02_ Tragedi

105 13 18
                                        

Hari Senin, hari dimana para murid sekolah harus merelakan waktu libur yang telah berlalu dan memulai awal yang panjang dan melelahkan. Di SMA Winata para siswa baru selesai menjalankan upacara bendera mereka mulai berhamburan menuju kelas, adapula yeng pergi ke kantin, kamar mandi atau pergi membolos.
Mira dengan penampilan standar serta cardigan yang membungkus seragam putihnya sedang berjalan dilorong kelas dengan lesu. Ia merasa gelisah karena pagi ini Marion tidak menjemputnya. Gadis itu mencoba menghubunginya namun Marion tak kunjung membaca pesannya. jika marion sedang sakit, midia (ibu Marion) pasti sudah menghubunginya. atau mungkin dia terlambat? Tidak tahu kabarnya saja sudah membuatnya resah.

🎀

"Permisi mbak, ada Marion gak?" Tanya Mira kepada sekretaris kelas
"Gak ada, dia absen hari ini" jawabnya
"Ooh... Yaudah makasih yah"
" Iya sama sama"
Akhirnya Mira kembali ke kelas dengan perasaan kecewa, dia juga berencana pergi kerumahnya saat pulang sekolah.

🎀

"Pak tolong antarkan saya kerumahnya Rion ya?"
"Baik neng" jawab pak Suko, supir keluarga Mira.
Entah mengapa dari tadi perasaan gadis itu sangat tidak nyaman, tidak biasanya Marion menghilang tanpa kabar.
Sesudah sampai, Mira langsung turun dan berjalan menuju gerbang rumah Rion.
"Non Mira?"
niatan untuk membuka gerbangnya ia urungkan ketika menyadari bahwa satpam penjaga rumah memanggilnya.
"Ada apa non?"
"Itu pak, saya mau ketemu Marion. Ada kan di rumah?"
"Waduh... Gak ada non. Dari kemarin den Rion gak pulang"
"Hah?! Terus mama sama papa nya ada?"
"Kalo tuan sih lagi diluar kota, kalo nyonya memang belum pulang dari 2 hari yang lalu. Pas saya ngabarin tuan tentang den Rion, beliau bilang mungkin den Rion lagi butuh sendiri. Jadi dibiarin Gitu non." jelas satpam itu
"Ooh... Makasih, biasanya Rion kemana yah pak?"
"Gak tau non"
"Oh yaudah... Mari pak"
"Iya"

🎀

Di perjalanan Mira mulai membuka ponsel dan mulai mengirim pesan kepada Marion, meski tidak ada jawaban dari sang empunya. Hingga Mira mulai menelfon walau tidak ada respon darinya.
Hingga dirinya menyerah dan memilih menyenderkan kepalanya ke jendela mobil, melihat pemandangan awan dan langit yang cerah pada sore hari membuat moodnya kian membaik, Mira mulai tersenyum dengan mendengarkan suara hatinya "jangan berlebihan Mira, Marion baik baik saja. Dia bisa menjaga dirinya sendiri. Percayalah, besok pagi dia akan kerumahmu dengan membawa coklat sebagai permintaan maaf. Dan semua akan kembali seperti semula".
Begitu senangnya jika ia melihat wajah tampan itu, dengan pandangan teduhnya... Dia memberikan warna bagi kehidupanya.

Braakk

Tiba tiba Mira tersadar dari lamunannya karena mobil berhenti ndadak.
"Non, sepertinya kita nambrak seseorang"
Langsung tanpa menjawab, Mira turun dari mobil dan menampakkan seorang pemuda dengan pakaian kacau terbaring di jalan dengan bersimbah darah. Seketika Mira terkejut dan mulai panik dengan kondisi lelaki itu.
" Astaga! Pak tolong! kita bawa dia kerumah sakit sekarang"
"I-iya non"

Apalagi ini! Baru saja mood gadis itu mulai membaik tiba tiba menjadi buruk kembali dikarenakan ulah sopir nya yang tidak hati hati. Alamatnya... Mira harus pulang terlambat dan mengabari orang tuanya, bahwa dia akan kerja kelompok. Terpaksa dia berbohong karena Ia terlalu malas untuk menjelaskan semuanya.

🎀

Di perjalanan mira selalu menggerutu dan marah marah, dari mulai menyalahkan sopirnya hingga arus lalu lintas yang padat. Dengan rasa bersalah dan berat hati sang sopir meminta maaf sambil menunduk, ia juga harus bertanggung jawab akibat kesalahannya.

Sejenak Mira mulai tenang dan melihat ke arah belakang, di kursi penumpang seorang remaja yang tak sadarkan diri. Darah yang mengucur dari beberapa bagian tubuhnya menodai kursi yang ia sandarkan. Akan tetapi bukan itu yang menjadi masalah, melainkan Mira merasa tidak asing dengan orang ini. Dengan satu tongkat kruk yang patah, pemuda itu seperti pengemis yang waktu itu menghampiri Mira.

Seketika Mira membelalak. Ternyata benar dia adalah gelandangan waktu itu. Tapi mengapa penampilannya lebih rapi? Rambutnya tidak sepanjang waktu itu, bajunya juga terlihat baju orang biasa bukan gelandangan. Dan jika kemarin badan si gelandangan itu berbau tak sedap, sekarang tidak.

"Cowok nya ganteng ya non. Kayak artis Korea, kulitnya putih... Hehe" ucap sopir sambil bersenandung ria.
"Hmmm.... Percuma ganteng kalo bisanya jadi beban."
"Jangan gitu non, gak boleh berprasangka buruk"
"Iya. Pak bawa aja dia ke klinik, paling cuma luka dikit. Gausah kerumah sakit"
"Iya neng"

🎀

"Gak ada yang perlu dihawatirkan, dia cuma luka ringan di beberapa bagian tubuhnya. Terus, dia cuma pingsan Dan sebentar lagi dia akan bangun" ucap sang perawat
"Iya makasih Bu"
"Sama sama, saya tinggal dulu"

Mira mulai memasuki ruangan tersebut dan benar saja lelaki itu terlelap dalam mimpinya. Dengan wajah yang tenang suasana ruangan menjadi sunyi, seketika Mira mulai hanyut dalam lamunan hingga ia mulai teringat Marion kembali. Astaga, dengan cepat Mira membuka tas nya dan mengambil benda pipih di dalamnya. Gadis itu kembali membuka aplikasi chating nya. Ternyata Marion tak kunjung membalasnya, Mira pun menyerah ini sudah hampir malam.

Tok tok tok
Pintu ruangan terbuka menampilkan sesosok pria paruh baya, pak Suko yang merupakan supir keluarga Mira membawa makanan.
"Mau makan non? Saya bawa martabak telor"
"Enggak pak. Aku mau pulang, takut dicariin bunda."
"Ooh iya non. Nanti martabaknya saya kasih ke anak ini saja. Mau saya antar non?"
" Ga usah pak, bapak juga baru pulang kerja. Saya naik taksi aja"
"Oh iya non. Mari Saya bantu cari taksinya"

Setelah siluet kedua orang itu menghilang dibalik pintu, tubuh pemuda yang terbaring itu mulai bergerak, kelopak mata itu perlahan terbuka.

"Dimana aku?"

Chalondra ChalyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang