Serangan Monster (bagian 3)

236 36 2
                                    


Dua siswa SMA terus berlari dengan tangan saling mengenggam erat satu sama lain.

"Jisung, aku tidak sanggup lagi."

Yang lebih tinggi menghentikan langkahnya, lalu berlutut di depan yang lebih pendek. "naik lah."

"tapi-" dentuman keras langkah kaki raksasa menghentikan ucapannya.

DUM!

DUM!

DUM!

"darah dewa!"

"cepat Zong Chenle!" moster-moster itu semakin menggila, mereka berlari mendekat!

"maaf selalu merepotkan mu, Jisung." Kata Chenle seraya melingkarkan tangannya pada leher Jisung, membiarkan sahabat tiangnya itu menggendongnya di punggung.

Chenle menyalahkan kakinya yang terkilir disaat genting seperti ini, berakhir ia yang merepotkan orang lain.

Jisung berlari sambil menggendong Chenle di punggungnya. Namun seakan tak membawa apapun, Jisung dengan licah menghindari reruntuhan atap gedung sekolah yang perlahan hancur karena pukulan kapak raksasa milik para monster.

Omong-omong, Jisung dan Chenle berada di lantai dua gedung sekolah. Untuk mencapai lantai dasar Jisung masih harus berlari melalui empat kelas lagi hingga tiba ke tangga yang menjadi satu-satunya akses mereka keluar dari gedung.

Moster-monster itu sepertinya menyadari jika satu-satunya jalan keluar Jisung dan Chenle adalah tangga. Jadi dua dari mereka melempar kapak, menghancurkan tangga tersebut membuat Jisung dan Chenle nyaris terjun bebas dari ketinggian lebih kurang tiga meter jauhnya.

"Jisung maaf, harusnya aku menurut saja saat kau ajak bolos." Chenle sudah menangis di gendongan Jisung. Jika hidupnya berakhir hari ini, setidaknya Chenle sudah minta maaf kepada sahabatnya.

"maafnya kapan-kapan saja. Aku yakin kita pasti selamat."

"tapi –monster akan memakan kita, Jisung."

"tidak akan. Aku tidak akan membiarkan mereka melakukannya." Jisung menurunkan Chenle dari punggungnya, ia pun memutar tubuhnya agar bisa menatap Chenle.

"aku janji, kita akan keluar dari sini. Tapi sebelum itu, bisakah kau memejamkan matamu?"

Chenle yang biasanya keras kepala langsung menurut.

"bagus." Jisung kembali berbalik menghadap para moster, tangannya hendak meraih bandul kalung serupa petir dibalik baju namun terhenti saat teringat fakta memilukan yang ia terima ketika ia mendapatkan kalung tersebut.

.

.

JEGERRR!

Yang bermata rubah refleks merapatkan tubuh kecilnya pada yang lebih besar.

"apa-apaan dengan cuacanya?!" perasaan tadi cerah tuh, kok tiba-tiba mendung dan banyak kilat disertai petir menyambar sih.

"ini bukan perubahan cuaca biasa,"

"haih!" Renjun mendongak menatap Jeno kesal, "apalagi sekarang?"

Sejak tau identitas mereka yang setengah dewa, Renjun jadi mengantisipasi semua kalimat yang terlontar dari belah bibir sang mantan. Menurutnya apa yang dikatakan Jeno selalu mengandung keanehan bin tak masuk akal tapi nyata adanya.

Seperti sekarang ini contohnya.

Jeno menatapi langit dengan kening mengernyit. Renjun tak tau apa yang lelaki itu pikirkan, tapi dari gelagatnya Jeno seperti mengikuti gumpalan awan hitam yang bergerak menuju ke sebuah sekolah.

7 Son of God : Noren (ft nctship)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang