Prolog

29 3 0
                                    

Aku tinggal disebuah Kerajaan yang bernama Aethacerin.

Kerajaan itu dipimpin oleh seorang Raja yang bernama William Gwendoline Jr. dan seorang Ratu yang bernama Sofia Margareth Gwendoline, atau bisa dibilang mereka berdua adalah Ayah dan Ibuku.

Namaku adalah Matthew Dean Gwendoline. Aku berumur 13 tahun. Aku memiliki saudara kembar namun tidak identik, ia lebih tua 5 menit dariku, dan ia bernama Maxwell Jasper Gwendoline,
Aku mempunyai seorang adik perempuan yang selalu manja padaku, namanya adalah Angela Renee Gwendoline.

Kerajaan kami sangatlah makmur, "Kami bangga memiliki Raja yang dermawan dan Ratu yang baik hati". Begitulah tutur para rakyat mengenai keluargaku.

Aku rasa mereka memang berkata jujur. Aku sangat jarang mendengar bahwa kerjaan ini mendapatkan masalah, mungkin karena hal itu membuatku menjadi sedikit lalai akan suatu hal. Aku jarang mematuhi peraturan Kerajaan, dan aku sangat malas bila diajak para kesatria untuk berlatih pedang, "Di zaman yang damai dan maju seperti ini untuk apa lagi berlatih pedang? itu sangat membosankan". Itulah yang selalu ku katakan, dan hal yang selalu aku lakukan hanyalah menjahili para pelayan dan berbuat onar.

Berbeda dengan saudara kembarku. Kami memang kembar tidak identik, setiap sisi dari kami berdua sangatlah berbeda. Max adalah anak yang jenius, ia kuat, rajin dan penurut. Sangat berbeda dengan sifatku yang susah diatur dan ceroboh.
Ia selalu mematuhi semua perintah sang Raja. Maka dari itu kemampuan berpedangnya jauh diatasku. Aku tak akan protes ataupun iri bila dia yang akan menjadi penerus Kerajaan ini, karena dia memang layak dan aku pun mendukungnya.

Ia adalah saudaraku yang sangat berharga.

Hanya ada satu hal yang menandakan bahwa kami adalah saudara kembar, yaitu pupil mata kami yang berwarna biru terang. Padahal Ayah, Ibu, dan Adikku memiliki mata yang berwarna hijau.

Aku selalu berdiri di balkon kamar seraya memandang jauh keluar. Dari balkon ini aku dapat melihat betapa luasnya Kerajaanku ini. Aku selalu ingin tahu bagaimana dunia luar itu. Bahkan terkadang aku sampai murung hanya karena memikirkannya. Namun Max selalu menghiburku dengan senyuman yang tak pernah lepas dari bibirnya.

Senyumannya bagaikan obat bagiku. Ketika ia melakukannya, aku hanya dapat berdoa kepada Tuhan untuk tidak akan pernah merampas senyuman itu, karena baik bagiku maupun Angela, Max adalah sosok panutan kami.

"Maxwellier".

Itulah panggilan yang ku berikan untuknya bila kami bertiga sedang bermain bersama.
Dan "Matthy". adalah panggilan yang ia berikan untukku.

Masa kecilku adalah masa yang paling indah bagiku.





Hingga pada saat hari itu datang...





Karena kejadian itu, aku memegang teguh dan bersumpah bahwa aku akan memusnahkan mereka semua,





kaum Vampir keparat yang telah merenggut semuanya dariku!

*****

LoyaltyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang