4

7K 1.9K 173
                                    

Raka memasuki area sekolah, setelah libur lebih dari seminggu. Akhirnya ia bisa kembali bertemu dengan teman-teman dekat. Namun sesampai di kelas, beberapa teman prianya segera memukul bahunya keras.

"Kenapa sih?" teriaknya tak suka.

"Ah. Lo diem-diem jalan sama Angeline. Pantas kemarin sampai rela ngedepak Btari. Nggak tahunya.."

"Siapa yang jalan sama dia?"

"Ya elo lah, tuh, satu sekolahan udah tahu. Waktu itu sempat nonton, kan?"

"Oh, itu kebetulan aja. Kita ketemu di 21, terus kebetulan film yang mau kita tonton itu sama bukan sengaja. Lagian pernah juga sebelumnya. Kan bareng elo juga."

"Yakin, lo nggak ada apa-apa sama dia?. Semua orang udah tahu,lho."

"Biarin aja, perempuan kurang kerjaan memang gitu. Suka nyebar gossip nggak jelas." Balas Raka sambil meletakkan tasnya.

Sebagai anak dari seorang pedagang kaya, tentu banyak teman perempuan yang mengejarnya. Apalagi pernah menjabat sebagai ketua Osis di periode lalu. Dan sekarang masih menjadi kapten basket. Maka sudah pasti banyak yang mengidolakan. Tapi ia memang belum berniat untuk pacaran.

Yang tidak banyak orang tahu, Raka tidak akan mudah dekat dengan perempuan. Karena ia memiliki standar yang cukup tinggi. Salah satunya adalah, cantik dan pintar. Sayang jarang ada perempuan yang memiliki keduanya. Ada sih, tapi dia bukan berasal dari kalangan Raka. Ia tidak akan menjalin hubungan dengan mereka, karena pasti menjadi gunjingan keluarga besar.

Apalagi perempuan yang canti dan pintar biasanya sudah pasti sombong dan merasa tidak butuh laki-laki. Contohnya, Btari. Sebenarnya Raka sudah mulai menyukainya, sejak hari pertama ia masuk sekolah. Tinggi, putih cantik dan masih terlihat polos. Tapi, sekarang , ia tidak suka. Karena gadis itu sudah menunjukkan sifat aslinya. Yang selalu ingin sejajar dengan laki-laki.

Menjadi saingan Raka dalam meraih nilai tertinggi. Juga di beberapa kegiatan lain dimana ia lemah maka Btari akan berada di sana. Misal ekskul paduan suara. Btari menjadi salah satu ujung tombak selain di lapangan basket tentu saja. Entah kapan gadis itu belajar. Karena ibunya hanya seorang pedagang di pasar.

Kesal dengan pemikirannya sendiri, akhirnya Raka mengeluarkan beberapa buku. Kemudian menekuni bacaannya. Tahun ini ia akan lulus. Dan sudah pasti kuliah. Tidak ingin mendapat nilai buruk, karena bisa-bisa namanya tidak berada dalam jajaran siswa berprestasi saat pesta perpisahan kelak. Sesuatu yang menjadi kebanggaan bagi seluruh orang tua siswa.

***

Btari, melangkah dengan sedikit kaku. Ia yang terbiasa mengenakan rok panjang dan lebar, pagi ini harus mengenakan kain dan kebaya. Karena bertugas sebagai ketua seksi penerima tamu dalam acara pesta perpisahan. Sedikit merepotkan. Apalagi harus memberikan bingkisan cenderamata kepada para tamu yang nota bene adalah orang tua siswa.

Untuk menghindari antrian, dengan cepat gadis itu membantu beberapa teman yang terkesan lambat. Dengan senyum ramah ia melayani mereka dan mengucapkan terima kasih berkali-kali. Sampai kemudian sepasang suami istri yang diketahui sebagai, bapak dan ibu camat.

"Silahkan pak, ditanda tangani dulu daftar hadirnya." Ucap Btari ramah.

Sang suami segera menandatangani. Sementara Bu Camat memilih menatap kearah lain. Sampai kemudian seseorang menyapa Btari.

"Lho, kamu Btari anak Bu Mira, Kan?"

Btari yang saat itu tengah sibuk menyerahkan goodie bag kepada tamu undangan lain menoleh. Ia segera tersenyum lebar.

SEBAIT KISAH TENTANG KITA/ Open POTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang