Sudah sehari sejak bunkasai. Kursi di sebelahmu masih kosong tanpa kehadiran sang pemilik. Sebegitu parah sakitnya? Untuk kali ini kamu setuju untuk tidak menganggap remeh yang namanya "keletihan".
Tidak ada yang bisa dilakukan sebagai teman. Berkunjung pun tidak mungkin karena Izumi Iori tinggal di asrama agensi. Cukup ketua kelas (kebetulan laki-laki) yang boleh mengunjungi teman absen. Sementara kamu hanyalah teman sekelas. Sebagai teman sekelas menjenguk teman laki-laki yang sakit?
Andai saja dia tinggal di rumah orang tuanya.
Wajahmu seketika memerah. Memangnya kalau ia masih tinggal di rumah orang tua dan juga bukan idola, apa kamu punya keberanian berkunjung ke rumah pemuda itu?
TIDAK PUNYA SAMA SEKALI.
Kamu menghela napas pelan-pelan, tidak ingin membuat teman sekelas apalagi guru di depan menyadari keresahanmu.
*
*
*
*Kamu mondar-mandir di depan kelas sebelah saat jam istirahat. Kedua tangan menggenggam sebuah buku yang hendak diberikan pada seseorang. Tapi sekali lagi, kamu tidak punya keberanian memberikan buku itu pada orang yang tidak akrab sama sekali denganmu.
"(Y/n) ada apa?" tanya sahabatmu, Maya, yang memang penghuni kelas tersebut.
"Ah, itu..." Kamu bergeming di tempat, menundukkan kepala, ragu untuk melanjutkan ucapan. Pada akhirnya, "Gak ada, kok. A-aku balik dulu--"
Maya menarik lenganmu. "Ada yang bisa aku bantu? Jangan sungkan gitu, dong!"
Pipimu memerah untuk mengungkapkan sesuatu yang belum pernah kamu lakukan selama ini.
"Sebenarnya... aku mau bicara dengan Yotsuba-kun..."
Maya menutup mulut dengan kedua tangan. "Kokuhaku?"
Kamu berdesis, kalut sendiri. "Bukan!" elakmu dengan suara pelan. "Kamu jangan bilang hal sensitif, dong. Entar didengar orang lain, gimana?"
Maya terkekeh dengan suara tertahan. "Maaf. Jadi, ada perlu apa?"
*
*
*
*
*Yotsuba Tamaki mengeluh setelah sampai di asrama. "Aaahh capekkk."
Seseorang yang mendengar kehadiran Tamaki langsung menyambut anak itu dengan suara riang. "Okaeri, Tamaki-kun!
"Rikkun~ capek!"
Nanase Riku terkekeh geli. "Sekolah maupun kerja memang bikin capek, ya? Otsukaresama, Tamaki-kun! Tadi aku pergi berbelanja dengan Sogo-san, ada Ousama Puding loh di kulkas!"
Tamaki bersorak dengan mengangkat kedua tangan. "Yatta!" Tangan anak bongsor itu langsung memeluk Riku. "Arigatou, Rikkun za besto!"
Riku agak geli dengan sikap kekanakan Tamaki, tapi ia menerima dengan tangan terbuka. Tangannya menepuk punggung Tamaki agar berhenti memeluknya. "Tu, tasmu jatuh, berantakan isinya."
Tamaki menoleh ke belakang. "Aa." Saking senangnya dibelikan kudapan kesukaan, tanpa sadar sudah melempar tas berisi beban kepala. Namanya juga anak sembrono, tasnya saja setengah disleting, isinya pun tercecer keluar. Tamaki pun memungut buku-buku satu per satu, kembali masuk ke tas. Tangannya berhenti begitu memegang satu buku. "Ini..."
Riku menoleh melit, menunduk di belakang punggung Tamaki. "Sampulnya kayak bukan bukumu. Kebawa punya teman?"
"Hu-um," Tamaki menggeleng sedikit. "Titipan."
"Titipan?"
Tamaki menyelesaikan berbenah, bangkit dan melangkah menuju lorong kamar. "Iorin udah baikan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Note kara suki ni naru (Izumi Iori x OC)
Teen FictionBagi kawan karibmu, Izumi Iori hanyalah pemuda egois yang terlalu kaku. Ia berharap tidak mau sekelas lagi dengannya. Kamu pun menyarankan temanmu untuk berdoa agar kelak di kelas tiga tidak lagi sekelas dengan Iori. Saranmu begitu manjur pada teman...