17

8.6K 2K 289
                                    

Selamat menunaikan ibadah puasa...

***

Najwa menghentakkan kaki dengan keras saat memasuki rumah. Ibu yang tengah menyiapkan sarapan untuk keluarga yang masih menginap menatap heran.

"Kamu kenapa?"

"Baru hari pertama jadi ipar, Si Btari itu sudah sombong banget. Tadi aku bilang nggak usah belanja dulu. Biar dari sini saja. Dia menolak. Katanya akan tetap memasak. Apa bukan pemborosan namanya. Dia cuma dua orang, tapi pesan sayur banyak sekali. Iya nanti kalau sempat masak. Kalau tidak? Kasihan Raka yang capek cari uang."

Bu Sulaiman menarik nafas dalam. Merasa bahwa kelak ini akan menjadi masalah kedepannya.

"Nanti ibu akan bicara dengan Raka."

"Ingatkan juga jangan sampai terlalu banyak mengalah pada istrinya. Perempuan nanti kalau dikasih hati, ngelunjak." jawab sang putri sambil berlalu.

Beberapa anggota keluarga yang sejak tadi mendengarkan pembicaraan keduanya segera mendekati bu Sulaiman.

"Yang dikatakan Najwa ada benarnya. Kemarin kita bisa lihat dipelaminan. Kalau Raka kelihatan lemah, banyak mengalah. Memang sih istrinya itu pintar dan berkarier cemerlang bahkan sering masuk TV. Tapi Raka tidak butuh itu. Dia juga punya toko dan penghasilannya lumayan. Pokoknya Mbak harus benar-benar keras sama dia. jangan sampai Btari itu curi start duluan."

"Masak sih, Raka lemah?"

"Buktinya mbak. Kamarnya Raka di rumah ini kan paling besar. Tapi begitu perempuan itu ingin punya rumah sendiri. Langsung dibelikan. Hati-hati saja, jangan sampai nanti dia ikut-ikutan pegang keuangan toko. Lihat latar belakangnya saya nggak yakin." Yang lain menimpali.

Bu Sulaiman kembali terdiam. Wajahnya terlihat bimbang.

***

Btari masih membersihkan beberapa jenis buah lalu memasukkan dengan rapi ke dalam kulkas. Tidak lupa memberi label tanggal pembelian. Sayur dan ikan sudah dibersihkan tadi pagi. Kemudian mengambil sebuah notes kecil yang sejak tadi sudah ada di atas meja makan. Menuliskan paduan juice yang akan dibuatnya sepanjang minggu ini.

Sebuah kebiasaan sejak dulu. Ia terbiasa membantu ibu membuat menu seminggu. Agar tidak bingung mau masak apa dihari tersebut. Selesai semua, perempuan itu melipat lalu menyusun kantong plastik dengan rapi ke dalam sebuah laci. Melap seluruh meja yang baru saja digunakan. Baginya mengurus dapur tidaklah sulit jika semua sudah dibuat teratur. Tadi mempersiapkan makan malam, ia hanya butuh waktu tiga puluh menit untuk membersihkan sayur, merajang dan menggiling bumbu. Dan sekarang semua sudah ada di kulkas. Nanti tinggal di tumis dan tahu pepes tinggal dimasukkan ke dalam kukusan. Karena sudah dibungkus dengan daun pisang.

Saat memasuki kamar, Raka baru saja selesai mandi.

"Dari mana, Yi?"

"Membersihkan buah untuk jus. Oh ya apa kita harus mengirim ke rumah ibu, Mas?"

"Nggak usah, Mbak Najwa juga pasti sudah buat."

"Ya sudah aku mandi dulu."

"Aku tunggu, habis itu kita sholat maghrib bareng. Baru kemudian makan malam."

Btari mengangguk. Ia mengikuti perintah suaminya. Selesai semua keduanya menuju ruang makan. Caraka bisa menilai kalau istrinya sangat pembersih. Tidak ada satupun kotoran di dapur. Btari mengukus pepes lalu menumis sayuran. Sementara Raka memilih membalas ucapan selamat dari teman-temannya yang belum seluruhnya dijawab.

Saat semua sudah terhidang, dan mulai makan. Caraka berkata. "Masakan kamu enak. Buat aku rasanya pas."

"Terima kasih. Apa mas terbiasa memakan nasi putih?"

SEBAIT KISAH TENTANG KITA/ Open POTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang