PLANET MEMBUTUHKAN ORBITNYA UNTUK BERPUTAR. LALU KEPADA SIAPA KAU BERSANDAR?
'Appa' (Ayah) Aku merindukanmuBagaimana keadaanmu disana? Apakah kau sudah tidur dengan tenang? Apakah sayapmu sudah terbuka lebar untuk melanjutkan perjalanan ke surga? Atau kau masih memikul beban berat di pundakmu sehingga sayapmu tak bisa terkembang? Jika mungkin kau masih memikul beban berat itu, bisakah kau terbaring dengan nyaman dan tidur dengan nyenyak. Kau telah mengalami masa-masa sulit, kau telah bekerja keras. Appa.. Kau pasti mengenal eomma lebih baik dibanding aku -putrinya-. Bagaimana sikap eomma sebelum aku lahir? Apakah eomma memperlakukanmu sama seperti dia memperlakukanku saat ini. Appa.. Aku takut menyentuh tangan eomma, aku ingin memeluknya. Apakah eomma pernah menganggap aku seperti putrinya? Aku tidak baik-baik saja sekarang, bahkan aku tidak memiliki mimpi seperti teman-temanku. Lihatlah Appa dunia ini begitu kejam. Aku tidak bisa melakukan hal apapun yang aku mau. Aku harus menahannya, bahkan kau pergi sebelum aku melakukan itu.
Kim Eunna memejamkan mata beberapa detik sambil menghela nafas panjang. Ia menyusuri jalan sepi menuju taman yang terletak tak jauh dari rumah. Kim Eunna hanya perlu berjalan kurang lebih 4 menit untuk menuju kesana. Malam ini sangat dingin, angin berhembus pelan bahkan membuat rambutnya sedikit terbang. Kim Eunna melipat kedua tangan seperti memeluk tubuhnya sendiri, meskipun ia sudah menggunakan sweater namun tetap saja udara dingin seperti menembus kulitnya. Kim Eunna duduk di ayunan sembari menghentakkan kakinya pelan, melingkarkan jari-jemarinya diantara rantai ayunan yang berbahan besi. Memikirkan bagaimana kehidupan akan menuntunnya kepada kebahagiaan. Kim Eunna hanya terus berharap.
brukkk....
Kim Eunna berjingkat kaget diikuti dengan pintu mobil yang ditutup dengan cukup keras. Seseorang seperti sengaja dilempar ke taman ini. Sekitar 100 meter Kim Eunna melihat seorang pria memukul Dae Hyun sehingga ia mendarat tepat ke tanah. Pria itu memakai masker dan topi berwarna hitam yang dimincingkan ke bawah, sehingga Kim Eunna sulit untuk mengenali siapa lelaki bertubuh tinggi itu. Pria itu juga memegangi botol kaca di tangan kirinya sambil menunjuk-nunjuk Dae Hyun dihadapannya, ia juga beberapa kali melayangkan tendangan ke bagian perut Dae Hyun yang terlihat sekarat dan akan menemui ajalnya.
"DAE HYUN.... DASAR BAJINGAN!!" bentaknya. Dae Hyun tergeletak di tanah dengan wajah yang penuh luka lebam, sementara itu dia masih mengenakan seragam sekolahnya.
"Aku tidak mau tau, kau harus kalah dalam balapan ini. Aku membutuhkan uang itu!!!" bentaknya sambil memukul wajah Dae Hyun. Dae Hyun hanya meringis kesakitan.
Pria bertubuh tinggi itu berjongkok, memegang rahang Dae Hyun dengan kuat, terlihat urat tangannya muncul dari sana. Dae Hyun tersenyum sarkas bahkan ia meludah tepat diwajah pria dihadapannya yang saat itu mengenakan masker hitam. Pria itu mengusap kasar wajahnya sambil melihat Dae Hyun dengan tatapan tajam. Duggg... kepalan tangan pria itu mendarat lagi ke wajah Dae Hyun.
Kim Eunna hanya berdiri melihat kekacauan itu tanpa melakukan apapun. Kim Eunna tidak ingin terlibat dalam masalah mereka. Pikirannya kalut. Apakah dia harus pergi atau bahkan menyelamatkan Dae Hyun. Tapi jika sesuatu yang buruk terjadi, Kim Eunna akan menyalahkan dirinya sendiri dan dia akan menyesalinya nanti.
"apa aku harus membunuhmu malam ini?" gertaknya, pria itu melempar pandangannya ke atas beberapa detik.
"lagipula tidak akan ada yang menangis di pemakamanku nanti," ucap Dae Hyun dengan penuh percaya diri.
"kau lebih bodoh dari yang aku kira," pria itu mulai memindahkan botol kacanya ke tangan kanan, seperti ingin mengayunkan dan mendaratkannya ke kepala Dae Hyun.
Kim Eunna dengan cepat berlari saat itu, ia tidak ingin melihat orang lain mati karena ia tahu bagaimana perasaan keluarga yang ditinggalkan nantinya karena Kim Eunna pernah merasakan hal itu juga. Kepergian appa-nya.
'prakkkk' Kim Eunna berdiri melindungi Dae Hyun dengan tubuhnya. Ia sedikit menunduk memejamkan mata, sambil membuat pertahanan menggunakan tangannya. Botol kaca itu tepat mengenai tangan dan pelipis Kim Eunna sehingga meninggalkan luka sobek beberapa cm dengan darah yang menetes disana. Kini tangan Kim Eunna serasa dicabik, kepalanya terasa berat, sweaternya robek, sehingga gadis itu bisa merasakan hawa dingin yang menyusup lewat celah-celahnya. Kim Eunna mulai membuka matanya perlahan, ia mendapati pria itu melotot, menyadari bahwa ia mencelakai orang yang salah. Pria itu mundur beberapa langkah, beberapa detik kemudian ia menghindar, sedikit berlari sambil merogoh saku mantelnya mengambil kunci mobil. Mobil itu melaju kencang, kepulan asap tipis terlihat tersamarkan dengan sorotan lampu taman.
Kim Eunna berbalik arah, kini ia menghadap Dae Hyun yang sedang mencoba berdiri sambil terhuyung. Pandangan Kim Eunna kabur, namun dia berusaha memfokuskannya dengan memandang wajah Dae Hyun yang penuh memar.
"Kau...baik-baik saja?" nada Kim Eunna terdengar lirih. Mata Dae Hyun memerah, dia menatap Kim Eunna dengan tajam. Dae Hyun mengeratkan kedua tangannya di lengan Kim Eunna dengan mencondongkan kepalanya 3 cm kedepan.
"Pergilah!!" Dae Hyun membentak Kim Eunna dengan keras.
"Urusi saja hidupmu!!" tambahnya lagi sambil mendorong Kim Eunna yang menjadikan gadis itu terhempas ke tanah mengenai serpihan kaca yang berserak dimana-mana. Air mata Kim Eunna mulai menggenangi di pelupuk matanya. Dia hampir sekarat, matanya terasa berat dan dadanya terasa sesak.
"Nyatanya perlakuan kasar seseorang seketika dapat membuat hatimu terasa tercabik. Perkataan appa memang benar, kau harus menjaga hati lawan bicaramu agar kau tidak berakhir menjadi seorang pembenci," batin Kim Eunna.
Kim Eunna berusaha untuk tidak menangis tapi entah kenapa air matanya mengucur deras sambil melihat Dae Hyun berjalan menjauh meninggalkannya.
Dalam kondisi seperti ini, Kim Eunna berusaha untuk berdiri. Dia menahan sakit yang serasa bertambah, kakinya lemas. Kim Eunna menunduk, cucuran darah gadis itu seperti mengubah tanah itu menjadi merah. Keringat merembes di pelipisnya, ditambah lagi Kim Eunna harus mengusap air matanya yang seakan tidak mau berhenti mengingat perlakuan Dae Hyun kepadanya. Dari kejauhan, Kim Eunna melihat seseorang dengan langkah tergesa mendekatinya.
"Kim Eunna!!!" teriaknya, bayangan dari kejauhan itu tiba-tiba berlari.
"Young Jae.." Kim Eunna tersenyum lega.
"Jangan tersenyum, aku mengkhawatirkanmu. Siapa yang melakukan hal ini kepadamu?" kedua tangan Young Jae memegang pundak Kim Eunna dengan gemetar. Matanya sedikit berair, wajahnya berubah menjadi panik.
"Kau disini, terima kasih." Kim Eunna menundukkan kepalanya, dia menangis. Young Jae memeluk Kim Eunna dengan erat. Beberapa detik kemudian Young Jae membopongnya. Kim Eunna serasa ingin tertidur malam itu juga, pandangannya kabur, terkadang gelap dan terkadang ia bisa melihat dengan jelas kekhawatiran di mata Young Jae, bahkan detak jantungnya terdengar tidak beraturan.
"Jika aku harus mati malam ini, setidaknya aku tidak kesepian. Terima Kasih"
![](https://img.wattpad.com/cover/259386256-288-k706671.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SPEEDOMETER
أدب المراهقينKarena kami hanya berumur 18 tahun. Sebuah cerita yang sempat (tertunda). Begitu banyak perubahan dalam dunia, baik manusia dan kehangatan mereka. "kau harus tetap hidup agar dapat menghargai orang lain"