8. Maaf

5 1 0
                                    

"Kalo emang lo kesel sama gue karna gue gak bilang makasih soal kemaren, apa harus pake cara licik kayak gini? Gue cuma mau bilang makasih karna kemaren udah nolongin gue! " ucap Sherin dengan mata yang berkaca menahan rasa panas dan gatal.

Kata-kata itu masih terngiang jelas di benak Saka. Dia mulai merasa bersalah sejak kejadian di kantin tadi. Mungkin dia harus meminta maaf pada gadis itu esok hari.

Sore ini cuaca mulai mendung. Jam pulang sekolah sudah berbunyi sejak tadi. Seluruh siswa-siswi mulai berhamburan, mereka bergegas menuju rumah masing-masing karena sudah di pastikan hujan akan turun sebentar lagi.

Saka menuju parkiran sekolah, mengambil motor ninja biru kesayangannya. Ia menaiki motor tersebut dan langsung menancapkan gas keluar gerbang sekolah. Sepertinya ia melihat seseorang yang ia kenal entah sedang menunggu siapa di sana. Saka menghampiri seseorang yang sedang menunggu di halte.

Nenek lampir? Ngapain dia disitu bentar lagi ujan kok dia gak pulang

Saka turun dari motornya dan menghampiri gadis itu. Gadis itu tidak sadar bahwa ada seseorang selain dirinya di halte itu.

"Belom pulang?" tanya nya singkat. Gadis itu terkejut, kesadarannya mulai kembali.

"Gausah sok care!" jawabnya.

"Lah kok ngamok!" balas Saka.

Suasana kembali hening. Hujan perlahan mulai turun semakin lama semakin deras. Jalanan sepi, hanya beberapa pengendara mobil yang melintas. Saka juga terpaksa harus berteduh di halte itu bersama Sherin.

"Maaf" ucapnya memecah keheningan.

"Maaf gue buat alergi lo kambuh, gue gak tau soal itu" lanjutnya.

Sherin yang mendengar itu hanya menatap orang disampingnya. Memastikan apakah perkataan yang keluar dari mulutnya tulus atau tidak.
Tapi sepertinya Saka memang mengucapkan kata itu dengan tulus, walaupun ia tidak menatap mata Sherin. Tetapi terdengar dari nada suaranya ia menyesal melakukan itu.

"Iya" jawab Sherin singkat.

"Iya apa?" tanya Saka.

"Iya gue maafin"

"Oke"

Keheningan kembali menghampiri, hanya suara hujan yang terdengar di sana. Keduanya kembali terdiam dan hanya menatap hujan yang masih mengguyur ibu kota sore ini.

Sherin menggosokkan kedua tangannya untuk mendapatkan kehangatan. Saka yang tau gadis itu sedang kedinginan melepas jaket yang ia kenakan dan menaruhnya di bahu Sherin. Sherin yang terkejut dengan tindakan Saka langung menoleh ke arahnya.

"Pake aja, gue kuat dingin" ucapnya.

"Makasih, besok gue balikin" ucap Sherin yang hanya di balas anggukan kepala dari Saka.

Hujan perlahan mulai mereda, menyisakan rintik-rintik yang masih berjatuhan. Hari semakin gelap dan jalanan jug mulai sepi.

"Ayok gue anter" ajak Saka.

"Hmm oke" jawabnya.

Sherin menerima ajakan Saka juga bukan tanpa alasan. Sebenarnya ia tadi sudah di tawari pulang bersama Hila. Namun Sherin menolaknya, ia pikir ayahnya akan menjemputnya tapi ternyata ibunya mengirim pesan pada Sherin bahwa ayahnya akan lembur jadi ia diminta pulang bersama temannya.

Perjalanan yang ditempuh hanya memerlukan waktu 15 menit menuju rumah Sherin. Tidak ada satupun diantara mereka yang mengeluarkan sepatah kata pun selama diperjalanan. 

"Makasih" itu akhir percakapan mereka sebelum Saka melajukan motor ninja birunya menuju luar komplek rumah Sherin.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 04, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Der Feind || Ong Seongwoo (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang