "Nggak bakalan."

Mark menggeser pintu kamar inap itu pelan, takut membangunkan sosok pria yang tengah terlelap. Sedangkan, Nada langsung berjalan cepat ke arah suaminya dan duduk di kursi yang ada di samping tempat tidur. Mark tak mau mengganggu. Ia lebih memilih duduk di sofa panjang sembari memperhatikan dua orang yang berarti untuknya.

Nada menatap sendu wajah lelah suaminya yang tengah tertidur. Dilihatnya lingkaran mata yang mencekung—tanda tak cukup tidur. Kemudian, dilihatnya pipi kembung yang kini menirus. Nada, sebagai istri merasa gagal. Terlebih, ia tak tahu kondisi suaminya sendiri.

Marriage Life || Johnny NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang