C 04: Melepaskanmu

87 45 31
                                    

Pergi bekerja setiap hari bagi setiap orang itu pasti mengganggu mereka, termasuk wanita berusia 24 tahun saat ini sedang memeriksa laporan dari para editor yang menyerahkan laporan mereka pagi ini. Pandangan Kal tidak fokus karena semalam ia hanya tidur dua jam, setelah ia makan bersama Alan, pria itu menawarkan pada Kal untuk diantar pulang, sepanjang malam itu mereka hanya memperdebatkan masalah antar pulang.

"Gue jadi ragu ma lo,"  Kal sedikit menjauh dari Alan, memberikan jarak semeter diantara mereka, bukannya pria itu memertahankan posisinya justru malah mendekati Kal lalu menekan kening wanita itu hingga kepalanya termundur sedikit "Pikiran lo itu bikin orang jadi ga seneng." sanggahnya sesekali memalingkan wajah dari Kal.

"Lo tahulah..., cowokkan-" 

"Gue janji cuma antar lo pulang doang," Alan mengenggam tangan Kal, membawa wanita itu ke tempat dimana mobil Kal terparkir. Tibanya dimobilnya wanita itu masih bengong terpikir akan sesuatu, pria itu menyadarkannya dengan cara menjepit hidungnya, membuat empunya merasa kesulitan bernapas, sekejap ia menepis tangan Alan, lalu bernapas semula. Melihat tingkah pria itu barusan membuat ia kesal "Kok pake mobil gue?" tanya Kal, baginya itu sangat tidak adil, harusnya pria ini mengantarnya pulang dengan mobil miliknya sendiri bukan miliknya.

"Gue kesini naik bus tadi, lo mau mobil lo ketinggal disini?"

Bagus, kini rasa malu Kal meningkat sebab omongan Alan masuk akal baginya, lantas ia menghela napas "Lo menang lan." tukasnya sembari mendorong punggung pria itu mendekat ke pintu mobil bagian pengemudi, kemudian berjalan ke pintu penumpang. Begitu sudah masuk ke dalam mobil, wanita itu mendengar dengan jelas, pria itu tertawa sebelum masuk ke dalam mobil. Senyuman Kal mengembang, setidaknya ia bisa menghibur seseorang disaat ia sedang terpuruk hari ini, Kal sudah cukup senang.

"Morning Lisa gue!" suara khas Wendy berhasil membuyarkan lamunannya, secepat kilat Kal memeriksa laporan dari editor. Langsung beranjak keluar dari ruangan sebelum sahabatnya itu bertanya hal yang aneh untuk semalam. 

Jujur Kal tidak ingin ada seseorang yang mengetahui kelemahannya termasuk sahabatnya sendiri, sebab ia akan yang tahu apa yang terjadi selanjutnya, pastinya raut wajah sedih dan rasa iba kasihan terlontarkan kepada dirinya, justru Kal tidak menginginkan itu. Wanita itu sudah pernah merasakannya, dan rasanya sangat tidak enak. 

Namun berbeda dengan Kei, entah darimana atau bagaimana, Kal merasakan yang namanya keluh kesah hanya kepada pria itu seorang dan Kei tak mempermasalahkannya. Pria ini berucap lembut dan selalu menghiburnya disaat ia terpuruk, membuatnya nyaman apabila ia menceritakan kondisinya pada Kei. Dan ekspresi yang diberikan oleh Kei bukanlah rasa iba dan kasihan setiap orang. Melainkan sebuah senyuman dan dukungan, sesekali berkata dengan lembut 'kamu udah berjuang kok, selamat ya!'  

Tapi sayangnya, sekarang Kei sudah tidak ada lagi, dan wajahnya sudah samar-samar dalam ingatannya.

Untuk Alan, pria itu hanya secara kebetulan melihatnya dalam kondisi menyedihkan, dan antara Alan dan Kei, kedua orang ini sangatlah berbeda menurut Kal.

"Bu Kalisha?" wanita yang bernama Fira yakni editor diperusahaan ini menyadarkan lamunannya akan Alan dan Kei "Ya?" Fira menghela napas "Wajah ibu pucat...." wanita itu hendak menempelkan telapak tangannya. 

Namun sebuah tangan kokoh lebih dulu menyentuh keningnya. Kal tersentak akan tangan kokoh itu, begitu ia menoleh pemilik tangan tersebut, yang tertuju pertama kalinya adalah iris mata hijau pria itu, lalu ia memundurkan langkahnya "Badan Bu Kalisha panas, mau saya antarkan pulang?" tawarnya sembari tersenyum. Kal terdiam sebentar mengamati wajahnya, dan suara pria ini juga sama dengan pria yang ia temui semalam. Yakni Alan.

Different LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang