C 11: Kedatangan Paura

6 2 16
                                    

Malam itu dipenuhi dengan suara riuh orang-orang yang tengah mengadakan acara, salah satunya Kei yang terpaksa harus menghadirinya dengan alasan reuni kuliahnya. Pria itu hanya duduk di pojokan bangku sesekali menegak bir di hadapannya.

"Kei, ayok sini!" ajak sosok wanita bertubuh ramping dengan pakaian luar yang terekspos jelas di tubuhnya sembari menarik lengannya, Kei yang merasa risih akan wanita yang menyentuhnya, langsung ditepis dengan kasar. Kemudian wajah wanita itu seketika cemberut dan kembali ke tempat duduknya, Kei mendengus, lalu menenggelamkan wajahnya di atas meja dengan lengannya.

"Sedikit sopan sama wanita, Kei." nasihat Simon dengan Bahasa Italia, sembari menegak alkoholnya, Kei hanya bergumam 'iya' padanya.

"Banyak wanita, yang mau sama kamu. Tapi kamunya malah ga mau." Lanjutnya lagi kembali menghabiskan minumannya. Setelah minumannya habis, pria itu menuangkan alkoholnya ke dalam gelas Kei.

"Cazzo." umpat Kei menggeser gelas alkohol itu agar menjauh darinya. Pria itu beranjak dari bangkunya, melangkah keluar dari tempat keramaian itu. Setelah ini Kei berniat pulang ke tempat tinggalnya, tapi sebelum itu ia harus membeli bahan makanan di supermarket untuk sarapannya besok pagi.

Saat ia masih memilih bahan makanan untuk sarapan besok, sebuah kaleng makanan menggelinding ke arahnya. Kei mengambil kaleng tersebut, mengedarkan pandangan ke sekelilingnya, lalu muncul sosok wanita berambut legam, tampaknya berlari ke arahnya.

"Scusi mi!" (Maafkan aku!) tukasnya dengan penuh rasa bersalah, menundukkan kepalanya sedikit.

"Non c'è problema." (Tidak apa-apa) jawab Kei, lalu menyerahkan kaleng makanan itu kepadanya. Wanita itu menengadahkan kepalanya, menatap pria itu sebentar, kemudian menerima kalengnya.

"Sebagai gantinya, bolehkah saya membalas kebaikan anda?" tanya wanita berambut hitam legam itu, seraya merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. Dan raut wajahnya terlihat malu-malu di depan Kei.

Mau goda gue ya?

Kei hanya membalasnya dengan senyuman, "Tidak perlu Nona." tolak pria itu halus, ekspresi wanita berambut legam tersebut seketika berubah menjadi kecewa. Kini wanita itu mengeluarkan ponsel dari saku celananya, dan menyerahkan ponsel itu pada Kei.

"Kalau begitu, saya minta tukar—"

"Maaf, saya sedang ada urusan mendadak sekarang." potong Kei, langsung pergi ke kasir setelah memilih bahan makanannya. Dan berlalu begitu saja, usai membayar bahan makanannya di supermarket.

"Fyuhh...." Pria itu menghela napas lega setelah jarak antara dirinya dengan supermarket sudah jauh. Selama perjalanan pulang, Kei terus bergumam sembari memikirkan berapa biaya hidup yang ia habiskan hari ini.

"Kei!" seru sosok perempuan berambut pendek sebahu menyapanya, pria itu menghela napas, tidak membalas sapaannya.

"Dih, dingin amat elo jadi manusia." cibir Paura, wanita yang lebih tua empat tahun di atasnya. Paura juga berasal dari Indonesia, sama seperti Kei. Wanita itu telat dua tahun sekolah, dan untuk alasan kenapa Paura telat sekolah, wanita itu tidak pernah memberitahunya. Kei juga tidak penasaran soal itu.

Paura menyusul berjalan beriringan bersama Kei, pria itu tidak menegurnya. Ataupun mengusirnya, entahlah ia merasa lelah untuk berbicara sepatah kata pun sekarang.

"Kei, tumben lo ga usir gue? Biasanya kalo gue jalan begini sama Lo, elo nya langsung ngusir bilang 'pergi sana' gitu." oceh wanita berambut pendek tersebut seraya mengikuti gaya ucapan Kei, jika pria itu mengusirnya.

Kei menghentikan langkahnya, kemudian mengambil napas lalu dihembuskan secara perlahan, lantas berkata "Pergi, atau gue ga ketemu Lo lagi." dengan sarkas dan dingin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 01, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Different LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang