5. Level Tertinggi

1 1 0
                                    

"Lagipula, kalian berdua terlalu mencolok!" Telunjuk diarahkan bergilir pada dua orang di hadapan. "Sudah susah-susah aku pakai hoodie hitam, topi hitam, sampai masker juga hitam. Pakaian suram!"

"Kasual," koreksi Tara cepat.

"Suram begini, Kambing! Tapi kalian malah dengan santainya masih pakai seragam sekolah!"

Mulut berisik Aryan berhenti melanjutkan saat tubuh ditarik untuk duduk di tengah. Tara yang melakukan, ingin cepat-cepat pulang.

"Yang harusnya protes di sini aku, karena aku korban." Tara menatap Lyra yang wajahnya sama bingung. "Biar aku jelasin. Aryan ini masukin rekaman suara ke ponselku pas pulang dari rumah Seta. Itu yang memicu Seta mukul aku setelah dia ngerampas ponselku di dekat mading."

Aryan bertepuk tangan riang. "Betul, betul. Aku juga yang ngechat Bu Kinan dengan nomor palsu mengatasnamakan Tara. Seperti yang diharapkan, Tara ini sebenarnya cerdas."

Tangan Aryan yang terulur untuk menepuk kepala disingkirkan kasar. Tara mendelik, mengisyaratkan untuk lebih serius dan langsung pada tujuan.

"Bukannya ini luar biasa? Suara pertama yang ada di rekaman adalah suara kamu, seolah kamu memang lagi mancing pembicaraan. Mereka semua percaya. Hasilnya lumayan memuaskan, yang enggak bersuara dalam rekaman itu enggak dipanggil ke ruang BK." Aryan melepas masker dari wajah, tapi topi masih enggan disingkirkan. "Jadi? Apa yang mau kamu ketahui?"

Lyra sejak tadi tidak bersuara. Dia mengikuti arus, bingung juga karena suara Aryan mendadak serius begini, padahal barusan teriakannya membuat pengang telinga.

"Semuanya," tuntut Tara, kembali mengambil posisi paling nyaman, bersandar. "Mulai alasan kamu masuk ke kelompok Seta dan bikin kacau dari balik layar."

"Kamu sendiri? Punya alasan khusus apa sampai mau gabung ke kelompok enggak punya moral begitu? Bahkan aku yakin, Lyra sendiri jijik sama kita karena terlanjur masuk ke kubangan lumpur."

Lyra mengerjap saat Aryan menatap dengan senyum seperti biasa. Mau berapa kalipun Lyra memikirkan, kepribadian dari Aryan terlalu rumit dipahami. Dia diam, mungkin akan lebih mudah dipahami saat semuanya sudah diceritakan.

"Enggak ada alasan khusus. Aku bisa memutuskan mau temenan sama siapa aja."

Tentu saja bohong. Tara mengikuti arus pergaulan.

"Eh .... gitu? Kalau aku ditanya begitu, pasti jawabanku begini." Jeda digunakan untuk berdehem, mengatur suara agar lebih rendah. "Berlindung dari jarahan kelompok Seta. Tapi, itu bukan satu-satunya tujuanku."

Tara langsung menoleh. Tujuan sesungguhnya dari Aryan langsung tersuratkan, tak ada keinginan untuk menyembunyikan.

"Kamu ... apa pernah perhatiin, kalau mereka yang gabung dalam kelompok Seta sebenarnya cuma cari aman?"

Pertanyaan sederhana dari mendadak membuka kepala Tara. Selama ini dia melihat dalam sudut yang amat berbeda dibanding Aryan. Hal sesederhana itu tak disadari.

"Ini gampang, Tara. Tinggal masuk, selesai, enggak bakal kena tendang kayak Lyra," ujar cowok bertopi hitam lagi.

"Asal tau aja, aku ngelakuin itu supaya enggak—

"Nah, itu point pentingnya!" Aryan menyela saat Lyra akan mengucap beberapa alasan. "Yang jadi masalah adalah perbedaan Lyra dan anak-anak kelompok Seta. Pemberani dan penakut. Singkatnya, mereka enggak punya cukup keberanian untuk menentang Seta. Tau sendiri, dia kalau udah marah dan enggak dituruti seremnya kayak apa. Kalian berdua yang paling tau di sini, benar 'kan?"

"Cepat akhiri omonganmu! Aku mau pulang."

Aryan menyipitkan mata, menatap Tara yang mulai kesal akibat pembicaraan tak langsung ke inti. "Salah sendiri nyuruh aku jelasin hari ini."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 21, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

VOLTAIRE [Born to Fly]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang