KIM EUNNA, MAAFKAN AKU
"Baek Hyeon bisa saja berbohong dengan sikapnya. Berpura-pura menjadi oranglain agar aku masuk ke dalam perangkapnya. Tapi apakah aku benar?"
Perasaan aneh seketika menghilang ketika tangan kecil Eun Sol tiba-tiba menggandeng Kim Eunna sembari menaiki satu persatu anak tangga. Eun Sol menyunggingkan senyum kepada Kim Eunna, seakan memberi isyarat bahwa "Jangan takut. Oppaku adalah orang yang baik. Dia bisa menyayangiku, menjagaku. Oppaku juga akan melakukan hal yang sama kepada eonni juga".
Kim Eunna duduk beralaskan karpet berbulu berwarna pink. Ia melihat sekitar lalu berasumsi bahwa Baek Hyeon memang menjaga adiknya dengan baik. Baek Hyeon memberikan fasilitas terbaik untuk adiknya, beberapa mainan yang disukai anak-anak seusianya. Boneka, buku cerita, bola-bola plastik berwarna warni dan tenda berukuran kecil untuk bersembunyi. Kim Eunna melihat Eun Sol sedang berjalan mendekatinya dengan membawa boneka jerapah untuk dipamerkan kepada Kim Eunna. Sementara tangan kanannya memegang es krim setelah beberapa menit yang lalu ia meminta Baek Hyeon untuk mengambilkannya.
"Eonni, apakah oppaku orang yang baik?" Kim Eunna hanya tersenyum, memberi jawaban sembari mengangguk, "yaa. Oppamu adalah orang yang baik. Dia juga sering membantu teman-temannya di sekolah dan semua orang menyukainya.”
“Sebuah kebohongan besar,” cetus Kim Eunna dalam hati.
"Aku takut setiap melihat oppaku marah. Dia akan menjadi monster yang mengerikan."
“Itu memang dia. Baek Hyeon telah memperlihatkan sisi terburuknya.”
"Eun Sol-aa. Oppamu marah karena dia lelah dan terluka. Kau bisa menyembuhkannya dengan pelukanmu, lalu dia akan baik-baik saja."
"Benarkah?" tanya Eun Sol. Kim Eunna mengangguk penuh semangat.
"Aku minta maaf karena telah memintamu tinggal lebih lama," ucap Baek Hyeon sembari membawa dua cangkir kopi. Semerbak aroma kopi seperti mengalahkan bau es krim strawberry milik Eun Sol.
"Oppa. Apakah eonni bisa tinggal dengan kita?" tanya Eun Sol polos dengan sorot mata memohon.
Baek Hyeon menggeleng sembari menatap raut wajah Eun Sol yang tiba-tiba menjadi sedih, "Kim Eunna--bukankah dia punya rumah seperti kita? Dia juga punya ibu yang menyayanginya. Jika Kim Eunna eonni pergi jauh, ibunya akan merindukannya dan menangis. Seperti ketika Eun Sol merindukan eomma di rumah sakit. Bukan begitu?" Eun Sol mengangguk mengerti ketika Baek Hyeon memberikan penjelasan dengan perlahan.
Bukankah langit nampak cerah hari ini. Tapi mengapa aku ingin menangis mendengar semua kebohongan ini?
"Nee eomma. Eun Sol? Ah dia ada bersamaku. Ada apa?"
"Ahh baiklah."
"Eun Sol-a eomma merindukanmu. Kau ingin melihat eomma? Jung-sii akan mengantarmu ke rumah sakit," ucap Baek Hyeon kepada adiknya setelah ia mengakhiri panggilan dengan eommanya. Eun Sol berdiri kegirangan, ia meraih tangan Baek Hyeon yang tengah lelaki itu julurkan.
“Eun Sol-a” panggil Kim Eunna sesaat sebelum Eun Sol memulai berjalan menuruni anak tangga.
“Bolehkah eonni memelukmu?” lanjutnya. Eun Sol mengangguk, berlari menuju Kim Eunna yang masih diposisi yang sama.

KAMU SEDANG MEMBACA
SPEEDOMETER
Teen FictionKarena kami hanya berumur 18 tahun. Sebuah cerita yang sempat (tertunda). Begitu banyak perubahan dalam dunia, baik manusia dan kehangatan mereka. "kau harus tetap hidup agar dapat menghargai orang lain"