Seminggu sudah berlalu dengan kebanyakan pelajaran diawali dengan materi. Kamu tidak merasa kesulitan dalam belajar karena apa yang diterangkan guru di kelas sebagian besar tertulis di buku. Kamu tinggal menyimak dan membuat catatan di beberapa poin yang penting berkaitan dengan ujian akhir sekolah kelak.
Dua minggu pun berlalu. Kamu menginisiasikan diri membaca pelajaran yang akan dibahas di kelas sebelum pelajaran tersebut diterangkan guru. Bahkan kamu mencatatnya langsung---jika membaca buku dari perpustakaan.
Kerut di keningmu terbentuk ketika berhadapan dengan soal ekonomi yang agak rumit.
"Nyerah! Biar besok lihat sensei menerangkannya di kelas---
Kamu terdiam.
Lihat sensei nerangin pelajaran hitung?! Yang benar saja! Artinya aku harus pakai kacamata!
Hal yang kamu hindari dari pertama sekolah dan anti untuk digunakan, kacamata minus!
Demi tidak lagi memakai kacamata kamu rela mempelajari soal sulit itu sendirian hingga lupa jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam....
Karena telat tidur, esoknya kamu telat bangun dan juga telat pergi sekolah! Adegan berlari di pagi hari---meski bukan latihan marathon---kamu lakukan bagaikan heroine yang pernah ada dalam cerita anime. Ah, minus dengan menggigit roti karena makan sambil berlari itu seperti kucing ketahuan mencuri sepotong ikan!
Guru olahraga killer berdiri dengan tangan kiri memegang pagar besi, menghitung mundur dengan toa di depan mulut. Spontan kamu dan murid-murid yang masih di luar pekarangan sekolah berlari sekuat tenaga untuk mencapai gerbang. Bagaikan lomba marathon, sedari rumah ke stasiun, kini dari stasiun menuju sekolah tidak henti berlari dan tidak akan berhenti sebelum mencapai goal.
"SATU!!!"
Pagar digeser cepat, tertutup rapat, memisahkan antara area sekolah, meninggalkan murid-murid yang masih di luar tanpa ampun.
Kamu menghela napas panjang, mengatur napas dan detak jantung yang masih cepat. Setelah agak tenang, kamu melirik ke belakang.
Guru olahraga killer itu juga tidak sengaja menoleh ke arahmu. Ia menyunggingkan senyum, "Larimu kencang. Kau bisa ikutan lomba marathon di musim panas kelak!"
"Tidak akan," tolakmu cepat. "Aku sudah kelas tiga, sensei."
"Ah, sayang sekali!"
Kamu tidak peduli dengan nada bicara guru olahraga yang kecewa tapi sedikit ada ejekan dalamnya. Kamu pun mempercepat langkah menuju genkan sekolah, segera menukar sepatu dengan uwabaki dan langsung ke kelas, berharap tidak terlambat dan kena tegur oleh guru yang mengajar di jam pertama.
Kamu pun tiba di kelas. Suasana ribut menyambut kedatanganmu. Kamu terenyak sesaat sebelum memasukinya. Suasana tanpa guru di kelas sangat jarang ditemui di sekolah yang bisa dianggap berbobot. Kamu bertanya pada teman yang duduk dekat pintu dan mendapatkan jawaban bahwa guru yang mengajar bahasa Jepang hari ini absen karena anaknya sakit.
Kamu melangkah ke tempat dudukmu tapi ada seorang siswi yang mengambil alih tempat dudukmu. Siswi itu mencoba mendekati Iori dengan alasan menanyai satu soal yang sulit.
Kamu berdengus kesal. Bisa-bisanya ambil kesempatan di saat guru tidak ada di kelas. Yang lebih kesalnya lagi siswi itu tidak peduli dengan kehadiranmu, padahal kamu sudah menatapnya terus berharap sadar dan kembali ke temat duduknya.
Kamu menghela napas, memberanikan diri menegur teman perempuan sekelas itu. "Ano, tempat dudukku...."
Siswi itu melirikmu gerah, memberikan kode dengan menggerakkan bola mata dan kepala yang menunjuk tempat duduknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Note kara suki ni naru (Izumi Iori x OC)
Teen FictionBagi kawan karibmu, Izumi Iori hanyalah pemuda egois yang terlalu kaku. Ia berharap tidak mau sekelas lagi dengannya. Kamu pun menyarankan temanmu untuk berdoa agar kelak di kelas tiga tidak lagi sekelas dengan Iori. Saranmu begitu manjur pada teman...