AKSATRIYA #3

9 3 0
                                    

      HAPPY READING!


    Kazel berjalan menuju parkiran bersama Gadis, dia sudah melihat Hazel yang sedang menunggu di dekat mobilnya. Kazel memelankan langkahnya, dia membuka ponselnya mengirim pesan pada Hazel agar menunggu di dekat halte bus saja. Hazel yang mendapat pesan itu mengedarkan pandangannya mencari Kazel, dan dia menemukannya.

      Hazel mengangkat alisnya seolah bertanya kenapa Kazel mau dia menunggu di dekat halte bus. Tapi Kazel berpura-pura tidak melihat, dia berjalan lebih cepat ketika melewati Hazel yang melempar tatapan dingin.

      Halte bus dekat sekolah tidak terlalu ramai, tidak lama bus datang. Gadis dan beberapa siswa-siswi di sana segera naik ke dalam bus.

      “Zel, gue duluan ya,” ucap Gadis.

      “Iya, hati-hati, Dis.” Kazel melambaikan tangannya pada Gadis begitupun sebaliknya. Sekarang hanya tinggal Kazel sendiri di sana, Hazel belum juga menghampiri Kazel. Padahal jarak dari parkiran sangat dekat, bahkan dari halte parkiran terlihat.

      Kazel melihat ke parkiran, mobil Hazel masih diposisi yang sama. Tapi sebentar, dia melihat Hazel yang sedang berhadapan dengan ... cowok psikopat tadi. Apa yang mereka bicarakan, dilihat dari gerak-geriknya mereka seperti tidak akur. Tidak lama, Hazel masuk ke mobilnya dan melajukanya, dia berhenti di depan Kazel.

      Kazel masuk ke dalam mobil, dia melihat Hazel yang terlihat emosi. Kazel memegang lengan Hazel membuat Hazel menatapnya.

      “Tarik nafas,” ucap Kazel, Hazel mengikuti intruksi Kazel.

      “Buang,” lanjut Kazel.

      “Tarik nafas ... Buang.” Hazel tersenyum lalu mengacak pucuk kepala adiknya. Kazel selalu bisa membuatnya tenang.

      “Abang, kenapa?” tanya Kazel setelah melihat Hazel tenang.

      “Gakpapa,” jawab Hazel sambil melajukannya mobilnya.

      “Tadi Kazel liat Abang lagi ngobrol sama cowok yang pake hoodie hitam, Abang kenal dia? Dia temen sekelas Kazel,” ucap Kazel, Hazel diam sebentar.

      “Gimana tadi di sekolah? Kamu udah dapet temen kan?” Kazel sadar jika Hazel mengalihkan pembicaraan mereka, pasti ada yang Hazel sembunyikan darinya. Apa hubungan cowok tadi dengan Hazel, kenapa Hazel menjadi kesal setelah berbicara dengan cowok itu.

      “Kok gak jawab,” lanjut Hazel.

      “Udah,” jawab Kazel.

      “Siapa? Yang tadi bareng kamu?” tanya Hazel, dia tadi melihat Kazel bersama Gadis.

      “Iya, namanya Gadis. Dia baik, ramah, dan humble sama siapapun. Nanti aku kenalin deh,” ucap Kazel bersemangat. “Eh, gak jadi,” lanjutnya.

      Hazel mengerutkan keningnya, “Kenapa?”

      “Gak boleh ada yang tahu kita adik-kakak, kecuali Kak Alena, Kak Pio, Kak Rehan sama Kak Bima karena mereka udah tahu dari dulu.” Hazel hanya berdecak, dia ingin orang-orang tau jika Kazel adiknya agar Kazel tidak diganggu siapapun.

      “Kita mau kemana, Bang. Ini bukan jalan ke rumah?” tanya Kazel melihat ke jalan.

      “Rumah Rehan,” jawab Hazel.

      “Lah, ngapain, Bang?” tanya Kazel, tidak biasanya Hazel membawa dia ke rumah Rehan. Jika sekali-kali Kazel ingin ikut ke sana juga sangat jarang Hazel mengizinkannya.

AksatriyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang