2

9.8K 1.9K 126
                                    

Dua belas November 2016

Setengah berlari seorang gadis cantik bertinggi seratus tujuh puluh sentimeter memasuki ruang OSIS. Wajahnya memerah Karena menahan emosi. Beruntung disana masih ada beberapa siswa yang merupakan kakak kelasnya berkumpul. Terutama, Caraka Sulaiman. Orang yang sejak tadi dicari.

Masih dengan terengah-engah, gadis itu menghampiri sang senior tanpa rasa takut. Dan segera bertanya dengan nada kesal.

"Kak Raka, kenapa namaku dicoret dari tim basket yang akan tanding minggu depan. Padahal aku udah capek latihan sebulan ini."

Sang senior mentap wajahnya lekat tanpa rasa bersalah..

"Minggu depan, kamu bakal ikut olimpiade fisika mewakili sekolah. Dua minggu lalu juga ikut tim paduan suara buat lomba mewakili sekolah. Kayaknya hampir tiap bulan deh, setiap ada lomba nama kamu hampir selalu ada. Apa nggak mau kasih kesempatan sama yang lain?"

Wajah gadis itu terlihat gusar, ini memang bukan pertama kali ia berseteru dengan Raka. Sangat sering malah, terutama dalam rapat OSIS. Seniornya itu selalu berusaha menahan langkahnya.

"Aku ikut karena mampu, lagian kan sekolah yang menunjuk, bukan karena mengajukan diri sendiri."

"Nah karena itu, aku juga mau menunjukkan, kalau murid di sekolah ini bukan cuma kamu doang. Kasihan kan kalau ada orang di tim basket selalu jadi cadangan. Siapa tahu dia sebenarnya punya kemampuan lebih. Cuma karena namanya nggak pernah dilirik, akhirnya tenggelam."

"Kak-"

"Kamu bukan anak emas di sekolah ini. Dan aku mau memberi kesempatan yang sama buat semua anggota tim. Dan gue juga sudah membicarakan ini dengan pelatih. Jadi aku harap kamu bisa fokus untuk mengikuti olimpiade."

Kesal dengan tanggapan pria itu, Btari segera meninggalkan ruangan. Namun sebelum langkahnya mencapai pintu, kembali suara Caraka terdengar.

"Satu lagi, nggak semua bisa menjadi milik kamu."

Gadis itu hanya bisa mengepalkan tangan. Basket memang area kekuasaan Caraka. Karena posisi kakak kelasnya itu memberi kesempatan untuk menggeser siapapun yang tidak disukai. Tapi ia tetap tidak bisa menerima.

***

Sepulang sekolah, turun dari angkot. Btari cepat-cepat berjalan memasuki gang. Ibunya yang baru pulang dari pasar menatap dengan lembut.

"Ayi, kenapa?"

"Kesal, Bu. Namaku dicoret dari daftar pemain inti untuk pertandingan basket minggu depan."

"Siapa yang mencoret? "

"Kak Raka. Alasannya aku selalu mewakili sekolah saat ada lomba. Sekarang saatnya memberi kesempatan pada yang lain. Ibu bayangkan, aku sudah berusaha membagi waktu. Tapi akhirnya gagal."

"Kamu ada ikut lomba yang berbeda kan minggu depan?"

Gadis itu mengangguk.

"Fokus saja kesana. Pikirkan, bahwa nilai akademis kamu jauh lebih penting daripada nilai olahraga. Karena bisa memuluskan jalanmu untuk masuk ke universitas negeri favorit."

"Tapi aku suka basket."

"Tidak apa-apa. Lain kali kan kamu bisa ikut. Sudah, sekarang mandi lalu makan. Itu ibu ada buat pudding gula merah kesukaan kamu. Supaya pikiranmu lebih adem. Jangan lupa habis ini belajar."

"Ibu mau pergi?"

"Iya, Bu Ratna yang di ujung komplek. Mau menjual beberapa perabotan rumahnya. Mau ibu lihat, siapa tahu bisa ditawarkan ke teman-teman pedagang di pasar. Lumayan kan hasilnya untuk tambah-tambah."

SEBAIT KISAH TENTANG KITA/ Open POTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang