3. Sahabat

33 4 0
                                    

PRANGGG!

"Gak bisa gitu dong mas! Jangan karena dia anak istri pertama kamu, Seenaknya kamu manjain dia terus. Kamu lupa yaa? Dia udah buat aku kehilangan anakku mas!" isak tangisnya yang tidak lagi bisa terbendung.

"Kania stop! Berhenti menyalahkan anak ku. Semua yang terjadi ialah kecelakaan, ikhlaskan dia supaya dia tenang di alam sana. Dan jangan kamu ungkit lagi masalah ini!"

Tidak seperti layaknya hubungan keluarga yang harmonis. Kepulangannya yang seharusnya disambut dengan senyuman dan perhatian dari orang tua, tetapi ini justru sebaliknya. Jika di tanya bagaimana rasanya? Jelas sangat menyakitkan.

Dia tau dimana ia di anggap ada dan di sayangi. Ia hanya butuh beristirahat sejenak dari dunia yang dianggapnya tidak adil ini. Yaa memang sangat tidak adil, bagaimana bisa dalam 1 waktu dia telah kehilangan segalanya. Andaikan dia masih ada di sini, tentu hal seperti ini tidak akan pernah terjadi.

Ia berbalik, berjalan menuju motor ninja biru kesayangannya itu. Membawanya keluar dari pekarangan rumah, dan menancapkan gas dengan kecepatan tinggi. Cacian dan makian dari pengguna jalan tidak ia hiraukan. Dia tau tempat mana yang harus di datanginya untuk sekedar melepas penat.

~

Tok.. Tok.. Tok..

"Riannn!"

"Ohh Saka yaa, masuk aja nak. Pintunya gak dikunci kok," jawab bunda Refa.

Ia mulai memasuki rumah minimalis bercat cream itu. Rumah yang sejuk, karena banyak tanaman hias di sekitar halamannya. Rumah yang selalu menjadi tempatnya pulang yang menerima dirinya apa adanya.

"Tumbenan pake ketuk pintu, biasa juga langsung nyelonong masuk. Bunda lagi masak jadinya gak bisa bukain pintu tadi Sa."

"Hehehe, takut nya di sangka maling kan repot bun. Saka juga liat kok bunda lagi masak, yakali lagi yoga di atas kompor bun. Hehehehe, peace bun jangan marah nanti cantiknya luntur," goda Saka.

"Kamu tuh yaa demennya bercanda mulu. Mau bunda lempar panci nih! Dah sana ahh, jangan ganggu bunda! Rian ada di kamar lagi tidur kali tuh anaknya," ancam bunda Refa.

Saka langsung menaiki lantai 2 untuk menemui sahabat kecilnya itu yang sedang menjelajahi alam mimpinya.

Brakk!

Suara pintu yang di dobrak kencang, membuat sang penghuni kamar terlonjak kaget. Dan membuatnya jatuh dari kasur empuknya itu.

"Dasar anak setan! Dateng bukan ngucap salam, malah dobrak pintu kamar orang. Gue cincang juga nih daging lu!" umpat Rian kesal.

"Aww boleh kok, sekalian hati aku juga bang, hati aku kan hanya untuk kamu! Eaakkk," ledek Saka.

"Idih najis! Emang gak ada akhlak yaa lu Sa, nyesel gue temenan sama lu! Ngapain kesini? Mau nginep?"

"Hehehe, enggak deh. Gue main aja, sekalian numpang tidur sebentar. Nanti gue balik rumah malem aja."

Tanpa Rian bertanya pun dia sudah tau apa yang terjadi pada Saka. 11 tahun berteman dengan Saka, sudah cukup baginya untuk mengenal sifat Saka. Bagi Rian Saka sudah ia anggap seperti saudaranya sendiri.

Der Feind || Ong Seongwoo (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang