Masih pagi Kazel sudah rapi menggunakan seragam sekolahnya, dia sedang menyiapkan sarapan untuknya dan Hazel. Hazel menghampirinya lalu mengacak pucuk kepalanya membuat Kazel kesal karena rambutnya jadi berantakan. Hazel tidak memakai seragam sekolah karena hari ini masa orientasi siswa baru, dia kelas sebelas jadi masih dalam masa libur.
“isshh, rambut aku jadi berantakan Bang,” ucap Kazel sambil mengambilkan nasi goreng buatannya untuk Hazel.
“Tinggal rapihin apa susahnya.”
“Bang, berangkat sekolahnya naik motor ya,” ucap Kazel, Hazel yang sedang makan seketika berhenti lalu menatap Kazel.
“Enggak,” jawab Hazel.
“Yah, Bang. Aku pengen naik motor, Abang biasa berangkat sekolah naik motorkan.”
“Mau sekolah naik mobil, atau gak usah jadi sekolahnya,” ucap Hazel dingin, membuat Kazel merenggut kesal.
“Oke, naik mobil,” ucap Kazel dengan lemas.
“Obatnya udah diminum?” tanya Hazel, Kazel menggelengkan kepalanya. Hazel menghela nafasnya lalu beranjak pergi menuju kamar Kazel. Tidak lama dia kembali dengan beberapa obat di tangannya. Kazel yang melihat itu menghembuskan nafasnya lelah, sampai kapan dia harus berurusan dengan obat-obatan itu. Hazel memberikan obat-obat itu pada Kazel lalu menuangkan air pada gelas di hadapanya.
“Dokter Sarah kan udah bilang, jangan males minum obatnya,” ucap Hazel.
“Iya, maaf,” ucap Kazel lalu meminum obat-obat itu dengan malas, dia tidak boleh menolak karena hari ini Hazel sudah mengizinkannya untuk masuk sekolah umum.
Setelah Kazel meminum obatnya, Hazel mengantarkan Kazel ke sekolah menggunakan mobilnya.
“Bang, nanti di sekolah pura-pura gak kenal aku, ya.” Hazel melirik Kazel sekilas.
“Kenapa?” tanya Hazel.
“Pokonya pura-pura gak kenal aja, nanti kejadian kayak dulu keulang lagi. Gak ada yang mau temenan sama aku karena Abang galak dan jutek ke temen-temen Kazel.” Hazel tidak menjawab, dia memarkirkan mobilnya di parkiran sekolah.
Kazel keluar dari mobil Hazel, beruntung sekolah belum terlalu ramai jadi tidak ada yang melihat dia keluar dari mobil Hazel. Ketika Kazel hendak pergi Hazel memanggilnya.
“Kazel,” panggil Hazel membuat Kazel menoleh, Hazel menghampirinya.
“Ngapain, Bang? Sana pulang nanti ada yang liat lagi, inget pura-pura gak kenal,” peringat Kazel.
“Abang anterin ke kelas kamu,” ucap Hazel.
“Gak usah, aku bukan anak sd yang harus dianterin ke kelas, Bang,” tolak Kazel, dia cemberut karena Hazel selalu memperlakukannya seperti anak kecil.
“Jaga diri baik-baik, kalau ada yang gangguin bilang sama Abang, biar Abang kasih dia pelajaran,” ucap Hazel mengelus pucuk kepala Kazel.
“Pelajaran apa? Nilai matematika abang aja di bawah kkm mulu,” ucap Kazel mengejek.
“Oh udah berani ngejek Abang, ya.” Hazel mencubit pipi Kazel, sedangkan Kazel hanya tertawa.
“Sana pulang, aku mau ke kelas dulu, bye.” Kazel berlari meninggalkan Hazel, jujur saja Hazel sangat khawatir. Tapi mau bagaimana lagi, dia tidak mau melihat Kazel sedih. Hazel memasuki mobilnya, dia melajukan mobilnya membelah jalanan yang cuku ramai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksatriya
General FictionAksatriya Berasal dari bahasa sanskerta yang artinya kesatria. Kesatria dalam cerita ini adalah seorang kakak yang bagaikan kesatria dalam hidup adiknya. Seorang kakak yang juga menjadi Ibu dan Ayah bagi adiknya. Kakak yang selalu menjaganya...