6 | Rumor dengannya

104 16 3
                                    

Sejak mengganti sepatu dengan uwabaki, bisik-bisik terjadi di sekitarmu. Mereka berbisik sambil melirik ke arahmu dengan tatapan tidak bersahabat. Kehadiranmu bagai teroris yang diragukan identitasnya.

Dari bisikan mereka, kamu tahu apa yang tengah mereka perbincangkan. Kamu bersikap tidak mendengar dan terus menaiki tangga menuju kelasmu sendiri.

Namun bisikan yang sama terus terulang oleh bibir lain menuju kelas. Dan pembicaraan tentangmu itu semakin meriah di dalam kelasmu sendiri.

Kamu tidak jadi melangkah masuk. Kakimu berbalik arah untuk menghindar. Kamu berniat bolos dari sekolah saja daripada harus mendengarkan kalimat tidak benar dari para murid di sekitar.

Tiga gadis mencegahmu pergi saat itu jua. Salah seorangnya meraih tanganmu, membawamu berdiri dekat jendela. Kamu hanya menurut, terdiam saat ketiganya mengelilingimu.

"Saat pelajaran dimulai, mereka akan berhenti bicara. Jadi bertahanlah."

"Rumor hanyalah rumor. Jangan dipedulikan!"

"Dan lagi ... jika kamu kabur, masalah ini tidak akan berhenti sendirinya."

Ketiganya ialah sahabatmu. Kamu menatap perhatian mereka satu per satu. "Terima kasih sudah menemaniku," ujarmu lirih.

Rumor itu terjadi setelah beberapa murid melihatmu berdua dengan Iori di perpustakaan sekolah.

Ya, saat kamu membuat tugas sejarah dengan pemuda itu. awalnya hanya rumor ringan karena kebanyakan murid berprasangka baik saja bahwa Iori 'terpaksa berdua' dengan seorang gadis karena menyelesaikan tugas sekolah.

Namun rumor itu terus berkembang karena teman-teman sekelas memandang kalian berdua tampak akrab dari biasanya hanya sekedar bicara tentang tugas.

Saat itu kamu memberikan salinan tugas yang kamu ketik pada Iori. Pemuda perfectionist itu mengomentari satu salah ketik saja hanya karena ingin menyembunyikan maksud pujiannya padamu. Tapi hal itu tidak disadari oleh para gadis yang iri padamu.

Kamu pun menjelaskan hal tersebut pada ketiga sahabatmu itu. Tentu saja mereka sangat mengerti dengan situasimu, lebih memercayaimu dari rumor yang beredar. Mereka tidak peduli menjadi objek lirikan karena bersamamu.

"Jadi, orang yang dirumorkan itu apa sudah datang ke sekolah?" tanya Sumire.

"Sepertinya belum. Yotsuba-kun saja belum hadir di kelas," jawab Maaya.

"Mereka pergi ke sekolah bersama, ya?"

Tidak lama orang yang dimaksud pun berjalan di lorong mengarah ke mereka berempat. Tamaki akan masuk ke kelasnya terlebih dahulu.  Begitu melihat Maaya, ia mengekori Iori lalu menghampiri kalian.

"Ohayou, Yotsuba-kun, Izumi-kun." Maaya menyapa terlebih dahulu.

"Ohayou gozaimasu," jawab Iori. "Sebentar lagi bel masuk bunyi. Seharusnya segera masuk," sarannya. "Yotsuba-san juga."

"Uiiss~." Tamaki menjawab dengan nada malas. Mulutnya terbuka begitu mengingat sesuatu."Oh iya, Maaya-chan, toko yang kamu sarankan memang punya puding yang enak! Nanto, toko itu punya orangtuanya Iori!" Tamaki berujar dengan penuh semangat.

"Benarkah?" kaget kalian berempat.

"Yang kemarin, ya? Yotsuba-san terlalu bebas meminta diskon dan tambahan pada mereka." Iori menggeleng kepala mengingat sikap Tamaki lebih manja pada orangtuanya daripada dirinya sendiri sebagai anak kandung.

Sepulang sekolah kemarin, setelah mendapat saran toko kue yang menjual puding enak dari Maaya, Tamaki memaksa Iori menemaninya ke alamat toko tersebut. Ternyata alamat tersebut tempat Izumi bersaudara tumbuh.

Note kara suki ni naru (Izumi Iori x OC)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang