"nih cil pesanan lu," ucap Jeffran sambil menyodorkan minuman Kesya.
"makasih kak." Kesya pun mengambil menuman tersebut dan segera meminumnya.
"cil, nanti mau makan bakso?" ajak Jeffran tiba-tiba.
"gua ngga suka bakso kak."
"lah lu ngga suka bakso? Makhluk macem apa lu?" tanya Jeffran sambil tertawa renyah.
Aneh saja, manusia mana coba yang ngga suka bakso?
"dih dulu gua udah pernah cerita dodol."
"masa iya? Lupa gua cil. Terus makanan apa lagi yang ngga lu suka?" tanya Jeffran penasaran.
"apa ya? Gua jarang pilih-pilih makanan si. Oh kecuali bakso tuh baru gua nolak sama apa ya? Jengkol, pete, pare yang pait-pait gitu deh."
"padahal jengkol enak."
"stress ya lu jengkol enak?"
"enak cil kalo yang masak pinter."
"lah ada?" tanya Kesya heran.
"beda anjir"
"sama aja batu banget. Gua pernah beli gado-gado eh ada pare nya dong kemakan sama gua. Rasanya pait banget, sama kayak jengkol kan?"
"pare sama jengkol itu beda sayang, heran gua."
Deg...
'bangsat, barusan dia nolak gua sekarang sayang-sayangan. Mau lu apaan sih tai,' umpat Kesya dalam hati.
"ya rasanya sama kan?"
"beda lah cil"
"kok bisa? Kata orang sama aja."
"lu belum coba udah ngomong pait-pait. Coba dulu makanya, yang bumbu balado atau rendang gitu enak apalagi ditambah nasi anget," terlihat Jeffran yang mulai lapar dengan imajinasinya.
"hah? jengkol bumbu rendang? Ya allah ngakak banget gakuat." Kesya tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban Jeffran.
"ya emang ada cil, lu baru tau? Biasanya ada di warung nasi padang."
"dih gua juga sering kali beli nasi padang tapi tetep aja ngga ada ga pernah nemu. Tapi gimana-gimana enakan ayam sih, apalagi ayam kecap buatan yangti gua."
"ayam mah ngga pernah ngga enak cil."
"ya emang, apalagi ayam AW parah si kulitnya enak banget."
Mereka pun lanjut membicarakan hal-hal absurd lainnya.
Tak lama setelah mengobrolkan beberapa hal random, mereka berdua pun memutuskan untuk segera pulang.
"makasi ya kak."
"makasi karena?" tanya Jeffran heran kepada Kesya. Pasalnya, ia tidak melakukan apa-apa kepada Kesya bahkan seharusya ia meminta maaf karena telah menolak perasaan Kesya.
"udah nganterin gua pulang hehe," jawab Kesya sambil tersenyum canggung ke arah Jeffran.
"yaelah cil udah biasa kali, gua duluan dah ya."
"iyaa kak hati-hati dijalan!"
Terlihat motor Jeffran pun pergi perlahan menghilang dari pekarangan rumah Kesya.
Kesya segera memasuki rumahnya dan berlari ke kamar dan menjatuhkan diri dikasur.
Ia memilih untuk menangis sekencang-kencangnya dibawah bantal agar tidak ketahuan bundanya.
Ke esokan harinya ia pergi ke sekolah dalam keadaan mata yang sangat amat sembab. Sebenarnya agak sedikit pusing akibat terlalu banyak menangis semalam tapi ia pikir ia masih dapat menahannya jadi tidak masalah.
"Kes, mata lu kok sembab amat?" tanya Bulan heran melihat temannya sedang tertunduk lesu di bangkunya dan dibalas gelengan lemah dari Kesya.
"lah terus lu kenapa anjir? Gara-gara Jeffran?" tanya Bulan lagi, Kesya hanya diam mendengar nama Jeffran disebut.
"udah gua duga," gumam Bulan sambil memutar bola matanya malas.
"ayo Kes ke kantin daripada lu mikirin yang kaga jelas kayak dia, gua traktir mie ayam dah," rayu Bulan.
"beneran di traktir?" tanya Kesya.
"yailah lu giliran di traktir aja semangat banget," cibir Bulan. "iya gua yang traktir ayo cepet."
"Kes ini kan tanggal 21 januari? Berarti hari peluk nasional dong? wah anjir sini lu gua peluk dulu," cerocos Bulan di sela-sela makan nya sambil mendekat akan memeluk Kesya.
"idih-idih apaan lu peluk-peluk gua."
"kan hari peluk nasional Kes, kok lu tega sih sama gua?" tanya Bulan sambil mencebikan bibirnya.
"gayaan banget si lu, sini deh gua peluk."
Kesya pun segera memeluk Bulan sebentar dan kembali melanjutkan acara makan mie ayamnya.
saat ditengah-tengah pelajaran, Kesya merasakan kepalanya semakin pusing dan sedikit mual. Bulan yang peka dengan keadaan pun segera meminta izin kepada guru yang mengajar untuk mengantarkan Kesya ke UKS.
"Kes lu gapapa? lu masuk angin deh kayaknya," tanya Bulan sambil menggandeng Kesya menuju UKS. Kesya hanya menggeleng lemah, mati-matian ia menahan rasa mualnya agar tidak muntah di jalan.
sesampainya di UKS, Kesya segera berbaring di ranjang UKS.
Bulan sedang meminta tolong penjaga UKS untuk mencarikan obat pusing dan mual.
"Kes, gua ambilin kantong kresek mau?" tanya Bulan. dan hanya dibalas anggukan oleh Kesya.
beruntungnya di UKS ada stok kantung kresek hitam baru. Bulan pun segera mengambilnya dan memberikan kantung kresek tersebut kepada Kesya.
"Bul, lu balik ke kelas aja deh. gua takut lu ntar ninggal pelajaran terus gua nyontek tugas sama siapa dong?"
"heh anak monyet! sempet-sempetnya lu bilang beginian pas lagi sakit. udah sono tidur, nih obatnya sama minumnya. obatnya diminum Kes."
"makasih ya Bul, sumpah gua beruntung banget punya partner kayak lu," ucap Kesya sambil terkekeh pelan.
"sama-sama, santai aja elah Kes. cepet sembuh ya, ntar kalo lu mati gua yang susah gali kuburan lu."
"kurang ajar."
Bulan segera keluar kelas sebelum mendapat timpukan sepatu dari Kesya.
Kesya hanya tersenyum melihat kelakuan Bulan dan segera meminum obat yang sudah disediakan tadi. lalu ia segera menidurkan tubuhnya dikasur kembali dan memejamkan mata. berusaha beristirahat sebentar agar pusingnya dan mualnya cepat hilang.
tak lama ia merasakan ada tangan yang sedang mengelus lembut rambutnya.
Kesya pun segera membuka matanya dan melihat pelaku yang tengah mengelus rambutnya sembari menatapnya kembali.
"k-kak Jeffran?" tanya Kesya kaget.
pasalnya hari ini ia sedang menghindari Jeffran.
"kok lu bisa sakit cil? kemaren habis pulang dari pergi lu ga makan?" tanya Jeffran sambil menatap Kesya dengan satu alisnya yang terangkat. Kesya hanya menganggukan kepalanya pelan. ia masih terkejut dengan kehadiran Jeffran yang sangat mendadak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bocil Mantan
Teen Fiction'Kes' "hm?" 'mau tanya' "heem tanya aja" 'soal tentang lu suka sama gua' Deg... bagaimana bisa Jeffran menanyakan hal sensitif seperti itu kepada Kesya yang saat itu masih dalam posisi gagal moveon dari Jeffran. Sedangkan Jeffran sendiri hobi menari...