Rencana tinggalah rencana, ekspektasi terkadang tidak selalu sejalan dengan realita yang ada.
Ketika hendak menyelinap masuk ke gedung sekolah, salah satu moster menyadari pergerakan mereka. Doyoung memerintahkan pada Mark dan Haechan segera masuk sementara dirinya menghadapi para monster yang terus berdatangan.
Namun naas, belum sempat membidik lawan, tangan raksasa milik monster menampar kuat tubuh Doyoung hingga terhempas cukup jauh, berakhir menghantap pohon besar di sebrang jalan.
"kapten!" seru Mark dan Haechan bersamaan.
"Mark, kau saja yang masuk. Aku akan membantu kap-" belum sempat Haechan menyelesaikan ucapannya, salah satu monster melayangkan kapaknya pada mereka membuat Haechan dan Mark spontan melompat dan berguling menghindari serangan.
"tidak bisa! Lebih berbahaya kalau kita berpencar!" Doyoung sudah jadi korban, Mark tidak mau menambah korban luka apalagi sampai kehilangan rekan.
Mark menghampiri Doyoung yang lemas usai muntah darah, kemungkinan ada beberapa tulang yang patah karena kerasnya benturan. Dibantu Haechan, Mark menggendong Doyoung di punggungnya.
"baiklah, tetap bersama." Haechan bersiap dengan senjata apinya.
Mereka pun pergi dari sana dengan Haechan yang berjalan mundur sambil membidik lawan, melindungi Mark yang menggendong Doyoung dari para monster yang mengicar.
Bang!
Bang!
Bang!
Seperti yang dikatakan Mark, peluru sama sekali tidak mempan pada monster. Walau demikian itu cukup memperlambat laju monster karena Haechan terus menerus membidik area mata makluk berwujud manusia raksasa berkepala banteng tersebut.
Click
Click!
"aish!" Haechan mengumpat, pelurunya habis!
"fokus berlari. Cepat!" seru Mark mempercepat lajunya walau cukup kesulitan sebab membawa Doyoung yang sudah tak sadarkan diri di punggung. sejatinya orang pingsan lebih berat daripada orang sadar.
Haechan menjaga punggung Doyoung agar tidak jatuh. Sembari berlari, Haechan terus memikirkan cara supaya mereka dapat lepas dari kejaran monster.
Tibalah mereka di persimpangan jalan, saat Mark hendak mengambil jalan ke kiri Haechan berseru.
"masuk ke gang itu!" tunjuk Haechan pada celah sempit antara gedung sekolah dan sebuah minimarket.
BUKK!
Berhasil! Tubuh moster yang besar tidak muat ke gang.
"untuk sementara kita aman." Mark membetulkan posisi Doyoung di punggungnya. "mau kemana, Chan?"
"pasti ada disekitar sini."
"kau cari apa?"
"pintu belakang sekolah ini." Haechan menepuk pagar beton yang membatasi sekolah dengan dunia luar.
"setiap sekolah pasti punya akses masuk melalui pintu bela- nah, ini dia!"
Pintunya kecil, hanya berukuran satu kali setengah meter dan di tutupi semak belukar, tidak nampak jika dilihat sekilas.
Haechan membabat habis ruput liar menggunakan belati yang selalu menghuni saku celananya.
"anak-anak yang sekolah disini tidak seru." Gerutu Haechan seraya mengorek lubang kunci menggunakan jepit lidi.
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Son of God : Noren (ft nctship)
Fiksi PenggemarPetualangan tujuh anak manusia setengah dewa melepaskan segel yang membelenggu pilar penghubung tiga dunia demi menyelamatkan bumi dari jajahan monster ganas, serta terkuaknya dendam seorang manusia setengah titan atas kematian ibunya. Tokoh/Karakte...